Bibit Baja , Hari Jagung Biru

Pagi itu, lorong-lorong modul terasa lebih sunyi dari biasanya. Beberapa lampu indikator di panel logistik berkedip merah sebagai peringatan bahwa verifikasi Lavra belum sepenuhnya rampung. Aroma rudal sayuran yang baru dipanen belum sempat menyapa dapur, sementara di sudut koridor, beberapa pekerja berjalan pelan dengan wajah tertekan. Mereka tahu, besok Lavra akan memeriksa hasil panen secara langsung.

Cyan tiba lebih awal di ruang koordinasi, duduk di depan meja kerjanya sambil menyeruput Nutri-Gel hangat. Di layar monitor, ORACLE—sistem pengawasan rahasia—sudah merekam aktivitas larut malam: potensi peretasan panel distribusi, lalu jejak langkah beberapa teknisi muda yang mengakses ruang server tanpa otorisasi. Data itu membuat kening Cyan mengerut. Ia membaca satu per satu log, mencoba memahami siapa yang bergerak di bawah bayangan—adan untuk apa.

Magenta datang dengan membawa tumpukan dokumen bibit jagung biru dan rencana distribusi untuk “panen kendali” yang sudah ia susun. “Mereka menuntut laporan panen langsung ke Lavra,” katanya, suaranya lembut namun cemas. “Tapi kita belum siap. Jika hasilnya tidak sesuai standar birokrasi, dia bisa gunakan ini sebagai alasan mem-PHK sebagian besar staf pertanian.”

Cyan menutup laptopnya, menatap rekan di sampingnya. “Kita perlu menunda inspeksi itu—setidaknya sampai panen kita benar-benar siap. Bagaimana kalau kita ajukan permintaan renegosiasi jadwal dengan alasan cuaca simulasi yang fluktuatif?”

Magenta mengangguk pelan. “Aku bisa sampaikan itu kepada Lia—dia akan mengatur sesi “Tenang Saja” malam ini untuk meredam kekhawatiran warga. Kalau kita bisa bikin Lavra percaya bahwa cuaca simulasi benar-benar tak mendukung panen lebih awal, dia mungkin memberi tambahan waktu. Tapi semesta kecil ini punya cara sendiri—kadang menjatuhkan badai awan sintetis tanpa pemberitahuan.”

Di ruang observasi, Rezha berdiri menatap Bumi—titik biru yang perlahan larut dalam kegelapan ruang. Ia memutar perkamen map kecil yang berisi peta jalur logistik alternatif. “Kita bisa ajukan rute logistik darurat sebagai opsi,” ujarnya. “Meski Lavra memperketat verifikasi, yang dia butuh sekarang adalah data cuaca simulasi. Fokus kita: proses tanam hingga panen harus berjalan lancar selama 48 jam ke depan.”

Magenta menatap Rezha: “Kalau mereka curiga ada rute rahasia, kita bisa gunakan kode khusus lewat ORACLE untuk menandai pasokan yang dimaksud, sehingga terlihat sah di sistem utama.”

Rezha mengangguk dingin. “Sudah kuaktifkan mode stealth—setiap pesan akan dienkripsi ganda dan disalurkan melalui satelit Orion-7. Hanya perangkat tertentu yang bisa baca. Teknisnya, hanya butuh beberapa klik.”

Sementara tim membahas detail teknis, keheningan terasa memadat. Di balik layar, ORACLE mencatat pola detik demi detik, menghadirkan informasi real-time tentang siapa yang bergerak kemana, dan siapa yang mencoba menembus jaringan.

**

Menjelang sore, Lavra muncul di ruang komunikasi ditengah rapat bersama para kepala divisi. Di belakangnya, layar holografik menampilkan grafik udara simulasi: kurva tekanan, kelembapan, dan intensitas cahaya di zona pertanian. “Kondisi cuaca simulasi memang agak tidak menentu,” katanya dingin, seolah sudah meretas rencana Cyan. “Namun, penundaan lebih lanjut tidak akan membantu investor memahami risiko produksi. Laporan panen paling lambat diterima 36 jam dari sekarang. Tidak ada kompromi.”

Maya, kepala divisi pertanian, menelan ludah sebelum menjawab. “Kami akan coba maksimal, tapi kami belum bisa pastikan hasil 100%.”

Lavra menyeringai tipis. “Pastikan 100%—atau saya akan laporkan ke dewan bahwa koloni ini gagal memenuhi tenggat. Dampaknya: penghentian suplai Dana Cadangan sebesar 20%, dan kemungkinan pemberhentian 10% staf manajemen.”

Penetapan itu menyeret suasana ke ujung ketegangan. Maya terdiam, matanya memerah. Di barisan belakang, beberapa teknisi menahan napas—mereka tahu panen ini menentukan masa depan koloni.

Cyan berdiri, perlahan maju. Ia menatap Lavra, menahan gempuran jantungnya. “Kita tidak akan mengecewakan,” ucapnya pelan. “Kami akan memberi laporan, tetapi saya ingin Lavra mengizinkan satu inspeksi lapangan pribadi—hanya saya dan satu teknisi—untuk memastikan rrnavigasi blokir logistik tidak mengganggu proses panen.”

Lavra menatap lama. Suasana hening. Akhirnya ia mengangguk, setengah terpaksa. “Hanya kalian berdua. Tidak ada orang lain. Aku ingin bukti bahwa koloni menepati janji, tanpa campur tangan kelompok lain.”

Cyan mengangguk singkat. Ia tahu ini kesempatan satu-satunya untuk mengecek jalur rahasia yang sudah disiapkan.

**

Malam harinya, sebelum inspeksi lapangan dimulai, Cyan dan Magenta berkumpul di kubah kebun mikro. Kabut tipis dari sistem irigasi otomatis menjalar, membuat lampu hijau daun-daun jagung biru tampak berpendar. Beberapa kepala keluarga yang dipilih sudah hadir: seorang ibu tunggal bernama Lina, seorang teknisi energi bernama Dato, dan seorang pemuda dari divisi logistik, Ari.

Magenta memberi penjelasan singkat, suaranya penuh keyakinan: “Inspeksi ini akan memungkinkan Lavra melihat hasil panen langsung. Tapi lebih penting, kita akan melakukan final check pada jalur logistik alternatif. Setelah itu, data Kita pasok melalui satelit—semua tercatat sah di sistem Orion-7.”

Lina mengangguk: “Aku sudah siapkan pot kecil dengan jagung biru—ini akan bukti kalau bibit itu tumbuh subur. Kita hanya perlu pastikan pencahayaan dan nutrisi di area barat tetap stabil.”

Dato menambahkan, “Aku akan jaga agar turbin cadangan tetap menyuplai tenaga ekstra untuk lampu LED. Cahaya simulasi memang naik-turun, tapi kita bisa gantikan dengan energi cadangan.”

Ari menatap Magenta: “Jalur alternatif menghubungkan gudang benih ke pintu barat. Dari situ, sapu data akan kita kirim ke Lavra—seolah semua dari rute resmi.”

Magenta tersenyum, lalu menatap Cyan: “Ini saatnya kita buktikan kepercayaan pada sistem kolektif masih berlaku. Kita tidak mau gunakan cara licik—kita hanya menavigasi sistem yang sudah mereka buat terlalu ketat.”

Cyan mengangguk, mematikan lampu kubah mikro hingga hanya cahaya lembut lampu pertumbuhan tanaman yang tersisa. “Baik. Kita jalankan besok pagi sebelum simulasi terbit. Pastikan semua siap sebelum Lavra tiba.”

Di sela udara lembap, Magenta memeluk Cyan pelan. “Kita akan melalui ini.”

**

Fajar simulasi keesokan harinya memancarkan cahaya pucat ke lorong-lorong. Cyan dan Magenta mengenakan seragam lapangan—berwarna gelap, tanpa lambang. Mereka sempat terlihat seperti pekerja biasa yang akan memeriksa pipa atau panel. Di samping mereka, Ari membawa beberapa panel tablet yang sudah berisi data panen, siap dikirimkan ke satelit Orion-7.

Saat mereka mencapai zona pertanian barat, Maya dan beberapa petani kecil sudah menunggu. Ladang jagung biru membentang rapi, pucuk daun bergetar menanggapi hembusan ventilasi. Cyan memeriksa satu per satu petak, mencatat kelembapan tanah buatan, kadar nutrisi larutan hidroponik, hingga intensitas lampu LED. Sementara Dato memastikan kabel-kabel suplai energi tetap aman.

Magenta berjalan di antara barisan petani, memberi semangat lirih: “Ingat, setiap perbuatannya adalah cermin kepercayaan kita. Tumbuhkan jagung ini bukan untuk Lavra—tapi untuk setiap jiwa yang tinggal di sini.”

Beberapa petani mengangguk, menatap Magenta ada tekad.

Di sisi lain, ORACLE terus memantau—merekam setiap detik inspeksi tanpa terlihat. Sinyal-sinyal tersembunyi menandakan panel alternatif terhubung, data mengalir ke satelit. Tapi tanpa dikontrol oleh Lavra, mereka hanya menerima data panen sesuai rencana.

Sekitar tengah hari, Lavra tiba bersama tiga petugas pengawas. Mereka turun dari kapsul pendarat yang kecil, wajahnya tanpa ekspresi. Dengan langkah terukur, ia menyusuri barisan petani, mencatat dengan tablet setiap detail yang disodorkan Cyan.

“Cahaya simulasi berada di 70%,” catat Lavra, “terlalu rendah untuk panen jagung secara optimal. Saya terkejut tanaman ini tumbuh subur.” Ia menatap Cyan. “Sepertinya Anda menggunakan lampu cadangan.”

Cyan mengangguk: “Kami menggunakan reaktor mikro yang dipasang di zona pendingin. Itu bagian dari rencana cadangan agar panen selalu terlihat baik saat inspeksi.”

Lavra memiringkan kepala, matanya tajam. “Kami akan verifikasi grid energi setelah ini. Pastikan tidak ada sumber tersembunyi.”

Magenta melangkah maju, tersenyum tenang. “Silakan. Semua panel cadangan sudah terdaftar di log resmi—hanya butuh beberapa detik untuk verifikasi.”

Petugas pengawas mulai memindai kabel dan modul cadangan. Cyan menunggu dengan napas tertahan. Beberapa detik terasa seperti menit. Akhirnya, petugas menoleh ke Lavra:

“Data menyatakan grid cadangan ini memang terdaftar. Tidak ada jalur lain.”

Lavra menutup tabletnya, wajahnya tak berubah. “Kita akan cek ulang bersama pusat data kami. Untuk saat ini, ini cukup memuaskan.”

**

Setelah inspeksi selesai, Cyan dan Magenta menarik napas panjang di samping kapsul pendarat. Suasana terasa menegang, tetapi raut wajah Lavra tampak tidak antusias—seolah meremehkan kemenangan ini.

Magenta menepuk bahu Cyan lembut. “Kita lakukan bagian kita. Sekarang terserah pusat data Lavra menafsirkannya.”

Cyan menatap ladang jagung biru yang bergoyang pelan diterpa angin sintetis. “Aku harap ini cukup. Kalau tidak… kita akan turun ke level selanjutnya.”

Magenta menggenggam tangannya. “Apapun yang terjadi, kita hadapi tadi malam dengan semua orang. Kita tidak sendiri.”

Dan di balik kubah, benih jagung biru tumbuh—tanpa suara, di bawah bayang-bayang yang sudah semakin pekat.