Bab 50 – Akhir dari Segalanya

Langit menggelap, seolah dunia menahan napas. Di atas tebing bekas reruntuhan Elmar, dua sosok berdiri saling berhadapan—Arvin, sang pemilik pedang kuno, dan Rhazel, penyihir bayangan yang telah mengumpulkan kegelapan selama ratusan tahun.

“Takdir sudah menuliskan semuanya,” kata Rhazel. “Kau hanya bagian dari lingkaran kehancuran.”

Arvin menggenggam pedangnya erat. “Kalau memang aku ditakdirkan untuk menghancurkan… maka biar aku hancurkan kejahatan itu sampai ke akar.”

Pertarungan pun pecah. Langit memekik oleh benturan sihir dan cahaya. Setiap tebasan Arvin memotong kegelapan, dan setiap serangan Rhazel menghancurkan tanah di sekitarnya. Waktu seakan berhenti menyaksikan duel dua kekuatan terbesar yang tersisa di dunia.

Namun pada akhirnya, ketika kekuatan hampir habis, dan tubuhnya penuh luka, Arvin mengingat wajah seseorang—senyuman Lyra, meski ia telah mengkhianatinya, tetap menjadi api kecil yang menolak padam di dalam hatinya.

Dengan teriakan terakhir, Arvin memusatkan seluruh kekuatan sihir pedangnya. Cahaya biru menyilaukan meledak dari tubuhnya, menyelimuti Rhazel dan membungkus dunia dalam cahaya yang hangat—menyapu bersih kegelapan.

...

Saat debu mengendap dan cahaya mereda, tubuh Arvin berdiri di tengah kawah, goyah. Ia tersenyum tipis, lalu jatuh berlutut.

“Sudah selesai,” bisiknya, sebelum jatuh sepenuhnya ke tanah.

Langit cerah kembali. Dari kejauhan, burung-burung pertama kembali terbang di atas langit Elmar. Dunia telah diselamatkan.

---

Beberapa bulan kemudian...

Di sebuah desa kecil, anak-anak berkumpul di sekitar perapian, mendengar dongeng dari seorang wanita tua.

“Dan begitulah,” katanya, “Arvin, sang pemilik pedang cahaya, menyelamatkan dunia dengan mengorbankan segalanya... Tapi siapa tahu? Mungkin suatu hari, ketika dunia kembali dalam bahaya—ia akan bangkit lagi.”

Anak-anak bersorak, sementara dari kejauhan, di atas gunung tertutup salju… sebuah pedang biru bersinar perlahan.

Akhir.