PERTUNANGAN

Lucas Shailendra merupakan kepala keluarga Shailendra generasi ke-14 yang sebenarnya berasal dari keturunan Ibrani, tapi karena memiliki kisah hidup yang panjang membuatnya memiliki nama belakang Shailendra bahkan menjadi pemimpin di keluarga Shailendra yang saat ini masuk daftar orang-orang terkaya dan berpengaruh di dunia. Sedangkan Mark adalah kepala keluarga dari keluarga Vanhendrik, Mark Van Hendrik yang sebenarnya keturunan langsung dari bangsawan Belanda.

Pertemuan dua keluarga konglomerat tersebut terjadi tepat dihari Valentine 14 Februari disalah satu hotel terbaik milik keluarga Hendrik. Mereka merupakan kolega perusahaan dan juga memiliki hubungan persahabatan erat sejak bertahun yang lalu. Pesta valentine ekslusif itu hanya dihadiri oleh dua keluarga karena selain pesta valentine tujuan dari pertemuan tersebut ternyata adalah membahas tentang penyatuan dua keluarga melalui pernikahan anak-anak mereka.

Mark dan istrinya Hana serta putra tunggalnya Runzhu Alfa Hendrik sudah duduk di meja makan dalam ruangan yang telah dihias sangat indah demi pertemuan tersebut ditemani oleh Lucas dan istrinya Aghniya, kini mereka hanya tinggal menunggu kedua nona muda dari keluarga Shailendra untuk datang. Tidak lama mereka menunggu, terlihat pintu besar di depan mereka terbuka dan dua orang wanita cantik masuk berjalan menuju meja dan langsung memberi salam kepada semua orang yang ada disana. Mulai dari berjabat tangan dan berpelukan singkat sudah menjadi cara bagi mereka saling menyapa dan memberi penghormatan, tapi ketika putri pertama keluarga Shailendra bersalaman dengan putra Mark, bukan hanya pelukan singkat yang dia dapatkan, melainkan sebuah ciuman di pipi pun didapatkannya sebagai bonus yang membuat semua orang disana tersenyum canggung melihat keduanya.

"Happy Valentine wanita tercantikku Sera Viana Shailendra." Ucap Runzhu tanpa malu.

"Aww... kamu ini gak ada malu dasar." Sera merona memegang pipinya yang tiba-tiba dicium oleh kekasihnya itu.

"Hai kalian berdua.... tidak bisakah kalian melakukannya nanti? kami bukan nyamuk tau..." Adik dari Sera berkomentar mengejek sambil tersenyum membuat para orang tua mereka hanya ikut tersenyum menggelengkan kepala.

"Bodo amat, dia kekasihku, suka-suka aku, wleeeek." Runzhu malah mengejek.

Melihat calon kakak iparnya yang malah mengejeknya membuat Meysyafi Shailendra atau yang dipanggil Echa merengut kesal, dia menarik kakaknya sambil berkata "Her mine, not you. Wleeek..." Mencibirkan bibirnya merasa puas karena kakaknya hanya tersenyum dan duduk disampingnya bukan disamping Runzhu.

"Kalian ini dari dulu masih saja...... ayo kita langsung makan, cacing kami yang sudah tua-tua ini semakin keriput menahan lapar mendengar kalian, tau?" lerai Mark.

Mark dan Lucas memang berhubungan sangat baik dan dekat, bukan hanya karena kolega bisnis tapi melainkan karena istri-istri mereka juga merupakan saudara sepupu, oleh sebab itu sebenarnya Sera dan Runzhu adalah teman masa kecil ditambah dengan Echa adik dari Sera yang hanya berjarak 3 tahun dari mereka.

Kedekatan mereka bertiga terjadi karena hubungan kedua orang tua dan juga disaat mereka mulai dewasa, Sera dan Runzhu menjalin hubungan asmara karena mereka saling mencintai. Pada awalnya Echa sebagai seorang adik yang sangat menempel pada kakaknya tidak menyetujui hubungan Runzhu dan kakaknya karena selain mereka yang sering dan selalu saja bertengkar sejak kecil, Echa juga merasa takut suatu saat Runzhu akan menyakiti kakaknya karena Runzhu adalah orang yang sangat friendly sedangkan kakaknya adalah wanita yang tegas dan posesif serta mudah overthinking.

Tapi seiring berjalannya waktu Echa mulai menerima hubungan kakaknya melihat kebahagiaan Sera dan bagaimana Runzhu yang selalu memikirkan dan mengutamakan perasaan kakaknya melebihi apapun.

Setelah makan malam keluarga itu berlangsung dengan hening karena diam dan tidak bersuara atau tidak mengobrol saat makan merupakan etika dasar dan sudah menjadi kebiasaan dalam keluarga mereka, akhirnya Echa yang memang merupakan gadis periang memecah keheningan. Dia berjalan meninggalkan meja makan sesaat sebelum akhirnya kembali bersama seorang pelayan yang mendorong troli makanan yang di atasnya tersusun beberapa botol wine dan delapan gelas kaca yang berpostur ramping serta elegant.

Semua anggota keluarga hanya menatapnya tersenyum karena seperti biasa, minum wine setelah makan adalah hal yang biasa mereka lakukan, terutama Echa yang memang sangat menyukai bahkan pengkoleksi berbagai jenis wine enak dan langka.

"Woi....bocil rusuh jelek,kita kan cuma ada tujuh orang lalu kenapa gelasnya ada delapan?" Runzhu salah focus menatap gelas yang berlebih dari jumlah mereka.

Mendengar celotehan Runzhu, Echa hanya menatap sekilas dan melengos begitu saja tanda tidak perduli, Sera yang sangat memahami adiknya dan juga kejahilan sang kekasih hanya tersenyum, bahkan Lucas dan Mark juga hanya tersenyum melihat tingkah anak-anak mereka yang tidak pernah berubah sejak kecil.

"Mark, apa kau ingat kejadian 10 tahun yang lalu, saat kita hampir kehilangan anak kita dan akhirnya membuat kita memutuskan untuk membiarkan mereka saling menjaga satu sama lain dengan menjadikan putri sulungku tunangan putra tunggalmu waktu itu?"

Lucas meminum wine itu dengan tatapan sedikit sendu mengingat masa lalu, dia menatap Mark dan mendapat anggukan dengan ekspresi yang tidak kalah sendu.

"Kamu benar Luc, sekarang sudah waktunya kita resmikan hubungan yang sudah lama terjalin ini."

Mereka sama-sama tersenyum sambil mengangkat gelas masing-masing sebagai tanda sepakat, dan para istri mereka ikut tersenyum bahagia akan keputusan para suami mereka yang sebenarnya sudah lama mereka inginkan. Sedangkan ketiga anaknya hanya mendengarkan dan tersenyum senang ikut mengangkat gelas wine mereka merayakan hari itu.

Sepuluh Tahun Yang Lalu....

"Echa ayo kita kembali ke tenda papa dan mama, sudah mau hujan nih." Sera mengajak adiknya yang saat itu berusia sebelas tahun kembali ke tempat orang tua mereka.

Hari itu adalah hari ulang tahun Sera, orang tua mereka sebelumnya ingin mengadakan pesta mewah tapi dia malah meminta pesta kecil sambil piknik dan berkemping sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke empat belas saat itu. Lucas dan ibu dari dua putri tersebut menuruti keinginan sang anak untuk piknik dan berkemah, bahkan mereka juga mengundang keluarga Mark untuk ikut berkemah bersama disalah satu bukit kecil berpemandangan indah yang berada di salah satu pulau kecil di ujung Indonesia yang merupakan pulau pribadi keluarga Shailendra.

Mereka ke pulau menggunakan helikopter dan ketika sampai di bukit kecil dibelakang villa mereka di pulau, dua tenda yang lumayan mewah sudah terpasang dengan berbagai kelengkapan untuk pesta kecil ulang tahun Sera yang sebelumnya sudah disiapkan oleh ajudan kepercayaan dan anak buah Lucas.

Sera dan Echa terlihat sangat senang dan antusias, hanya saja Runzhu yang sedikit iseng dan suka menjahili Echa membuat mereka berdua selalu ribut tidak jelas untuk setiap hal, dan sekarang ini mereka berdua sedang memperebutkan Sera untuk pergi bersama ke danau buatan yang ada di dekat bukit.

"Kakak, ikut echa aja ya? Runzhu itu jail dan jelek," cemberut Echa yang membuat gelak tawa Sera pecah seketika melihat muka sebal Runzhu yang melotot pada adiknya.

"Enak saja, Sera itu temanku, dia pasti akan ikut aku." Runzhu tidak mau mengalah sambil menarik salah satu tangan Sera.

"Dia kakakku."

"Dia temanku...."

Mereka berdua saling menarik tangan Sera yang membuat Sera tidak habis pikir dan mulai jengah dengan pertengkaran mereka berdua, Sera melepaskan keduanya dan langsung berjalan pergi begitu saja.

"Siapa yang mau ikut aku ke danau ayo jalan, tapi kalau kalian masih mau berantem ya sudah mending aku pergi sendiri." Tegas Sera langsung meninggalkan mereka berdua yang masih saling memandang sinis.

Runzhu dan Echa sama-sama mengejar Sera dan tidak lama mereka bertiga sampai di sebuah danau yang sangat indah dan terdapat taman bunga kecil disekeliling danau itu.

"WahH...bagus Kak danaunya."

Bukan hanya Echa yang takjub dengan pemandangan itu tapi Sera juga, tetapi dia hanya memilih tersenyum dan menikmati saja tanpa komentar, beda halnya dengan Runzhu yang mengambil kesempatan itu untuk mengejek Echa lagi dan lagi.

"Dasar kampungan." Ejek Runzhu.

"Hei boy.... Aku ini anak kota, biasa berada di Mall dan bangunan mewah dan elite, jadi wajar saja pemandangan alam yang indah ini membuatku takjub. Dasar laki-laki gak tau keindahan alami, huhH..." Echa membuang mukanya bergegas duduk disamping kakaknya yang saat ini sudah duduk di salah satu kursi santai di pinggir danau.

"Geser sana bocil." Runzhu menggeser paksa Echa yang sedang duduk tenang membuat gadis kecil itu kesal tidak terima.

"Kamu ini minta dihajar ya" Echa mencubit Runzhu dengan marah.

Runzhu yang dicubit bukannya marah malah hanya tertawa melarikan diri sambil menjulurkan lidah mengejek sehingga membuat yang diejek tidak terima dan mengejarnya yang lari berkeliling danau. Sera hanya tersenyum melihat kelakuan mereka seperti anak kecil normal lainnya, dia memilih untuk menikmati keindahan dan kesejukan yang ada saat ini, memejamkan mata nya yang sangat indah, bukan tidur melainkan menikmati dan menyimpan semua perasaan tenang ini didalam pikiran dan hatinya.

Runzhu dan Echa masih sibuk berlarian, Sera yang sibuk dengan dunianya sendiri, tanpa mereka sadari ada dua orang yang mengendap-endap dibalik pohon tidak jauh dari mereka. Dua orang dewasa yang mengenakan setelan rapi warna hitam dan menggunakan alat komunikasi di telinga seakan mereka sedang berkomunikasi dengan orang lain yang tidak berada disana.

"Kau pergi tangkap anak perempuan itu." Perintah seorang pria yang badannya lebih besar kepada temannya setelah mendapat perintah dari seseorang yang entah siapa lewat alat komunikasi yang mereka pakai.

"AduhH... ada dua orang anak perempuan, kita harus tangkap yang mana?" tanyanya ragu.

"Terserah saja."

Laki-laki berpakaian hitam itu mendekat kearah Sera yang masih memejamkan mata, niat hatinya ingin menangkap Sera yang terlihat sedang tidur, tapi saat dirinya mendekat, Sera langsung membuka mata seakan sadar kehadirannya dan langsung menatapnya dengan sangat tajam.

"Siapa kamu dan apa yang kamu lakukan disini?" Sera memperhatikan pria tersebut dari ujung kaki sampai ke kepala membuat yang ditatap langsung gugup seketika.

"Saya....saya anu... maksudnya, saya...." Belum selesai pria itu menjawab dengan terbata-bata pertanyaan Sera, suara teriakan dari Echa terdengar nyaring membuat Sera kaget dan bangkit dari duduknya dengan rasa panik mencoba mencari adiknya meninggalkan pria berbaju hitam itu.

"Echa..... Runzhu....." Sera berteriak berlari mengelilingi taman bunga di sekeliling danau.

Dia melihat Runzhu yang terjatuh dan meringis dengan sikut yang berdarah di dalam rerumpunan bunga, tapi dia tidak melihat adiknya.

"Runzhu, Echa mana?"

"Ra, Echa dibawa orang besar hitam kesana." Runzhu bangkit dan menarik tangan Sera mencoba mengejar Echa yang telah dibawa oleh pria berbaju hitam.

Sera dan Runzhu berlari sekuat tenaga mengejar sampai ke balik bukit dan hampir sampai di pinggir pantai.

"Ini nggak benar Zhu, pria itu tadi aku melihat seseorang dengan gaya yang sama dan sepertinya mereka penculik, sekarang kamu segera pergi cari orang tua kita, aku akan mengulur waktu mereka disini." Perintah Sera.

"Tapi Ra, ini sangat bahaya, bisa saja mereka nanti menyakiti kalian, biar aku disini dan kamu kembali ke tenda."

"Lariku tidak secepat kamu Zhu, akan memakan waktu lama jika aku yang lari ke tenda menjemput papa dan mama, sekarang dengarkan, aku akan baik-baik-saja." Sera meyakinkan hingga akhirnya Runzhu mengikuti pengaturan Sera karena benar bahwa lari Runzhu itu sangat cepat dibandingkan anak-anak seumurnya.