Sketsa Wajah

Suasana menjadi hening dan sangat tenang, mereka semua larut dalam pikiran dan ingatan masing-masing, beberapa kali tatapan mata mereka saling bertemu, kemudian menghembuskan napas berat hampir bersamaan.

"Aaaaahhhkk aku ingat" Tiba-tiba Sandy berteriak keras, spontan membuat yang lain mengusap dada mereka karena terkejut.

"Selain pria yang membawa kapak itu, aku pernah tanpa sengaja melihat pria tinggi dengan rambut pirangnya, masuk kekamar Tiyan tepat pada malam hari saat kita kehilangan Airin, sebentar sepertinya aku bisa mengingat wajahnya dengan jelas" Sandy bicara yakin kemudian memainkan tangannya yang lihai diatas kanvas lukis.

"Sandy apa kamu yakin? pria yang kamu lihat adalah dia" Tanya Airin menatap Sandy tidak berkedip.

"Sangat yakin Airin, lihatlah aku bahkan seperti melihatnya lagi" Jawab Sandy sambil memperlihatkan sketsa wajah yang baru saja dia buat.

"Apa mungkin Sem juga ada di villa ini? Tapi dia sempat menghubungiku sejam sebelum kita berangkat" Airin bicara bingung sambil mencari keberadaan ponsel miliknya.

"Kamu kenal pria ini" Tanya Bayu khawatir.

"Dia temannya Joy" Jawab Airin namun ekspresi wajahnya berubah sendu ketika menyebutkan nama Joy.

"Maksudnya Joy yang itu" Tanya Irene lagi penasaran, namun Airin hanya menjawab dengan mengangguk pelan.

"Sebenarnya apa yang terjadi Airin? kenapa bisa temannya Joy ada di villa ini" Dania bicara dengan ekpresi tidak percaya.

"Entahlah" Jawab Airin seadanya.

"Kenapa bisa temannya Joy yang menghubungimu, bukannya dia sendiri juga memiliki nomormu" Kayla yang tadinya tenang malah ikut mondar mandir tidak jelas.

"Entahlah" Jawab Airin lagi namun tatapan matanya terlihat kosong.

"Tunggu-tunggu ini maksudnya bagaimana? Pria yang ada di sketsa adalah Sem temannya Joy, maaf kalau aku boleh tahu Joy itu siapa" Jefri memberanikan diri bertanya.

"Dia adik tirinya Airin dan Bayu, lebih tepatnya putra bungsu dari wanita simpanan ayah mereka" Chandra yang menjawab tanpa ragu meskipun Bayu langsung menatapnya tajam.

"Aku pernah bertemu dengannya di bandara sebulan yang lalu, tapi untuk pria yang ini aku sama sekali tidak pernah melihatnya" Ucap Sultan masih sibuk mengamati sketsa wajah yang Sandy buat.

"Aku juga tidak kenal, kalau Joy sendiri kami pernah satu Apartement di London" Sandy ikut berbicara dengan nada begitu yakin.

"Airin apa kamu baik-baik saja? Istirahatlah dulu jangan di paksakan" Jhonny yang sejak tadi menyadari perubahan Airin menegurnya dengan sangat hati-hati.

"Jhonny benar Airin, biar aku antar kekamar" Bayu bergegas bangun dari tempat duduknya.

"Aku baik-baik saja, Sultan sekarang giliranmu" Tolak Airin mencoba meyakinkan mereka.

"Sepertinya cuma pria yang kita lihat kemarin malam dari dalam mobil" Jawab Sultan begitu yakin.

"Kurasa kita semua tidak ada yang mengenalnya, meskipun aku Bayu dan Chandra belum melihatnya" Tanya Airin menatap satu persatu dari mereka, dan mereka semua membalasnya setuju.

"Kalau kalian berdua" Tanya Airin pada Dania dan Kayla.

"Pria yang sama seperti kata Sultan tadi dan jangan lupakan hantu wanita itu" Jawab Dania tiba-tiba mendekat pada Sandy.

"Tenanglah ada aku disini" Ucapan Sandy terlihat cukup meyakinkan.

"Sandy cepatlah buat sketsa wanita itu" Gesak Kayla bergidik ngeri sambil mengawasi sekitar mereka.

"Oke-oke ini juga sudah aku usahakan, coba katakan secara pelan dan detail penampilan wajahnya" Pinta Sandy tidak sabaran.

"Sepertinya dia sangat cantik" Kata Chandra mengawasi hasil akhir yang dibuat Sandy.

"Tidak lebih cantik dari Airin" Bayu menjawab mantap.

"Bayu benar, Airin jauh lebih cantik" Jhonny ikut bicara sambil melirik sketsa wajah wanita itu.

"Kalian pikir aku akan berterima kasih" Tegur Airin dengan wajah kesalnya.

"Setidaknya mata mereka lebih normal dari pada Chandra" Jefri bicara namun tidak berani menatap Airin.

"Aku setuju dengan Jefri, memang cantik tapi masih standar" Sultan menambahkan lagi.

"Kalian tidak tahu apa yang aku lihat sekarang, bulu romaku semakin merinding melihatnya" Dania lagi-lagi menyembunyikan wajahnya dibalik tubuh Sandy.

"Jangan takut ada aku disini" Sandy bicara sambil tersenyum simpul.

"Ada apa dengan wajahmu itu Sandy? Sepertinya kamu tidak terlalu fokus, coba tambahkan tahi lalat dibagian bawah dagu wanita itu" Kayla memberitahu Sandy yang agak menikmati dunianya.

"Sepertinya aku pernah melihatnya, tapi aku lupa dimana tempatnya" Irene mencoba dengan susah payah mengingatnya kembali.

"Irene benar kurasa aku juga pernah melihatnya, kalau tidak salah tiga bulan yang lalu di apartement baru miliknya Joy" Airin mencoba memastikannya dengan melihat tidak berkedip sketsa wajah wanita itu, namun lagi-lagi raut wajah Airin selalu berubah sendu ketika menyebutkan namanya Joy.

"Kamu yakin Airin? Apa hubungan wanita itu dengan Joy" Tanya Bayu menatap lekat dan hangat kakaknya.

"Entahlah" Jawab Airin lagi seadanya.

"Tapi kenapa hanya Dania dan Kayla saja yang melihatnya, kami semua juga tidak pernah melihat hantu wanita itu" Chandra bicara sambil berpikir keras.

"Itu juga yang ingin aku tanyakan pada kalian semua" Jawab Dania merangkul kedua lututnya seperti orang kedinginan.

"Apa kalian pernah melihatnya di lantai bawah atau tempat lain" Tanya Sultan begitu penasaran sekaligus bingung.

"Sama sekali tidak pernah, dia selalu muncul dikamar kami secara tiba-tiba kemudian menghilang begitu saja" Jawab Kayla yang membesarkan bola matanya kemudian bergidik ketakutan.

"Ini semua benar-benar membuatku hampir gila" Keluh Sandy menggeleng pasrah.

"Wanita itu sepertinya sudah tidak ada di dunia ini, tapi apa ada hubungannya dengan kamar kalian" Jefri bicara namun reaksinya seketika membuat yang lain takut.

"Semua yang kita lihat dan rasakan sejak awal datang ke villa ini memang aneh, hanya Tiyan orang yang bisa membantu kita mencari tahu semuanya" Jhonny memberi saran yang sedikit aneh namun sangat berguna.

"Entahlah" Jawab Airin lagi seadanya.

"Airin kamu kenapa? Yakin masih mau melanjutkan ini" Tanya Bayu khawatir.

"Kamu jadi semakin aneh Airin" Chandra menyentuh lembut rambut sahabatnya itu.

"Singkirkan tanganmu Chandra, sebelum aku yang melakukannya" Protes Bayu melirik tajam temannya.

"Oke oke Bayu, menyentuh rambutnya saja tidak boleh" Gerutu Chandra dengan wajah kesal.

"Aku tidak apa-apa" Jawab Airin lagi.

"Jefri apa kamu bisa dengan jelas mengingat wajah pria dibalik pohon itu" Tiba-tiba Airin beralih menatap Jefri penuh harap.

"Wajahnya sangat jelas meskipun di gelapnya malam Airin, begitupun dengan Jhonny dia juga bisa melihatnya" Jawab Jefri begitu yakin.

"Bagaimana denganmu Jhonny? apa ada pria lain lagi selain pria dibalik pohon, dan pria yang kalian bilang membawa kapak itu" Airin lagi-lagi beralih menatap Jhonny seakan ada begitu banyak harapan terpancar diwajah cantiknya.

"Sepertinya hanya mereka yang aku lihat Airin, bahkan untuk Dava saja kami belum pernah melihatnya" Jawab Jhonny sangat yakin namun kesedihan di wajahnya terpatri begitu jelas saat menyebut nama Dava.

"Sandy fokuslah ku mohon" Pinta Airin berkata lirih membuat semuanya bingung bercampur sedih.

"Apa ini Airin? Kalian yakin seperti ini wajah pria itu" Tanya Sandy pada Airin kemudian beralih ke Jhonny dan Jefri.

"Itu benar-benar dia Sandy, kamu sangat pandai membuat sketsa wajah" Jefri terkesima melihat hasil akhir yang dibuat sahabatnya Sandy.

"Dia sangat tampan dan begitu polos, dia juga memiliki anting kecil di kedua telinganya" Jhonny menambahkan lagi apa yang dia ingat pada Sandy.

"Ini tidak mungkin" Airin bergegas bangun dari tempat duduknya sambil menangis dan berlari menjauh dari mereka semua.

"Pria itu adikku, namanya Joy" Ucapan Bayu yang menunduk sambil memegang prustasi kepalanya sendiri.

"Bayu tenanglah, mungkin dia pria yang hanya mirip dengan Joy" Chandra berusaha menenangkan sahabatnya.

"Chandra benar, lihatlah dia bahkan lebih jelek dari adikmu Joy" Sultan mencoba agar Bayu berhenti dari kekhawatirannya.

Sementara Irene, Dania dan Kayla menatap kosong dan hampa sketsa wajah pria yang sangat mereka kenal, Jefri bersama Jhonny merasa sangat bersalah pada mereka semua, terlebih lagi pada Airin dan Bayu yang begitu shock juga terpukul setelah melihat hasilnya, Jefri dan Jhonny begitu kagum bahkan terpesona melihat sketsa wajah tampan miliknya Joy, namun mereka juga merasakan sesak dan sakit yang menghantam dada secara bersamaan.