Rumah Kecil Pinggir Hutan

Airin dengan susah payah mencoba membuka kedua matanya, semua terasa sangat berat dan tubuhnya begitu lelah, seketika hatinya merasa sakit dan dadanya begitu sesak.

"Dava" panggil Airin yang terisak ketika dia tersadar dari pingsannya.

"Kamu sudah bangun" tegur pria yang baru datang dan menghampiri Airin.

"Siapa kamu? dan dimana aku sekarang" Airin tiba-tiba panik dan begitu takut.

"Makan semuanya dan cepatlah pergi dari sini" jawab pria itu datar meletakkan makanan dengan kasar.

"Aku tidak mau makan, tanpa kamu suruhpun aku akan pergi dari tempat ini" Airin bergegas bangun dari tempat tidurnya.

"Baguslah, di luar sana ada jembatan kayu menuju danau, pergi kearah selatan setelah sampai di ujung jembatan" sahut pria itu tersenyum sinis.

"Aku bisa sendiri, tidak perlu memberiku perintah" protes Airin mencoba menutupi rasa takutnya.

"Semoga kamu beruntung" ucap pria itu mengambil kedua pisau kesayangannya.

"Bukan urusanmu" Airin tiba-tiba bergegas keluar dari rumah kecil di pinggiran hutan milik dari pria misterius.

"Wanita tidak tahu terima kasih" Gumam pria itu menggeleng menatap punggung Airin yang semakin menjauh kemudian perlahan menghilang dari pandangannya.

"Aneh sekali rasanya berusaha tidak perduli padahal sangat penasaran" Airin mengoceh mengutuk dirinya sendiri.

"Apa yang dilakukan pria setampan dia di hutan sialan ini" lagi-lagi Airin melangkah dengan kesal.

"Apa jembatan ini yang dia maksud? Danaunya begitu Indah" langkah Airin terhenti memandang takjub sebuah danau, yang berada persis di bawah jembatan kayu tempat di mana dia berdiri.

"Kenapa tadi malam aku tidak melihat ada jembatan dan danau di sekitar sini" dengan berat hati Airin melanjutkan langkahnya.

"Yang di maksud Dava tadi malam, apa danau ini? tiba-tiba Airin seperti merasa sesak dan kembali nyeri dihatinya.

"Kenapa denganmu Dava? Airin bukannya mengambil jalan ke selatan, tapi dengan langkah pasti turun kebagian utara tepat ditepi danau.

Dari jarak yang sangat dekat namun tidak di sadari oleh Airin, pria berwajah malaikat tersenyum sinis penuh dendam.

"Teman-teman lihat itu, Airin ada di sana" Chandra membuat mereka lega sekaligus terharu.

"Cepat susul dia" Bayu berlari sangat cepat menuju di mana tempat Airin melamun.

"Bayu hati-hati" Jhonny terus mengingatkan.

"Syukurlah dia terlihat baik-baik saja" ucap Jefri mengikuti Bayu di belakang.

"Ayo Dania cepat sedikit Sandy meraih tangan Dania yang sudah kelelahan.

"Iya" jawab Dania senang.

"Apa yang kamu lihat Kayla" Sultan membuyarkan lamunan Kayla yang terpaku di tempat.

"Bukan apa-apa, ayo cepat kita susul yang mereka" Kayla buru-buru mengajak Sultan.

"Tiyan urusan kita belum selesai, aku masih punya banyak pertanyaan untukmu" Irene menatap tajam Tiyan sebelum dia pergi menyusul semua temannya.

"Terserah" jawah Tiyan angkuh.

"Airin" panggil Bayu yang langsung memeluk kakaknya.

"Apa kamu baik-baik saja Airin? tanya Bayu begitu khawatir.

"Kalian di sini" tanya Airin masih nyaman membalas pelukan adiknya.

"Apa yang kamu lakukan di sini Airin? kami semua panik mencari kesana kemari" Bayu masih penasaran dengan apa yang dilakukan kakaknya.

"Kenapa begitu banyak bercak darah di bajumu? Airin apa kamu terluka di mana yang sakit" Bayu kembali panik memeriksa seluruh bagian tubuh sang kakak.

"Bayu aku tidak terluka, aku hanya takut" jawab Airin jujur.

"Tapi kenapa dengan bajumu" raut wajah khawatir begitu jelas Airin lihat dari wajah adiknya.

"Bisa kita kembali ke villa, aku terlalu lelah Bayu" Airin menatap lekat sang adik.

"Tentu saja biar aku gendong" Bayu berjongkok di hadapan Airin.

"Tidak perlu Bayu, aku masih bisa jalan" Airin menyenggol Bayu hingga terduduk di tanah.

"Ya Tuhan dasar wanita keras kepala" Bayu mengeluh membuat yang lain tertawa.

"Airin sepertinya kamu begitu menikmati danau ini" Irene menggoda sahabatnya yang langsung memeluknya.

"Sangat menikmati sekali" jawab Airin kesal.

"Airin kamu sudah membuat semua orang khawatir, lagian untuk apa malam-malam keluar sendiri" Kayla juga memeluk sahabat keras kepalanya itu.

"Benarkah?? aku senang sudah membuat masalah" balas Airin terkekeh.

"Lain kali bilang dulu kalau mau pergi, Bayu hampir gila mencarimu Airin" Dania yang gantian memeluk temannya.

"Dari dulu Bayu memang sudah gila" ucapan Airin membuat Bayu meliriknya murka.

"Sepertinya Bayu sudah mewakili kami semua untuk bertanya keadaanmu Airin" Chandra kehabisan kata-kata.

"Maaf semuanya sudah membuat kalian khawatir" ucap Airin terharu.

"Bukannya tidur malam, kamu malah kelayapan Airin" Sandy mengeluh.

"Kurasa terlalu banyak pria tampan di hutan ini" jawaban Airin membuat mereka terheran-heran.

"Jangan mulai lagi Airin, ayo kita pergi dari sini" Sultan tiba-tiba mengingatkan.

"Ide yang bagus" balas Airin semangat.

"Johnny, Jefri, makasih sudah membantu Bayu mencariku" tiba-tiba Airin membuat langkah Jhonny dan Jefri terhenti.

"Tidak masalah Airin, syukurlah kamu baik baik saja" jawab Jefri tersenyum.

"Apa kamu yakin masih bisa jalan" tanya Jhonny ragu.

"Entahlah" jawab Airin seadanya sebelum dia jatuh pingsan di pelukan Jhonny.

Semuanya panik dan bergegas membawa Airin kembali ke villa, namun ada perasaan lega dan senang yang mereka rasakan, tidak biasanya Airin bersikap semanis itu kepada Jhonny dan Jefri, sebenarnya masih banyak pertanyaan yang berkecamuk di pikiran mereka masing-masing, namun mereka juga tidak ingin membuat Airin berpikir terlalu keras, kembali ke villa dan istirahat sejenak adalah pilihan terbaik yang paling aman untuk semuanya.