20.Surat Tak Terkirim — Untukmu, Lyra

Lyra,

Jika surat ini pernah sampai kepadamu, mungkin aku sudah bukan lagi Arvin yang kau kenal.

Atau mungkin... aku sudah berhenti menjadi manusia yang kau cintai.

Aku tidak tahu lagi bagaimana caranya membenci sepenuhnya, sama seperti aku tidak pernah tahu bagaimana caranya berhenti mencintaimu.

Aku ingin marah. Aku ingin menyalahkanmu atas semua ini—atas luka yang menoreh begitu dalam hingga aku hampir lupa rasanya tersenyum.

Tapi setiap kali aku mencoba membencimu, yang tersisa hanyalah keheningan.

Seperti hujan yang jatuh di tanah tandus—tak pernah cukup keras untuk membasuh apa yang sudah kering dan retak.

Aku bertanya pada diriku sendiri setiap malam:

Apa salahku?

Mengapa kita sampai di titik ini?

Apakah aku terlalu percaya? Atau aku terlalu berharap?

Aku ingin percaya bahwa semua ini bukan karena kau menginginkannya.

Aku ingin percaya bahwa di balik setiap kebohonganmu, ada ketulusan kecil yang mencoba bertahan hidup.

Aku berjalan sendirian sekarang, Lyra.

Bukan karena aku ingin, tapi karena aku harus.

Aku harus belajar berdiri di atas luka-lukaku sendiri, tanpa berharap ada tangan yang mengangkatku lagi.

Jika ada satu hal yang tak pernah berubah, meski dunia ini menghancurkanku, itu adalah doaku untukmu.

Di mana pun kau berada, apa pun yang kau lakukan, aku berharap kau menemukan kedamaian yang aku tidak pernah temukan.

Aku tidak membencimu, Lyra.

Aku hanya... kehilanganmu.

Dan mungkin, dalam kehilangan itulah aku menemukan siapa diriku yang sebenarnya.

SLAMAT TINGGAL....UNTUKMU MASALALU

Arvin