Bab 5: Pengkhianatan yang Tak Terlihat
Keesokan paginya, suasana di pusat kendali Pangkalan Zona 4A berubah drastis dari ketegangan yang terkontrol menjadi kekacauan total. Goom dan Kaori kembali setelah misi rahasia mereka di bawah es, hanya untuk disambut oleh pemandangan yang mengkhawatirkan. Terminal-terminal komputer yang sebelumnya menyala terang kini mati, layarnya gelap dan hampa. Lebih parah lagi, seluruh data resonansi yang telah mereka kumpulkan—termasuk jejak vital dari Shard-3—lenyap tak berbekas.
Kaori menatap layar kosong itu, napasnya tertahan. "Tak ada jejak masuk dari luar," bisiknya, suaranya dipenuhi keterkejutan dan ketidakpercayaan. "Seseorang dari tim kita... mengambilnya?"
Prof. Goom meremas tangannya, rahangnya mengeras. Penglihatan tentang "ketakutan yang membatu" kembali menghantuinya. Dia tahu, ini bukan sekadar pencurian data biasa. "Atau... ada yang sudah tahu tempat ini sebelum kita tiba," gumamnya, pikirannya berpacu mencoba menghubungkan titik-titik.
Tidak lama kemudian, Kolonel Yanagi berjalan masuk ke ruangan, membawa laporan cetak satelit yang rusak di tangannya. Wajahnya tegang, dan kerutan di dahinya menunjukkan betapa seriusnya situasi. "Kami mendeteksi gangguan komunikasi global semalam," lapornya dengan nada berat. "Seseorang menyedot data seluruhnya—dan menghilang."
Goom menatap salju yang mulai turun di balik kaca jendela observasi. Hatinya terasa berat. Bukan hanya karena kehilangan data atau shard itu, tapi juga karena rasa pengkhianatan yang tiba-tiba muncul. Siapa yang bisa mereka percaya di tengah-tengah lapisan es yang terisolasi ini? Rahasia kuno yang baru saja mereka sentuh kini telah jatuh ke tangan yang salah, atau lebih tepatnya, ke tangan yang tidak diketahui motifnya.