BAB 5,Empat Pria Berbeda.

"Yang kalian bicarakan semuanya tidak masuk akal" Airin meremehkan.

"Airin tolong diamlah" Bayu menatap tajam kakaknya.

"Orang yang Jhonny dan Jefri lihat, terus pria aneh yang aku temui, juga laki-laki yang kalian maksud tadi, bisa jadi bukan orang yang sama" sahut Chandra penasaran.

"Jangan menambah tegang suasana lagi Chandra" Sandy tiba-tiba bergidik ngeri.

"Kurasa Chandra benar, tidak ada yang tahu siapa mereka" Sultan melirik satu demi satu teman-temannya.

"Sultan kamu itu pria paling pintar dan berkelas yang aku kenal, tapi kenapa malam ini sepertinya kamu lebih gila dari mereka" lagi-lagi Airin kesal dan murka pada Sultan.

"Airin tutup mulutmu, kalau kamu tidak percaya tidur saja sana" perintah Bayu pada kakaknya.

"Sepertinya tidak ada yang tahu dan mengenal mereka" kali ini Jefri ikut menjawab.

"Sudahlah semuanya jangan dipikirkan lagi, mungkin saja mereka hanya kebetulan lewat dihutan ini" Jhonny berusaha menenangkan teman-temannya.

"Jangan sok bijaksana kamu Jhonny, sumber dari semua masalah ini kan dari kamu, pria yang ada dibalik pohon itu tidak bisa Chandra temukan" Airin meremehkan kata kata Jhonny.

"Cukup Airin, Jhonny maaf dia sejak lahir sudah seperti itu" Bayu menyentuh pundak Jhonny yang dibalas senyuman.

"Mereka semua tidak salah Airin, aku juga melihatnya sendiri, pria itu berdiri dengan membawa kapak" Dania ikut bergidik ketakutan.

"Bukan itu saja Airin, wajahnya sangat putih dan pucat sekali" Kayla menambahkan.

"Dan jangan lupakan ini juga Airin, kedua tangannya dipenuhi begitu banyak darah segar" Irene semakin merapatkan pelukannya pada Sultan.

"Irene sepertinya peran ayah untuk bayimu bukan Tiyan lagi, Sultan juga tidak terlalu buruk menggantikannya" Airin bicara sedikit mengejek dan setelahnya Irene juga Sultan saling tatap kemudian melepas pelukan mereka..

"Berhentilah bercanda Airin, kamu pikir ini waktu yang tepat untuk mendengar ocehan gilamu itu" jawab Irene salah tingkah ketika mereka semua tiba-tiba menatapnya intens.

"Apa pria yang kalian lihat itu sangat tampan? tanya Airin santai setelah tatapannya beralih dari kaca jendela mobil.

"Maksudmu Apa" tanya mereka semua kompak.

"Apa aku perlu mengulang lagi pertanyaan itu" jawab Airin menatap intimidasi mereka.

"Cukup Tampan" jawab mereka kompak setelah berpikir sesaat, namun tidak dengan Bayu dan Chandra karena mereka belum pernah melihatnya.

"Ternyata bukan dia" Airin bicara pelan sambil menyandarkan kepalanya dibahu Bayu.

"Kenapa Airin? kamu baik-baik saja kan" tanya Bayu melirik sekilas kakaknya dan langsung merangkul Airin.

"Dia sangat tampan dan wajahnya hampir mirip denganmu" jawab Airin memejamkan kedua matanya.

"Iya aku tahu, tidurlah sebelum kamu tambah gila Airin" Bayu menjawab kesal dengan tingkah sang kakak.

"Dasar adik sialan" Airin menjambak rambut Bayu sebelum dia kembali tertidur.

"Ya Tuhan apa salah Dan dosaku dimasa lalu? sekarang bisa hidup dengan kakak sepertimu" bisik Bayu murka namun bisa didengar oleh mereka semua.

Semuanya tiba-tiba terkekeh lucu melihat tingkah kakak adik itu, mereka berusaha membuat nyaman suasana dalam mobil, dengan cara saling ejek dan bermain game.

"Sultan sepertinya kita hampir sampai" Irene mengawasi area sekitar mereka.

"Benarkah? kamu yakin ini tempatnya" sahut Sultan ragu.

"Kita berhenti disini saja, jalan kaki sekitar satu jam kearah sana untuk sampai ke villa" Irene menghentikan Sultan.

"Baiklah tapi aku tidak bisa melihat villa nya" Sultan heran.

"Dari sini memang tidak terlihat, mobil tidak bisa sampai kesana Sultan, jalannya sempit dan juga banyak batunya" jawab Irene tertawa ketika sadar bahwa Sultan memang belum pernah ke villa itu.

"Kamu pikir ini lucu Irene? tapi seru juga perjalanan kita" kesal Sultan sekaligus senang.

"Bangunkan yang lain aku ambil Ransel milikku dulu" pinta Irene bergegas keluar dari mobil.

"Irene tunggu, biar nanti aku saja yang bawa, tidak baik wanita hamil angkat beginian" cegah Sultan mantap.

"Oke, makasih" ucap Irene ragu, bingung juga penasaran, sejak kapan Sultan seperduli itu padanya.

"Sandy cepat bangun, kita sudah sampai" Sultan membangunkan temannya yang

tertidur pulas.

"Sudah sampai rupanya, hei Kayla Dania bangunlah" giliran Sandy yang membangunkan dua wanita cantik disebelahnya.

"Ada apa sih? Dania bergumam tidak jelas.

"Ayo cepat turun Kayla kita sudah sampai" Dania dengan susah payah bergerak keluar dari mobil.

"Johnny, Jefri bangunlah" sekali lagi Sultan membangunkan yang lainnya.

"Sudah sampai" tanya Johnny yang sontak membuat Sultan tertawa melihat ekspresi sahabatnya itu.

"Chandra, Bayu, kita sudah sampai" Jefri yang terbangun memberitahu teman paling belakang mereka.

"Chandra singkirkan tanganmu sebelum aku membunuhmu" Bayu mendorong tubuh besar milik sahabatnya.

"Airin sayang bangunlah" bukannya menuruti perkataan Bayu, Chandra malah sengaja membangunkan Airin dengan romantis.

"Jangan sentuh kakakku sialan, tidak akan pernah aku biarkan" Bayu sekali lagi menjambak rambut Chandra.

"Bayu lepas aku khilaf, baiklah aku turun duluan" Chandra bergegas turun dari mobil.

"Kita sudah sampai" Airin yang terbangun menatap Bayu lekat.

"Ayo turun Airin, yang lain sudah menunggu diluar" ajak Bayu.

Airin bukannya bergegas bangun, malah menatap wajah adiknya begitu lembut, Bayu tiba-tiba menggeleng heran dan berpasrah diri.

"Jangan bilang kamu memuja dan mencintai adikmu sendiri, itu mustahil juga sangat ilegal Airin" tanya Bayu tegas.

"Dasar adik sialan, kamu pikir aku wanita apaan" Airin dengan keras mendorong Bayu hingga terjungkal keluar dari mobil.

"Airin" teriak Bayu murka membuat semuanya tertawa.

Mereka bergegas pergi dengan membawa Ransel masing-masing, kecuali Irene yang hanya berjalan santai, tidak selang berapa langkah Airin melempar Ransel miliknya pada Bayu, meskipun prustasi dan murka Bayu terpaksa membawanya.