Matahari pagi berjuang menembus kabut tebal saat Arvin dan pasukannya mendekati gerbang kota Elmar.
Benteng besar menjulang, megah tapi terasa dingin — seperti tempat yang tidak lagi menyambut mereka dengan hangat.
Arvin memegang kendali kudanya erat-erat dengan tangan kirinya.
Tangan kanannya, yang terluka, tersembunyi di balik jubahnya.
Elira melirik ke arah Arvin, khawatir.
Tapi Arvin tetap diam, wajahnya setegas batu.
> "Kita kembali," kata Elira, mencoba memecah kesunyian.
Arvin hanya mengangguk kecil.
---
Saat mereka masuk ke kota, penduduk berdiri di pinggir jalan.
Beberapa bertepuk tangan, tapi tanpa semangat.
Beberapa lainnya hanya menatap kosong, wajah mereka dipenuhi rasa takut dan kelelahan.
Arvin bisa merasakannya.
Ini bukan kemenangan. Ini hanya kelangsungan hidup — tanpa kebanggaan.
Di istana Elmar, Raja Cedric — yang dulu memohon bantuan Arvin — menyambut mereka dengan senyum penuh kepalsuan.
> "Pahlawan kita telah kembali!" seru Raja, suaranya bergema di aula megah.
Arvin berlutut, menundukkan kepala.
> "Pemberontakan utama telah dihancurkan. Ragnar... telah gugur."
Suara hening menyelimuti ruangan sesaat.
Raja Cedric berjalan mendekat, menepuk bahu Arvin.
> "Kau telah membuktikan dirimu lagi, Arvin. Sekarang, waktunya membangun dunia baru bersama."
Namun di mata Arvin, Raja Cedric tampak berbeda.
Di balik jubah kebesaran itu, ia melihat ambisi — dan ketakutan.
Arvin tahu, pertempuran sesungguhnya mungkin belum berakhir.
Musuh terakhir bukan hanya pemberontak.
Musuh terakhir adalah ketamakan manusia sendiri.
---
Malamnya, saat semua orang tertidur, Arvin berdiri di balkon istana, memandang kota Elmar yang diselimuti kabut tipis.
Di kejauhan, matahari pagi mulai muncul — kecil, lemah, tapi tetap berusaha menembus kabut.
Elira mendekat diam-diam.
> "Apa kau melihatnya?" tanya Elira, mengikuti arah pandangannya.
Arvin mengangguk.
> "Matahari yang berjuang di balik kabut."
Elira tersenyum samar.
> "Seperti kau, Arvin."
Arvin tak menjawab, tapi di dalam hatinya, ia tahu —
Tak peduli seberapa keras ia bertarung, dunia ini mungkin tetap akan memilih jalan yang sama: kehancuran.
Tapi selama masih ada satu sinar kecil yang berjuang, Arvin bersumpah...
Ia akan tetap bertahan.
Untuk dunia ini.
Untuk janji yang pernah ia buat.
Untuk dirinya sendiri.
---
Bab 40 selesai.