Langit yang Diam, Hati yang Gelisah

Pagi simulasi datang lambat.

Biasanya cahaya buatan yang masuk melalui kubah akan terasa hangat, menyambut para pekerja dengan ilusi pagi Bumi. Tapi hari ini, cahaya itu terasa dingin. Tidak ada musik dari ruang komunal, tidak ada suara riuh teknisi bergurau di lorong. Suasana koloni terasa seperti menahan diri.

Cyan menyadarinya saat ia berjalan melewati lorong utama sektor logistik. Tatapan mata beberapa orang terlalu cepat berpaling. Beberapa bahkan tidak menyapanya seperti biasa.

Lavra sudah mulai bekerja—itu pasti.

Di ruang pertemuan kecil yang biasa digunakan tim koordinasi, Magenta duduk di samping Cyan. Ia tidak memakai seragam teknisi seperti biasanya, melainkan jaket hitam tanpa lambang—seolah sedang menyiapkan diri untuk jadi lebih dari sekadar teknisi. Diamnya bukan karena lelah. Tapi karena sedang menimbang terlalu banyak skenario.

"Dia mulai menyusup ke semua jalur distribusi," ujar Magenta perlahan. "Kemarin aku temukan tablet logistik di-rewrite diam-diam. Kita dikunci dari modul air tingkat dua. Itu bukan error."

Cyan memejamkan mata sejenak. “Kita masih punya akses cadangan?”

“Untuk sekarang, iya. Tapi dia tahu cara mengunci perlahan tanpa membuatnya kelihatan frontal.”

Mereka tahu Lavra bukan hanya pengawas. Ia adalah algoritma sosial dalam tubuh manusia: membaca ritme komunitas, menyelip di sela-sela, lalu memutus simpul tanpa suara. Orang-orang tak menyadari saat pengaruhnya merambat, hingga sudah terlalu dalam untuk ditarik kembali.

Di ruangan itu, Rezha masuk. Wajahnya murung. Ia membawa data baru.

“Ada transfer logistik dari pesawat Lavra ke unit laboratorium barat. Lewat jalur pribadi, tidak tercatat dalam sistem utama.”

“Dia bikin lab sendiri?” tanya Cyan.

“Entah buat riset, atau... sesuatu yang lain.”

Magenta berdiri. “Aku harus lihat tempat itu.”

“Sendiri?” tanya Cyan cepat.

Ia mengangguk. “Aku bawa satu teknisi yang bisa dipercaya. Tapi kamu harus tetap di sini, jaga komando pusat. Kalau kita kehilangan arah, mereka akan ambil semuanya.”

Cyan menatapnya lama. Ada keraguan, tapi juga kepercayaan. “Hati-hati.”

Magenta menggenggam jemarinya sebentar, lalu pergi tanpa kata lagi.

Cyan merasakan sesuatu saat tangan itu lepas. Seolah keseimbangan halus yang mereka bangun mulai diuji.

**

Di tempat lain, Lavra duduk di ruang observasi tinggi, memandangi koloni dari atas. Bersamanya ada dua orang asing—berpakaian sipil, tapi bahasa tubuhnya terlalu tenang untuk disebut biasa. Mereka bukan sekadar staf.

“Pemimpin koloni tidak akan mudah disingkirkan,” ujar salah satu.

“Tapi ia akan terisolasi,” jawab Lavra. “Kita tidak perlu menjatuhkan tembok yang kuat. Cukup lemahkan fondasinya, dan ia akan runtuh sendiri.”

Ia mengetik sesuatu di tabletnya. Dalam hitungan menit, sistem hiburan koloni mulai berubah—lagu-lagu dengan tema nasionalisme Bumi, video dokumenter tentang “tanggung jawab para perintis untuk tetap tunduk pada peradaban asal.” Kampanye diam-diam sudah dimulai.

**

Sementara itu, Magenta menyelinap ke sektor laboratorium barat.

Ia dan seorang teknisi muda, Kiron, melewati lorong servis yang nyaris tak pernah dipakai. Di sana, mereka menemukan sesuatu yang tak terduga: deretan tabung pembiakan baru, bukan bagian dari eksperimen Nutri-Gel, tapi sesuatu yang lebih... biologis.

“Ini bukan tanaman,” gumam Kiron. “Ini... jaringan organik.”

“Dan bukan jaringan manusia,” tambah Magenta pelan.

Tabung-tabung itu berisi bentuk awal dari makhluk asing—campuran genetik dari eksperimen yang mungkin berasal dari data asteroid, tapi kini... dikembangkan secara diam-diam.

“Apa mereka ingin menjual ini?” tanya Kiron dengan nada cemas. “Atau... menggantikan sesuatu di sini?”

Magenta tidak menjawab. Tapi matanya menyipit. Ia tahu, jika informasi ini bocor, koloni akan panik. Tapi jika dibiarkan, koloni akan disabotase dari dalam.

Ia memotret beberapa sampel. Lalu membawa Kiron pergi—dengan langkah cepat tapi senyap.

**

Malam itu, di ruang kontrol utama, Cyan duduk sendiri menatap monitor.

Data yang ia lihat jelas—energi koloni mulai dialihkan ke sektor yang tak terdaftar dalam perencanaan awal. Lavra telah menciptakan struktur paralel—koloni dalam koloni.

Magenta kembali beberapa jam kemudian, langsung menunjukkan gambar-gambar itu. Tidak ada kata-kata berlebihan. Hanya tatap mata antara dua orang yang tahu: ini sudah bukan sekadar konflik administrasi. Ini... invasi dalam senyap.

“Kita harus memutus semua akses ke sistem utama mereka,” kata Magenta tegas. “Kalau mereka mengembangkan ini lebih jauh... bukan hanya koloni yang hancur. Kita juga.”

Cyan mengangguk perlahan. Tapi sebelum ia memberi perintah, suara dari speaker pusat terdengar:

“Semua warga Lunar Genesis, harap berkumpul di kubah observasi utama. Pengumuman penting akan dilakukan oleh otoritas baru koloni.”

Lavra telah mengumumkan langkah selanjutnya.

Cyan dan Magenta saling memandang. Dan tahu—waktu untuk menyusun strategi diam-diam telah habis.

Kini mereka harus memilih:

Melawan.

Atau hilang di bawah bayang-bayang sejarah yang tidak mereka tulis sendiri.

---