Bab 47 — Peluang Terakhir

Fajar belum terbit, tapi kamp Arvin sudah bergerak.

Di antara kabut dingin, suara logam beradu dan bisikan rencana terdengar di udara.

Pasukan kecil yang dahulu nyaris hancur kini berdiri lebih kuat — lebih banyak, lebih berani, lebih siap.

Arvin menatap dari atas bukit kecil.

Di bawahnya, para pejuang berkumpul.

Luka-luka lama belum sepenuhnya sembuh, tapi semangat di mata mereka membara lebih terang dari api unggun manapun.

Elira berdiri di sampingnya, mengikat busurnya.

> "Ini... akan jadi pertempuran kita yang terakhir, bukan?"

Arvin menarik napas panjang, lalu mengangguk.

> "Ini peluang terakhir kita. Jika kita gagal, dunia kembali jatuh ke tangan mereka."

---

Rencana Arvin sederhana tapi berbahaya.

Dia tahu Raja Cedric akan mengirimkan pasukan penuh untuk menyerang mereka.

Jika mereka bertahan di medan terbuka, mereka akan kalah jumlah dan kekuatan.

Tapi jika mereka bisa memecah pasukan Elmar, mengacaukan formasi dan menyerang dari berbagai arah, mereka punya peluang — kecil, tapi nyata.

> "Kita tidak bisa bermain sesuai aturan mereka," ujar Arvin pada semua komandan kecilnya.

"Kita harus membuat mereka lengah."

---

Pagi itu, para pengintai kembali dengan laporan.

> "Pasukan Elmar bergerak. Mereka lebih besar dari yang kita perkirakan."

Arvin mengepalkan tangan, namun wajahnya tetap tenang.

> "Bagus. Semakin besar mereka, semakin lambat mereka bergerak. Kita manfaatkan itu."

---

Sebelum matahari terbit penuh, Arvin mengumpulkan semua orang untuk pidato terakhir.

Suara Arvin bergema di antara bukit-bukit kecil, membelah udara yang dingin.

> "Kita semua tahu apa yang akan kita hadapi. Mereka punya pasukan, senjata, dan benteng. Tapi kita punya sesuatu yang mereka tidak pernah mengerti."

> "Kita punya satu sama lain."

Ia menatap satu per satu mata penuh tekad di hadapannya.

> "Mereka pikir kita hanyalah abu. Tapi dari abu ini, kita membangun bara. Dan sekarang, kita akan menjadi api."

> "Api yang membakar belenggu ketidakadilan. Api yang menerangi jalan untuk mereka yang akan datang setelah kita."

> "Mungkin kita tidak akan semua kembali. Tapi selama satu dari kita berdiri, dunia akan tahu —

bahwa kita pernah berjuang.

Bahwa kita pernah bermimpi."

> "Dan itu cukup."

"Untuk dunia baru!"

"UNTUK DUNIA BARU!!"

Teriakan mereka mengguncang udara, membangkitkan semangat hingga ke tulang.

---

Arvin memasang helmnya.

Elira mengangkat busurnya.

Semua pasukan bersiap.

Peluang mereka kecil.

Tetapi mereka tidak akan menyerah.

---

Di kejauhan, suara genderang perang terdengar.

Pasukan Elmar datang.

Pertempuran terakhir akan segera dimulai.

---

Bab 47 selesai.