Malam Hari Di Hutan.......
"Apa kamu hanya bisa mengasah pisau? tapi sayang pisau milikmu tidak berguna"
ucapan pria tampan yang baru datang mengalihkan perhatian pria manis bermata teduh.
"Dari mana saja" tanya pria itu bahkan dengan nada ramah.
"Mengintai mangsa baru" jawab pria berwajah malaikat itu santai.
"Tidak bisakah kamu berhenti melakukannya" meletakan pisaunya pria manis itu kesal.
"Aku tidak akan berhenti, dia yang mulai dan dia jua yang akan mengakhirinya" jawab Vano terlihat senang.
"Mereka semua tidak ada hubungannya, dengan dendam gilamu itu, cukup sampai disini dan jangan menyakiti banyak orang lagi" Tio menaikkan nada bicaranya.
"Aku senang bisa melakukan permainan ini, mereka teman dari adik dan juga pacarnya, bukankah itu seru" Vano bicara penuh penekanan tanpa rasa bersalah.
"Aku muak denganmu Vano" Tio bergegas pergi meninggalkan rumah bawah tanah milik mereka.
"Mau kemana Tio" tegur pria yang membersihkan tubuh dan tangannya dari
noda darah.
"Mau menebus dosa" jawab Tio angkuh.
"Kenapa dia pergi dengan wajah kesal" Yoga masuk dan menghampiri Vano.
"Dia marah dengan pemburu ini hahaha" jawab Vano yang menunjuk dirinya sendiri sambil tertawa lepas.
"Bisakah hormati dan sedikit bersikap ramah padanya" Yoga memberi peringatan.
"Iya maaf, apa semuanya sudah beres"sahut Vano sekaligus bertanya.
"Kalau aku sudah kembali, sudah jelas semuanya beres tanpa jejak" Yoga melirik lekat dan tajam sahabatnya.
"Baguslah" ucap Vano puas.
"Tapi ingat jangan bersikap tidak sopan pada Tio, karena aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri" Yoga berlalu dari hadapan Vano.
"Silahkan saja kalau memang kamu bisa" bukannya takut dan patuh Vano malah tersenyum menang.
Jam 03:00 pagi......
"Cepatlah Kayla, di sini sama sekali tidak aman" Dania terus memaksa Kayla untuk
turun.
"Sebentar Dania, aku juga harus membawa barangnya Airin" jawab Kayla memasukkan semua barang mereka ke dalam Ransel.
Kemudian keduanya buru-buru turun ke lantai bawah, menemui yang lain dan harus jujur mereka tidak menemukan Airin.
"Syukurlah kalian semua sudah kembali, apa ada yang menemukannya" Dania yang turun dari lantai atas bergegas menghampiri mereka.
"Maaf Bayu sepertinya Airin memang tidak ada di villa ini" ucapan jujur Kayla pasrah.
"Kami juga belum bisa menemukan Airin, kami bahkan mencarinya kembali beberapa kali" Sultan menunduk bersalah.
"Bayu maafkan kami berdua, kita akan terus mencari Airin" ucapan tulus Sandy.
"Aku tahu ini tidak mudah untuk kalian semua, tapi Airin harus bisa kita temukan, maaf sudah membuat tidur kalian terganggu, dan terima kasih untuk semuanya" sahut Bayu yang kali ini benar-benar kacau dan pasrah.
"Bagaimana kalau kita bertukar tempat, siapa tahu kali ini kita beruntung" saran Chandra yang juga tidak putus asa mencari sahabatnya.
"Kurasa ide Chandra benar, ini sudah fajar dan sebentar lagi pagi kan, semakin mudah untuk kita bisa menemukan Airin" Jefri mendukung saran dari Chandra yang menurutnya sangat masuk akal.
"Sudah hampir lima jam kita mencarinya,
bagaimana Airin bisa bertahan sedingin ini di luar sana" lirih Bayu mengigit bibirnya dengan begitu panik.
"Bayu kumohon bersabarlah, coba kita ingat lagi apakah ada tempat yang kita lupakan" Irene mencoba menguatkan sahabatnya.
"Percuma semua tempat sudah kita cari, hasilnya tetap sama bukan, wanita itu tidak bisa di temukan" Tiyan membuat
semuanya patah semangat.
"Aku tidak yakin dengan apa yang kamu katakan Tiyan, apa ada yang mencari Airin ke jalan menuju tempat mobil kita di parkir? bagaimana kalau kita coba cari ke arah sana" Jhonny tersadar dari pikiran yang sejak tadi mengganggunya.
"Jhonny benar ayo kita cari ke sana" Bayu bergegas ingin keluar dari villa,
"Kalau Airin benar pergi ke sana, berarti dia dalam keadaan aman, atau wanita itu sedang asyik tidur di dalam mobil sekarang" cegah Tiyan membuat langkah Bayu terhenti.
"Apa maksudmu? jangan bilang kamu yang merencanakan ini semua, ара yang kamu inginkan dari Airin? katakan padaku dasar pria sialan" Bayu tiba-tiba tidak mampu menahan emosinya.
"Terserah kamu Bayu, kalian semua ikutlah denganku" jawab Tiyan santai membuat mereka semua makin heran.
"Ikut denganmu, memangnya kemana? ingin menjebak kami maksudnya" Bayu bertanya dengan tatapan tajam.
"Ada satu tempat yang belum kita datangi, itu area yang sangat terlarang disini, aku sendiri juga tidak yakin Airin pergi kesana" jelas Tiyan dengan ekspresi dingin seperti biasa.
"Area terlarang, apa Dava juga ada disana" tanya Jefri menatap tajam tidak percaya Tiyan.
"Sekarang katakan dimana Dava? apa yang sudah kamu lakukan padanya" Jhonny bangun dari duduknya menghampiri Tiyan.
"Sudah aku bilang Dava tidak ada disini" jawab Tiyan angkuh.
"Sejak awal aku ingin memastikan sesuatu tentangmu, aku harap apa yang aku pikirkan itu salah Tiyan" kali ini Chandra berani mengatakan isi hati dan pikirannya.
"Seorang wanita tidak akan bisa bertahan. di luar sana lebih dari lima jam" ucapan Tiyan seketika membuat mereka murka dan shock bagi Irene.
"Apa ini Tiyan? kalau sampai terjadi sesuatu pada Airin, aku sendiri yang akan membunuhmu" murka Bayu mencengkram kuat ujung baju bagian leher Tiyan.
"Bayu tenanglah, Tiyan kita harus bicara sekarang" Irene melerai keduanya dan menarik tangan Tiyan menjauh dari sana.
"Sebenarnya ada apa dengan Tiyan dan kalian semua? sepertinya aku sudah ingin gila melihat semua ini" Sultan tiba-tiba kecewa dan kesal.
"Sekarang yang terbaik kita ikuti saja
permainan Tiyan, jangan pernah jalan terpisah karena itu yang dia inginkan, kita cari Airin sama-sama dari setiap kawasan villa ini, aku yakin Airin tidak mungkin pergi jauh dari sini" Sandy berusaha agar mereka bisa bertindak memakai akal sehat.
"Aku setuju, tujuan utama kita adalah menemukan Airin, dan yang kedua pergi secepatnya dari villa ini, firasat dan pikiranku sudah tidak bagus lagi disini" Dania ikut mendukung saran dari Sandy.
"Benar sekali teman-teman, mungkin kita sudah melakukan kesalahan, dan bisa pergi ketempat teraneh seperti sekarang, ayo kita susul Tiyan dan Irene karena hanya dia yang tahu tempatnya" ajak Kayla memperingatkan dan mereka semua setuju.