Arvin berdiri di depan gerbang istana, di bawah langit kelabu yang seolah tahu beban hatinya.
Di dalam sana, ada kekuasaan... ada kesempatan...
Tapi juga ada bahaya yang mengintai.
"Apa kau siap?" tanya utusan itu.
Arvin hanya mengangguk.
Langkahnya mantap memasuki aula besar, penuh dengan bangsawan yang memandangnya seolah-olah ia adalah binatang buas yang baru dilepas dari rantai.
Di atas takhta, Raja berdiri.
"Arvin, pendekar dari kehancuran," suaranya menggema di seluruh ruangan, "Aku mendengar kisahmu. Dendammu... amarahmu... itu semua adalah kekuatan."
Raja berjalan mendekat, menatap Arvin tepat di mata.
"Bergabunglah denganku. Aku akan memberimu kuasa yang kau butuhkan... untuk membalas siapa pun yang mengkhianatimu."
Arvin menatap mata Raja.
Ia tahu, ini bukan tawaran yang bersih. Ada harga yang harus dibayar.
Tapi di hatinya, hanya ada satu suara:
Hancurkan mereka. Hancurkan semua yang pernah melukaimu.
Perlahan, Arvin berlutut di hadapan Raja.
"Aku bersumpah," bisiknya, "Aku akan membalas mereka... dengan darah."