Jefri terbangun karena tidak bisa lagi menahan panggilan alam, matanya yang tajam mengerjab beberapa kali, tatapan mata elangnya mengedar keseluruh penjuru kamar, ada sekilas senyuman tersirat dari sudut bibirnya, yang membuat ketampanan wajahnya semakin sempurna.
Jefri bangun dari tempat dia berbaring tidur dengan pelan dan sangat hati-hati, perlahan tapi pasti langkahnya mendekat dimana Jhonny tertidur pulas, Jefri menghela napas panjang kemudian menghembuskannya dengan perlahan.
"Setidaknya perhatikan juga dirimu sendiri" Bisik Jefri pelan sambil menyelimuti teman baiknya Jhonny.
"Dasar pria bodoh" Ucap Jefri memandang lekat dan hangat wajah teduh milik sahabat baiknya, tangan besar dan kekar milik Jefri mengusap lembut luka yang mulai membengkak ditangan Jhonny.
"Hey aku baik-baik saja" Gumam Jhonny terbangun menatap balik Jefri sambil tersenyum, dia tahu sahabatnya itu sangat mengkhawatirkan dirinya sejak kemarin.
"Kamu yakin" Tanya Jefri sendu.
"Sangat yakin" Jawab Jhonny memindahkan kepalanya dari bantal kepaha kuat dan empuk milik Jefri.
"Syukurlah" Ucap Jefri merasa lega.
"Hari ini tepat dua puluh lima tahun pertemanan kita" Jhonny melirik Jefri yang tersenyum jahil.
"Iya aku juga ingat" Jawab Jefri mengusap kasar rambut Jhonny.
"Kurasa kalian cocok sebagai pasangan kekasih" Suara Airin mengagetkan keduanya.
"Maaf kami membuatmu bangun" Jhonny menoleh kesampingnya namun masih nyaman dengan posisi kepala dipaha Jefri.
"Aku sudah lama terbangun" Jawab Airin tiba-tiba ikut memindahkan kepalanya pada paha Jefri tepat di sebelahnya Jhonny.
Jefri sontak terkejut dan merasa kurang nyaman dengan posisi mereka sekarang, Jhonny meliriknya dengan senyum yang mengembang indah.
"Jefri maaf" Ucap Airin cuek namun terdengar sangat tulus.
"Aku tidak mendengarnya" Jawab Jefri acuh.
"Aku bilang maaf" Airin mengulangi ucapannya membuat Jefri tersenyum.
"Untuk apa minta maaf Airin, kamu tidak punya salah" Jawab Jefri tegas namun sangat berkharisma.
"Kalau begitu tidak jadi" Oceh Airin lagi melirik Jefri dengan mendongakkan kepalanya keatas.
"Terserah kamu" Jawab Jefri tersenyum sambil mencubit hidung mancungnya Airin.
"Sejak kapan kalian akur" Tanya Jhonny dengan wajah bahagianya.
"Sejak kamu lahir" Jawab Airin dan Jefri kompak membuat ketiganya tiba-tiba tertawa pelan.
"Bisa kalian menyingkir, kakiku terasa kebas dan kaku sekarang" Perintah Jefri kesal.
"Jhonny ayo kita tidur, disini nyaman sekali" Ajak Airin semakin memeluk kaki Jefri kuat sebagai guling, membuat Jefri makin menggeleng heran dengan kelakuannya.
"Baiklah Airin" Jawab Jhonny juga memejamkan matanya disamping Airin, Jefri menghela napas sambil tersenyum melihat keduanya.
Selang beberapa saat Airin dan Jhonny tertidur dengan sangat nyaman, Jefri yang tadinya ingin sekali buang air kecil, merasa tidak tega untuk memindahkan keduanya, senyumnya lagi-lagi terpancar begitu indah menambah ketampanan wajahnya yang sempurna, Jefri akui memang dia tidak pernah akur dengan Airin, tapi bukan berarti dia tidak menyukai dan membencinya.
Jam 05:00 Pagi
Bayu, Chandra, Sultan, Sandy, Irene, Dania dan Kayla, menatap tidak percaya apa yang baru saja mereka lihat pagi ini, mata mereka membulat sempurna dengan mulut yang terbuka, penampakan yang mereka saksikan pagi itu ibarat mendapat sarapan istimewa, Airin, Jhonny dan Jefri tidur bersama dengan sangat nyamannya, posisi mereka yang kacau membuat siapa saja akan salah paham, begitupun dengan semua teman-teman mereka yan berada dalam satu kamar
"Aduh Airin kakimu menyakiti aset milikku" Gumam Jefri bergerak gelisah sambil berusaha memegang kaki Airin.
"Kamu berisik Jefri" Airin menjambak kasar rambut hitam milik Jefri.
"Jefri lepaskan tanganmu" Oceh Jhonny yang juga belum sadar dari tidurnya, menendang tangan Jefri agar jangan menyentuh kakinya Airin.
"Jhonny kamu disini rupanya" Airin yang tadinya menghadap Jefri berbalik memeluk kuat Jhonny.
"Iya aku disini Airin" Jawab Jhonny membalas pelukan Airin hangat.
"Rambutmu begitu halus dan wangi sekali Airin" Ocehan Jefri dengan mata yang masih terpejam, Jefri spontan memeluk Airin dari belakang begitu santainya.
Kebetulan bagaimana bisa posisi Airin tepat berada di tengah-tengah keduanya.
"Dasar bodoh jauhkan tanganmu Jefri" Protes Jhonny terbangun sambil berusaha menjauhkan Jefri dari Airin.
"Hey bangunlah" Bayu bersuara cukup keras agar ketiganya sadar.
"Jhonny dan kamu Jefri menjauhlah dari kakakku" Bayu menendang gemas pantat keduanya.
"Berhenti jangan ada yang berani menyentuhnya" Protes Bayu kesal sambil mendorong tubuh besar Jhonny dan Jefri.
"Ada apa Bayu" Jefri tiba-tiba terbangun dan panik sambil mengawasi sekitarnya.
"Ada apa, ada apa, menjauhlah dari Airin" Jawab Bayu menatap tajam sahabatnya itu.
"Aduh asetku terasa pegal, ini pasti ulahnya Airin" Keluh Jefri menyentuh aset masa depan miliknya.
"Dasar Jefri sialan" Bayu menghela napas kesalnya.
Sementara Chandra, Sultan, Sandy, Irene, Dania dan Kayla hanya tertawa melihat wajah kesalnya Bayu.
"Mau kemana kamu Jhonny" Bayu menarik baju bagian belakang Jhonny yang diam-diam ingin menjauh dari sana.
"Bayu aku minta maaf, percayalah aku tidak melakukan apapun pada Airin" Jhonny tiba-tiba berlutut di hadapan Bayu.
"Dasar bodoh, kamu kan bisa tidur di antara mereka berdua Jhonny, bukannya Airin yang kalian biarkan tidur di tengah-tengah" Omel Bayu lagi sambil menghela napas tidak percayanya.
"Bayu kenapa denganmu" Airin yang baru terbangun menghampiri adiknya.
"Ini semua gara-gara kamu Airin, kenapa bisa kalian tidur bertiga dengan posisi seperti itu" Bayu berbalik menatap marah sang kakak yang hanya tersenyum.
"Bayu cukup aku masih ngantuk" Airin malah memeluk adiknya yang sudah salah paham dengan mereka.
"Jauh-jauh kalian sana" Perintah Bayu lagi sebelum membalas pelukan sang kakak.
"Ini semua salahmu Jefri" Bisik Jhonny merasa bersalah.
"Salahmu juga Jhonny" Balas Jefri tidak berani menatap Bayu.
"Ada-ada saja kelakuan kalian ini" Chandra mengejek keduanya.
"Sejak kapan kamu pindah kesitu Jefri" Sultan bertanya sambil tersenyum.
"Kurasa Bayu tidak akan merestuimu lagi Jhonny" Ucap Sandy sengaja menakut-nakuti temannya.
"Jujur pagi ini sangat menyenangkan bagiku" Irene bernafas puas dan lega.
"Irene benar setidaknya kami tidak melihat hantu bergaun putih itu" Dania juga terlihat begitu segar pagi ini dengan wajah cantik berserinya.
"Penampakan kalian bertiga jauh lebih sehat untuk dilihat" Kayla juga tersenyum manis.
"Ayo kita bersiap dan membuat sarapan sebelum pergi, jangan lupa selalu awasi mereka untukku" Perintah Bayu sambil melirik gemas kedua sahabatnya yang tersenyum sambil menundukkan kepala.
Malam itu cukup aman dan tidak terjadi apapun pada mereka semua, begitupun dengan keberadaan Tiyan yang sama sekali tidak tahu dimana, Irene melarang mereka semua membahas apapun juga tentang kekasihnya itu, mereka lebih fokus untuk bersiap-siap meninggalkan villanya Tiyan pagi ini juga.