Perang telah dimulai, namun kali ini tanpa Arvin. Kerajaan Elmar yang dulu kuat kini terperangkap dalam perang yang tidak bisa mereka menangkan. Kerajaan-kerajaan tetangga, terutama Kerajaan Arden yang dipimpin oleh Raja Toran, melancarkan serangan besar-besaran. Elmar, dengan pasukan yang lemah dan kekuasaan yang terbagi, terancam hancur.
Namun, bagi Arvin, semuanya sudah berakhir sejak ia meninggalkan Elmar. Perang ini bukan lagi urusannya. Pedang kuno yang dulu ia genggam dengan penuh harapan kini tergeletak jauh dari jangkauannya, dan dirinya, meski tahu apa yang terjadi, memilih untuk tidak terlibat.
Kerajaan Arden, dengan pasukan yang lebih terlatih dan terkoordinasi, akhirnya menekan pertahanan Elmar. Raja Toran yang licik menggunakan segala cara untuk menghancurkan musuhnya. Tak hanya pasukan, Toran juga memanfaatkan sihir gelap yang disalurkan oleh para penyihirnya, membuat perlawanan Elmar semakin berat.
Kekalahan Elmar
Di medan perang, benteng terakhir Kerajaan Elmar akhirnya runtuh. Raja Elmar, yang dulu begitu angkuh, kini tidak punya pilihan selain menyerah. Di tengah kekalahan yang menyakitkan, ia mengirim utusan kepada Arvin, berharap bahwa Arvin—meskipun telah meninggalkan kerajaan—masih memiliki sedikit rasa tanggung jawab.
Arvin mendengar kabar itu saat sedang berjalan di hutan, menghindari kerumunan dan hiruk-pikuk dunia luar. Namun, sebuah suara yang dikenal memanggilnya.
"Arvin!" teriak Garik, jenderal dari Elmar yang juga seorang teman lama. Garik tampak lelah dan penuh dengan kecemasan.
Arvin berhenti, menatap Garik dengan tatapan dingin. "Ada apa? Apa yang masih perlu dibicarakan antara kita?"
Garik terengah-engah. "Aku datang atas perintah raja. Elmar telah kalah, Arvin. Kerajaan ini... mereka membutuhkanmu."
Arvin menyandarkan tubuhnya pada pohon besar, tidak menunjukkan tanda-tanda emosi. "Kalian memilih peperangan. Kalian yang memulai ini semua, Garik. Aku sudah tidak ada hubungannya dengan Elmar lagi."
"Raja Elmar... dia memohon padamu. Tanpa kamu, kami akan hancur. Kerajaan ini akan runtuh sepenuhnya."
Arvin menatap Garik dengan tajam. "Raja Elmar yang sama yang mengkhianatiku? Yang membiarkan orang-orangnya diperlakukan seperti alat untuk kepentingan sendiri? Aku tidak akan kembali. Kerajaan ini sudah memilih jalannya. Dan aku sudah memilih jalanku."
Garik terdiam sejenak, melihat ekspresi Arvin yang tidak berubah. "Tapi, Arvin... jika kita tidak bertahan, apa yang akan terjadi pada rakyat? Apa yang akan terjadi pada mereka yang tidak bersalah?"
Arvin merasakan sebuah dorongan emosi yang kuat. Namun, ia menahan dirinya. "Rakyat Elmar... mereka sudah lama menjadi korban permainan kekuasaan ini. Aku tak akan kembali hanya untuk menjadi bagian dari sejarah yang sama. Kalian harus menghadapi akibatnya sendiri."
Dengan itu, Arvin berbalik dan melanjutkan perjalanannya, meninggalkan Garik yang hanya bisa terdiam. Di dalam dirinya, perasaan campur aduk terus mengganggu—rasa bersalah, kecewa, dan kesedihan. Tapi ia tahu, keputusan ini adalah yang terbaik.
Kepedihan Raja Elmar
Saat kerajaan Elmar akhirnya runtuh, Raja Elmar, yang kini berada dalam keputusasaan total, tidak punya pilihan lain selain menyerah pada musuh. Dengan sisa-sisa pasukannya yang masih bertahan, ia mengirim utusan terakhir kepada Arvin, memohon untuk kembali. Raja itu bahkan berlutut di depan Arvin, dengan wajah yang penuh air mata.
"Arvin... aku tahu aku telah salah. Aku menghianatimu, aku mengabaikanmu. Tapi tanpa dirimu, kami tidak bisa bertahan. Elmar hancur, dan aku mohon, kembalilah. Kamu adalah satu-satunya harapan yang kami miliki."
Namun, meskipun ia melihat penderitaan di wajah Raja Elmar, Arvin tetap teguh pada keputusannya. "Tidak ada lagi yang bisa dilakukan, Raja. Elmar sudah kalah, dan itu adalah akibat dari semua pilihan yang telah kalian buat."
Raja Elmar terdiam, tubuhnya goyah karena rasa sakit dan penyesalan yang mendalam. "Aku mohon... tolonglah."
"Tidak, Raja. Sudah terlambat. Kalian harus menerima kenyataan ini. Aku sudah tidak bisa menjadi bagian dari kerajaan yang telah mengkhianatiku. Ini adalah jalan yang harus kalian jalani."
Dengan kata-kata itu, Arvin meninggalkan Raja Elmar, yang kini benar-benar sendirian. Kerajaan yang dulu dipimpin oleh seorang raja yang angkuh kini jatuh ke dalam kekalahan, dan Arvin tidak bisa berbuat apa-apa lagi.