Setelah meninggalkan Kerajaan Elmar yang runtuh, Arvin melanjutkan perjalanan yang kini terasa semakin sepi. Tanpa tujuan yang jelas, ia melangkah melalui hutan yang lebat, menyusuri jalanan yang sunyi. Hatinya terasa kosong, meskipun pedang kuno yang kini ada di tangannya mengingatkannya akan kekuatan dan masa lalu yang sulit untuk dilupakan.
Perasaan kecewa dan amarah masih menggerogoti dalam dirinya. Kehilangan orang-orang yang pernah ia percayai, cinta yang dihancurkan, dan kerajaan yang tak lagi ia sebut rumah—semuanya itu menghantui langkahnya. Namun, meskipun begitu, Arvin tahu satu hal: tidak ada lagi yang bisa ia lakukan untuk memperbaiki masa lalu. Kini, ia hanya perlu bergerak maju, meski masa depan tampak kabur.
Arvin berhenti di tepian sebuah desa kecil yang terpencil. Suasananya tenang, dan orang-orang tampak menjalani hidup mereka dengan damai, seolah tidak ada yang terjadi di dunia luar. Namun, dalam hati Arvin, rasa sakit itu tetap ada. Ia menatap pedangnya, seolah mencari jawaban dari kekuatan yang ada padanya.
Tiba-tiba, seorang wanita muda mendekatinya. Wajahnya masih muda dan penuh ketegasan, dengan mata yang tampak tajam. "Kau Arvin, bukan?" tanyanya dengan suara yang penuh rasa ingin tahu.
Arvin terkejut, kemudian menatap wanita itu dengan dingin. "Siapa kamu?"
"Aku Mara," jawab wanita itu dengan penuh percaya diri. "Aku mendengar tentangmu—tentang kekuatanmu dan apa yang telah terjadi pada Kerajaan Elmar."
Mara bukanlah orang sembarangan. Dari gerak-geriknya, Arvin bisa merasakan bahwa dia bukan hanya seorang petani atau penduduk desa biasa. Ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya, sesuatu yang menarik perhatian Arvin.
"Apa yang kamu inginkan dariku?" tanya Arvin, masih merasa curiga.
Mara memandangnya dengan mata yang penuh determinasi. "Aku ingin mengajukan tawaran. Kerajaan-kerajaan lain yang telah mengalahkan Elmar kini tengah saling bersaing untuk mendapatkan kekuasaan. Aku tahu bahwa pedang kuno yang ada padamu bisa mengubah segalanya. Tapi aku tidak datang hanya untuk itu."
Arvin mengangkat alisnya. "Tawaran? Aku tidak tertarik pada politik atau kekuasaan. Aku sudah cukup lelah dengan semua itu."
Mara tersenyum tipis. "Kau mungkin tidak tertarik, Arvin. Tapi dunia yang kita tinggalkan, dunia yang telah kau pilih untuk meninggalkan Elmar, tidak akan berhenti. Perang akan terus berlanjut, dan kekuatanmu bisa menghentikannya. Kami membutuhkanmu, Arvin. Kami bisa membantu kamu menemukan jalan yang baru."
Arvin terdiam. Apa yang dimaksud Mara dengan "kami"? Ia bisa merasakan ada lebih banyak yang disembunyikan wanita ini. Namun, satu hal yang pasti: dunia ini tidak pernah berhenti berputar, dan mungkin memang ada kekuatan yang bisa ia gunakan untuk mengubah nasibnya.
"Apa yang kamu tawarkan?" tanya Arvin akhirnya, meskipun ia tahu ini bisa berbahaya. Tapi, semakin lama ia berdiam diri, semakin ia sadar bahwa ia tidak bisa terus hidup dengan beban masa lalu.
Mara melangkah lebih dekat, suaranya rendah namun penuh kepercayaan. "Kami adalah kelompok yang ingin menghentikan perang tanpa mengandalkan kekuatan gelap atau politik licik. Kami percaya bahwa dengan kekuatanmu, Arvin, kita bisa mencapai kedamaian yang sejati. Kerajaan-kerajaan ini saling berlomba, tetapi kita bisa menghentikan kekacauan ini sebelum semuanya hancur."
Arvin menatap Mara dengan penuh kewaspadaan. "Dan apa yang membuatmu berpikir aku bisa mempercayaimu? Aku sudah cukup dikhianati."
Mara mengangguk, seolah mengerti rasa sakit yang ada dalam hati Arvin. "Aku tidak bisa menghapus semua itu, Arvin. Tapi aku bisa memberi kesempatan baru. Ini bukan hanya tentang Elmar. Ini tentang semua orang yang terjebak dalam kekacauan ini. Kau bisa memilih untuk terus melarikan diri atau bergabung dengan kami untuk memperbaiki dunia yang telah hancur."
Ada keheningan sejenak antara mereka, sebelum Arvin akhirnya berbicara dengan suara yang lebih rendah. "Jika aku bergabung dengan kalian, apa yang harus aku lakukan?"
Mara tersenyum tipis. "Kami akan menunjukkan jalanmu, Arvin. Tapi yang penting, kamu tidak sendirian lagi. Dan yang terpenting, kamu bisa memilih jalannya—kekuatan atau kedamaian."
Arvin merasa sebuah dorongan kuat dalam dirinya. Meskipun ia masih penuh dengan keraguan dan kebingungan, mungkin inilah jalan yang bisa membawanya keluar dari bayang-bayang masa lalu.
"Baiklah," kata Arvin, akhirnya memutuskan untuk mengambil langkah berikutnya. "Aku akan ikut."
Dengan keputusan itu, Arvin tahu bahwa hidupnya akan berubah sekali lagi. Ia tidak lagi harus berurusan dengan masa lalu yang menghancurkan. Ada harapan baru yang muncul di depan matanya—sebuah tujuan yang lebih besar dari dirinya sendiri.
bagai mana kelanjutan ceritanay, pantau terus ya, trimaksihh:)