Ketika mulai membaca dengan lancar di usia 5 tahun, dunia dalam rumah semakin sunyi. Alex mulai membuka rak buku tua milik ayahnya. Fisika dasar. Mekanika Newton. Teori gelombang. Ia tidak benar-benar paham semuanya, tentu saja. Tapi ia menyukai bentuk-bentuk dalam rumus. Ia mencoba menggambarnya dengan krayon.
Ketika anak-anak lain berebut tempat di ayunan, Alex menghabiskan waktu duduk di bawah tangga, mencoba mengukur panjang bayangan tangga dari pagi hingga sore, lalu menulis sesuatu di belakang kertas pembungkus roti.
Sekolah menjadi tempat yang membingungkan baginya. Ia bukan anak yang nakal, tapi para guru bingung dengan kepribadiannya. Ia tidak tertarik pelajaran, namun tahu jawaban sebelum pertanyaan selesai diucapkan.
“Anakmu tidak bergaul,” kata salah satu wali kelas.
“Dia terlalu cepat menjawab, kadang membuat guru-guru lain kesal.”
Elise hanya bisa mengangguk, lalu menatap anaknya yang sedang menggambar pola spiral di meja makan dengan saus tomat.
---