Malam itu, di bawah langit kosong tanpa bintang, Arvin berdiri sendirian.
Tanah di sekitarnya kering, seolah alam pun telah mati bersamanya.
Ia menggenggam potongan kalung perak yang pernah diberikan Lira.
Sebuah simbol cinta... yang kini hanya jadi puing kenangan.
"Aku sudah cukup percaya," bisiknya, matanya dingin seperti es.
"Aku sudah cukup berharap."
Dengan satu gerakan tegas, ia melemparkan kalung itu ke jurang di bawah tebing.
"Mulai hari ini," ucap Arvin pelan, seolah bersumpah kepada dunia,
"Aku tidak akan lagi mempercayai siapa pun."
Dalam diam, hati Arvin mati.
Yang tersisa hanyalah kekuatan, dan tekad untuk bertahan... sendirian.
Di kejauhan, seseorang yang berbalut jubah hitam mengamati Arvin... melihat potensi baru dalam dirinya.