Hampir satu hari penuh Airin tidak keluar dari kamarnya, bahkan Irene juga tidak bisa masuk karena Airin menguncinya dari dalam, Jhonny dan Jefri menjadi tidak enak hati karena kejadian tadi pagi, sketsa wajah yang ketiga membuat Airin begitu terpukul.
"Bayu aku minta maaf" Ucap Jhonny sangat berhati-hati menghampiri temannya yang murung sejak tadi.
"Ini sama sekali bukan salahmu Jhonny, kamu dan Jefri hanya memberitahukan apa yang kalian lihat, dan itu mungkin saja sangat berguna untuk kita nanti" Jawab Bayu tersenyum namun kesedihan masih membekas diraut wajahnya.
"Airin masih belum keluar dari kamarnya, aku dan Jefri benar-benar merasa bersalah, sekali lagi kami minta maaf Bayu" Lagi-lagi Jhonny berucap penuh sesal.
"Kamu memang aneh Jhonny, untuk apa meminta maaf ini bukan salahmu ataupun Jefri, aku tahu Airin sangat terpukul karena dia sangat menyayangi Joy, Airin begitu membenci ibunya Joy dan ayah kami, namun kasih sayang yang diberikan Joy padanya melebihi siapapun, karena itulah Airin begitu menyukai dan menyayanginya" Jelas Bayu sambil menghela napas sangat berat.
"Aku terkejut melihat pria setampan dan sepolos itu, kenapa kamu tidak pernah mengenalkan aku dengannya" Tanya Jhonny penuh selidik.
"Ayahku melarangnya, itulah kenapa Airin dan Joy sering bertemu secara diam-diam" Jawab Bayu menjelaskan agar Jhonny tidak salah paham.
"Sebenarnya apa yang kita lihat itu nyata atau hanya ilusi saja" Tanya Jhonny menatap hampa kedepan.
"Entahlah aku juga tidak mengerti, tapi hati ini terasa begitu sesak dan sangat sakit" Jawab Bayu sendu.
"Kalian disini rupanya" Sapa Jefri yang baru datang bersama Chandra, Sultan, Sandy, Dania dan juga Kayla.
"Kalian dari mana saja" Jawab Jhonny sekaligus bertanya.
"Kami dari hutan belakang" Jawab Chandra.
"Untuk apa kalian kesana" Tanya Bayu heran.
"Hanya ingin memastikan sesuatu" Sultan yang menjawab.
"Airin masih belum keluar kamar" Sandy melirik kesana kemari.
"Belum" Jawab Bayu singkat.
"Semua Fonsel milik kita tidak ada sinyal, dan miliknya Airin hilang" Oceh Dania kesal.
"Aneh sekali, tempat ini sepertinya dikutuk" Kayla menambahkan lagi keluhannya.
"Sepertinya kita harus kembali ke kota sekarang, perasaanku menjadi semakin gelisah dan takut" Tiba-tiba Irene yang baru datang menghela napas memburunya.
"Kenapa denganmu Irene? Dimana Tiyan" Tanya Bayu kebingungan.
"Untuk saat ini lupakan Tiyan, kemasi barang kalian semua, Bayu dan siapapun dari kalian tolong bujuk Airin, waktu kita tidak banyak teman-teman" Jawab Irene sangat gelisah.
"Memangnya ada apa Irene" Tanya Chandra masih belum mengerti.
"Nanti akan kujawab setelah kita di mobil, bisakah kalian cepat bergegas dan percaya padaku" Jawab Irene sekaligus mengingatkan.
"Baiklah baiklah" Jawab Sultan.
"Ayo Dania, Kayla aku antar ke kamar kalian" Sandy bangun dari duduknya.
"Iya-iya itu lebih baik" Jawab Dania ikut bergegas.
"Bagaimana dengan Airin" Kayla menatap semuanya secara bergantian.
"Biar aku dan Bayu yang membujuknya" Jhonny langsung menjawab yakin dan di balas anggukan kepala dari Bayu.
"Cepatlah kalian semua berkemas, aku pergi ke gudang sebentar, jangan khawatir aku hanya ingin mengambil barangku yang tertinggal" Pinta Jefri buru-buru berlari meninggalkan mereka semua.
Tanpa berpikir panjang mereka semua menjauh dari taman depan, bergegas untuk berkemas dan membujuk Airin di kamarnya.
Kamar Airin Sesaat Kemudian.......
"Airin kamu paham maksudku" Tanya Bayu menyentuh lembut wajah sang kakak.
"Iya aku paham" Jawab Airin seadanya.
"Kita turun sekarang" Ajak Jhonny yang di iyakan oleh Bayu dan Airin.
Namun baru saja mereka ingin membuka pintu kamarnya Airin untuk keluar, tiba-tiba Airin pingsan dan terjatuh di hadapan keduanya.
"Bayu tolong bawa barangnya Airin kebawah, biar aku yang membawa Airin turun" Jhonny yang cekatan memberi perintah.
"Iya-iya Jhonny terima kasih sudah membantuku" Ucap Bayu bergegas turun.
"Kenapa dengan Airin" Tanya Irene begitu khawatir.
"Tiba-tiba saja dia pingsan" Jawab Bayu lemas dan prustasi.
"Ya Tuhan, bagaimana ini" Dania ikut panik ketika meraba tubuh Airin yang demam.
"Airin belum pernah seperti ini, bahkan satu kalipun tidak pernah pingsan" Kayla merasa aneh bercampur perasaan cemas.
"Biar ku ambilkan obat demam di kamar" Chandra berlari kecil kembali ke kamarnya.
"Sepertinya kita tidak bisa pergi membawa Airin sekarang" Sultan menatap satu demi satu temannya.
"Iya aku setuju, keadaan Airin sepertinya tidak baik-baik saja" Dukung Sandy.
"Tapi kita harus pergi dari sini sekarang" Irene terlihat begitu ketakutan.
"Sepertinya tidak mungkin Irene, butuh waktu satu jam untuk kita sampai ke mobil" Jhonny menghela napas beratnya.
"Semuanya kumohon, kalian bisa bergantian menggendong Airin" Mohon Irene dengan wajah pucatnya.
"Bukan masalah itu Irene, kondisinya bisa saja semakin memburuk kalau kita paksakan" Jawab Jhonny lagi dan yang lain mengangguk setuju.
"Aku takut terjadi sesuatu pada kita semua dan bayiku" Irene tiba-tiba menangis takut.
"Irene dengarkan aku, untuk malam ini kita semua tinggal di satu kamar, apapun yang kalian perlukan cukup bilang pada kami" Jefri berusaha membuat Irene tenang.
"Tapi aku takut Jefri" Keluh Irene lagi.
"Percayalah padaku Irene, selama kita masih bersama semuanya aman, aku pastikan bayimu akan baik-baik saja" Lagi-lagi Jefri meyakinkan sahabatnya itu.
"Kurasa Jefri benar, karena selama kita terus bersama sesuatu yang buruk tidak akan pernah terjadi" Bayu sangat setuju dengan saran dari Jefri.
"Aku juga setuju Irene, kami disini tidak akan pernah membiarkan hal buruk terjadi padamu dan bayimu, begitu juga dengan Airin" Chandra yang baru datang ikut bicara sambil menyerahkan obat pada Jhonny.
"Irene tenanglah dan tarik napasmu panjang kemudian hembusan lewat mulut" Sultan meraih jemari tangannya Irene.
"Aku masih belum mau melahirkan Sultan" Jawab Irene tiba-tiba kesal membuat semuanya sontak tertawa bersama.
"Kita semuanya disini masih belum ingin mati Irene, sebelum kami bisa melihat bayimu dan memberinya nama" Sandy berusaha membuat Irene terhibur.
"Tentu saja, kurasa bayiku juga penasaran dengan semua wajah paman gilanya ini" Jawab Irene sedikit terlihat tenang.
"Kamu setuju kan Irene" Tanya Dania lagi memastikan dan Irene mengangguk pelan.
"Syukurlah, aku bisa bernapas lega sekarang" Kayla mengelus pelan dadanya.
"Kami antar kalian kekamarnya Sandy dan Sultan, karena perasaanku kamar itu jauh lebih aman dari kamar lainnya" Jefri mengajak mereka semua.
"Aku,Chandra, Bayu mengumpulkan semua barang-barang kita dan menyembunyikannya, kalian jangan khawatir ada satu tempat yang kurasa cukup aman" Perintah Jefri sangat aneh namun mereka semua setuju begitu saja.
"Kenapa harus di sembunyikan Jefri" Bisik Jhonny heran.
"Tenanglah Jhonny kamu akan paham nanti" Balas Jefri mantap.
"Sultan dan Sandy bisa bantu cari apa saja barang yang bisa di gunakan untuk memukul" Pinta Jefri lagi membuat semua makin bingung dan penasaran.
"Jhonny tetaplah bersama mereka, jangan ada yang keluar kamar sampai kami berlima kembali" Lagi-lagi Jefri memberikan sarannya namun semuanya sangat setuju.
Malam itu mereka akan tidur di satu kamar yang sama, mungkin juga malam itu akan menjadi sangat panjang, atau malah sebaliknya malam yang indah untuk kebersamaan mereka.