Pukul 22:00 malam.......
Ketika semua mahluk Tuhan yang ada di dalam villa tertidur pulas, sesuatu yang mengejutkan datang tanpa di undang, maksudnya hujan deras tiba-tiba saja bertamu malam itu.
"Ternyata hujan" gumam Airin yang baru saja terbangun.
"Kemana lagi Irene? perasaan dia nggak pernah capek rupanya" oceh Airin ketika sadar Irene tidak ada di sebelahnya.
Airin terjaga dan berniat untuk berkeliling sebentar di teras depan, langkah kaki Airin berhenti di anak tangga ketujuh, sangat jelas dan juga mengenal mereka Airin melangkah perlahan, Airin tadinya mau ambil minum dulu sebelum keluar villa, namun Airin mengurungkan niatnya karena Irene dan Tiyan berdebat di ruang makan, melanjutkan langkahnya perlahan menuju pintu depan, takut membuat kedua pasangan itu terganggu dengan kehadirannya.
"Hei tunggu, apa yang kamu lakukan di sana" panggil Airin saat matanya menangkap seorang pria berkeliaran di taman.
"Kamu pria itu bukan? aku yakin mataku tidak pernah salah" langkah cepat Airin mencoba mendekati pria misterius berwajah malaikat.
"Berhenti di sana, jelaskan padaku apa yang kamu inginkan di villa ini" teriak Airin kesal karena pria itu buru-buru berjalan menjauh.
"Aku pasti bisa menyusulnya, secepat itu dia berjalan" Airin tidak sadar kakinya terus berlari di gelapnya malam, bahkan sudah terlalu jauh dari kawasan villa mereka.
"Kamu pikir aku takut, wajah tampan itu membuatku prustasi, badaipun aku berani lewati apalagi hanya hujan" ocehan Airin menemani langkah pastinya.
"Aduh ini baju pakai nyangkut segala" langkah Airin terhenti.
"Airin" panggil seseorang di antara gelap dan derasnya hujan.
"Iya" jawab Airin terkejut.
"Dava, ini benaran kamu kan? ya tuhan aku benar-benar tidak percaya" panggil Airin pada pria yang datang menghampirinya.
"Dava kenapa bisa kamu ada disini? Jhonny dan Jefri ikut ke villa Tiyan untuk mencarimu" tanya Airin pada Dava yang hanya membantu melepas bagian ujung baju miliknya karena tersangkut ranting.
"Dava kenapa diam saja? ada apa denganmu? bicaralah padaku" Airin mencoba menatap Dava.
"Bajumu kotor dan basah, ayo ikutlah denganku kembali ke villa" Airin meraih tangan Dava namun tidak ada respon apapun.
"Kepalamu juga berdarah Dava, biar aku bantu membersihkannya" tidak putus asa Airin mencoba menyeka perlahan darah segar yang menetes membasahi wajahnya.
"Bicaralah Dava, jangan diam saja, kamu membuatku takut" tiba-tiba Airin bicara putus asa.
Dava yang tadinya menunduk perlahan mengangkat wajahnya, dia tersenyum menatap hangat calon istri dari sahabatnya itu, kemudian Dava memeluk Airin penuh kasih sayang, Airin sempat shock dan ingin menangis histeris, ketika dia sadar tubuh kuat Dava sedingin bongkahan es, wajah tampan Dava terlihat begitu pucat meskipun dipenuhi dengan noda darah.
"Dava, apa yang harus aku katakan pada Jhonny dan Jefri" isak tangis Airin dengan tubuhnya yang melemah seketika.
"Airin pulanglah jangan pernah ikuti pria itu, kembalilah besok pagi bersama yang lain ke kota" nada lirih Dava membuat perasaan Airin sakit.
"Setidaknya ikutlah bersamaku Dava, meskipun hanya sebentar" Airin sangat tidak berdaya bahkan untuk berdiri saja.
"Aku hanya bisa mengantarmu sampai danau itu Airin, kumohon kembalilah ke villa sekarang" mohon Dava seraya menjauh dari Airin.
"Dava tunggu, aku tidak perduli siapa kamu saat ini, aku hanya mau kembali ke villa bersamamu" teriak Airin dengan suara seraknya.
"Dava kumohon, aku minta maaf untuk kejadian sebulan yang lalu" ucapan tulus Airin sebelum dirinya pingsan.
Sementara Itu Di Villanya Tiyan.......
"Bagaimana Tiyan, Irene, kalian menemukannya" tanya Bayu begitu panik luar biasa.
"Belum Bayu, sudah kami cari ke hutan belakang juga tidak ada" jawab Tiyan terlihat jujur.
"Ya Tuhan Airin, kemana lagi kita bisa mencarinya" Bayu terduduk lemas dan sangat kacau.
"Bayu tenanglah, minum ini dulu" Irene membawakan segelas air putih.
"Bagaimana aku bisa tenang, Airin sendirian diluar sana, kamu kenal dia kan Irene, kakak perempuanku itu takut gelap" Bayu berdiri mondar mandir membuat yang lain jadi kasihan.
"Kalian sudah mencarinya di dalam villa? bagaimana kalau kita coba cari lagi" Jhonny berusaha agar Bayu sedikit tenang.
"Percuma Jhonny, sudah lebih dari tiga kali kami mencarinya, hasilnya tetap sama Airin tidak ada di dalam villa" jawab Kayla meyakinkan mereka.
"Tidak ada salahnya kita cari lagi, siapa tahu ada tempat yang kita tidak ingat" Jefri tidak putus asa memberi semangat.
"Baiklah kita berpencar lagi saja, aku dan Kayla mencari ke lantai atas" Dania berusaha menutupi rasa takutnya.
"Aku Jhonny dan Jefri mencari kehutan belakang villa, Bayu percayalah kita pasti menemukan Airin" Chandra menepuk pundak sahabatnya.
"Terima kasih semuanya, Airin pasti sangat ketakutan" Bayu hanya bisa bicara dalam kegelisahan.
"Bayu aku dan Sandy mencari ke taman depan, kami tidak akan kembali sebelum bisa menemukan Airin" Sultan pamit pada mereka.
"Yakinlah dengan kakakmu Bayu, dia akan bertahan untuk kita semua" Sandy menghibur Bayu sebelum bergegas pergi.
"Kalian hati-hati" ucap Bayu pada kedua temannya.
"Aku dan Tiyan bantu kamu cari Airin lagi, kita datang kesini bersama-sama Bayu, dan akan pulang bersama juga" Irene meraih kedua tangan Bayu.
Bayu mengangguk walaupun hatinya sangat tidak yakin, hilangnya Airin membuat Bayu kehilangan hampir separuh hidupnya, meskipun tidak akur seperti kakak adik yang lainnya, Bayu sangat menyayangi kakaknya yang keras kepala itu, mereka kembali berpisah mencari Airin meskipun malam itu masih diguyur hujan deras.