sinyal misterius di Antartika

Antartika, Zona 4A — Pangkalan G.I.E.R.A.

GIERA, singkatan dari Global Interdisciplinary Exploration and Research Agency, adalah lembaga internasional yang mendedikasikan diri pada penelitian ilmiah dan eksplorasi teknologi mutakhir. Fokus utama mereka melingkupi misteri ruang angkasa, fenomena alam yang belum terungkap, dan pengembangan teknologi baru yang akan mendorong peradaban manusia menuju pemahaman yang lebih dalam tentang alam semesta. Fasilitas penelitian GIERA tersebar secara global di berbagai lokasi strategis, dengan pusat utama mereka berlokasi di Geneva.

Kembali ke ruang rapat di Pangkalan G.I.E.R.A. di Zona 4A Antartika, suasana tegang terasa menusuk. Prof. Goom berdiri tegak di depan layar besar, gelombang sinyal yang rumit menari di permukaannya. Suaranya terdengar tenang, namun penuh ketegasan, seolah dia mengantongi pengetahuan yang jauh lebih dalam dari siapa pun di ruangan itu.

"Ini bukan hanya sinyal biasa," katanya, matanya yang tajam terpaku pada pola gelombang yang terus bergerak. "Ini adalah resonansi, gelombang yang dipancarkan dari sumber yang sangat terstruktur. Dan sumbernya, berada di kedalaman yang lebih dalam dari apa yang kita pikirkan."

Beberapa petinggi saling berpandangan. Ada yang terkejut, sebagian lagi tampak ragu. Keheningan yang singkat melanda ruangan sebelum salah seorang petinggi akhirnya angkat bicara.

"Apakah Anda yakin tentang itu?" tanya pria itu, nadanya dipenuhi keraguan, menatap Prof. Goom seolah meragukan setiap klaimnya. "Sinyal ini bisa berasal dari banyak kemungkinan. Tidak ada yang pasti."

Prof. Goom tidak terpengaruh oleh keraguan itu. Dia mengarahkan jari telunjuknya dengan penuh keyakinan ke arah layar. Pola gelombang sinyal kini tampak semakin jelas dan memukau. "Tidak ada yang pasti, memang. Tapi saya dapat merasakannya. Ini adalah resonansi yang berasal dari lapisan terdalam es Siberia. Ini bukan kebetulan. Ini adalah komunikasi, mungkin lebih tepatnya, sebuah pesan."

Seorang petinggi lain, yang jelas-jelas belum mengenal Prof. Goom, menatapnya dengan nada sarkastis. "Siapa Anda? Apakah Anda sedang mendongeng atau memberi kuliah filsafat di sini?"

Namun, Prof. Goom tetap tenang. Matanya tetap fokus pada layar, dan meskipun ada tawa kecil yang tercetus dari beberapa orang di ruang rapat, dia tak tergoyahkan. "Saya Prof. Goom," jawabnya pelan, tanpa keraguan sedikit pun. "Dan saya tidak mendongeng. Saya bicara berdasarkan apa yang saya tahu. Ini adalah fenomena yang memerlukan perhatian serius. Jika kita tidak menyikapinya dengan tepat, kita akan melewatkan peluang besar."

Keheningan kembali menyelimuti ruangan. Para petinggi yang sebelumnya meragukan kini mulai menyadari bahwa apa yang dikatakan Prof. Goom bukanlah omong kosong belaka. Ada sesuatu di balik sinyal itu, sesuatu yang jauh lebih besar dari yang bisa mereka bayangkan.

"Kita perlu bergerak cepat," kata Prof. Goom lagi, suaranya kini lebih keras dan penuh keyakinan. "Kirimkan tim ke lokasi itu, persiapkan alat yang diperlukan, dan kita harus siap menghadapi apa pun yang akan kita temui."

Beberapa petinggi saling bertukar pandang, akhirnya mengangguk perlahan. Rasa ragu yang semula ada mulai berganti dengan tekad. Mereka tahu bahwa Prof. Goom bukanlah orang yang berbicara tanpa dasar yang kuat.

Ruang rapat terasa lebih hening. Namun, ada sesuatu yang baru, sebuah keyakinan yang perlahan tumbuh di antara mereka. Meskipun mereka belum tahu persis apa yang ada di bawah lapisan es, satu hal yang pasti—mereka tidak bisa mengabaikan tanda-tanda ini lagi.

Sementara itu, di menara pengawasan Pangkalan Zona 4A, alarm elektromagnetik meraung nyaring. Kabut pekat menggulung di antara dinding es purba, seakan menutup rapat rahasia yang telah membeku selama ribuan tahun. Cahaya merah berkedip-kedip dalam ruangan yang tadinya sunyi.

Seorang ilmuwan muda bergegas ke panel kendali. Tangannya gemetar saat membaca data di layar.

“Ini sinyal yang sama,” bisiknya, wajahnya memucat. “Tapi ada... anomali suhu. Fluktuasi lokal... radius lima puluh meter dari pusat lapisan es.”

Sejenak, ruangan itu dipenuhi keheningan yang tak wajar. Lalu, ia menekan tombol peringatan darurat.