KUAMBIL NYAWAMU

Sera melihat pria berbaju hitam itu menggendong Echa yang terus memberontak dibahunya, tanpa peduli pria itu hanya diam berdiri di pinggir pantai seakan sedang menunggu, Runzhu sudah pergi menuju tenda tempat orang tua mereka. Sera melihat situasi sekitarnya, dia melihat sebuah kayu yang terlihat kuat dengan ukuran sekitar 70 centi dengan ujung yang sangat runcing, dia mengambil kayu itu dan berjalan menuju pria berbaju hitam itu dengan sangat perlahan agar tidak terdengar, dan saat sudah mulai mendekat dengan tenaga penuh dan kecepatan maksimal dia berlari dan menusukkan kayu tersebut tepat di pinggang kiri belakang pria itu sehingga pria itu langsung reflek menjatuhkan Echa dari bahunya dan membalikkan badan sambil memegang pinggangnya yang sudah berdarah lumayan banyak.

"Anak sial, beraninya kau... auuhH...." Pria itu langsung berteriak saat merasakan ada sesuatu yang menyengat lukanya. Dia terjatuh menahan kesakitan dan hal itu dimanfaatkan oleh Sera untuk membawa adiknya lari.

Saat Sera berhasil membawa Echa lari dari pria tersebut, belum jauh dari pinggir pantai mereka berdua dihadang oleh seorang pria berbaju hitam lagi yang ternyata adalah pria yang dilihat oleh Sera sebelumnya di danau, pria itu memegang pisau dan mengarahkannya pada dua beradik kakak itu.

"Kak.... Echa takut."

"Tenanglah Echa, ada Kakak..."

"Paman, kamu mau apa dari kami?" Sera terlihat santai bertanya seakan mereka dalam keadaan yang biasa-biasa saja.

"Aku...? tentu saja kami mau bawa kalian pada bos kami, ayo ikut denganku, atau kalian bisa terluka disini." Pria itu sedikit gemetar tapi tetap menodongkan pisau untuk mengancam.

"HaduhH.... Paman, kamu itu baru jadi penjahat ya? pegang pisau aja tremor begitu, udahlah paman dikasih berapa sih sama bos paman? papaku akan beri lebih bahkan 5 kali lipat, bagaimana?" Sera bernegosiasi mencoba mengulur waktu berharap Runzhu dan orang tua mereka segera datang.

"Kau.... bocah nakal berani meremehkanku? aku akan beri kalian pelajaran." Pria itu menarik Echa yang berdiri disamping Sera dan dia menggores tangan Echa hingga menjerit kesakitan dan menangis.

"Sialan kau.... beraninya melukai adikku, mati kau." Wajah Sera memerah menahan marah, ekspresinya yang tadi masih terlihat santai seketika berubah drastis. Dia bergerak maju ingin menusukkan kayu runcing yang masih berada di tangannya pada pria itu, tapi langsung berhenti ketika pria itu menghadangkan Echa didepannya.

"Tusuklah jika kau berani gadis kecil." Ucap pria itu tertawa sesumbar membuat Sera terdiam.

Tidak lama terdengar suara letusan sebuah pistol dan suara helikopter serta seruan yang berteriak "Beraninya kalian ingin menculiknya, bangsat. Akan kubunuh kalian." Hal itu membuat mereka kaget, termasuk pria perbaju hitam itu juga ikut kaget dan mendorong Echa kearah Sera membuat mereka berdua tersungkur ke tanah dan pria itu hendak kabur.

Sera melihat sekitar tapi tidak melihat siapapun kecuali pria besar yang tadi dia tusuk pingsan di pinggir pantai, dia segera membangunkan Echa yang saat itu masih menangis.

"Ayo dek kita kabur."

Ketika ingin melarikan diri tiba-tiba pria berbaju hitam itu menyadari bahwa dia sedang ditipu karna tidak melihat siapapun disana atupun helikopter. Dengan marah dia mengayunkan pisau itu ke arah Echa yang dekat dengannya.

"Kalian mau menipuku, rasakan ini."

Sera yang melihat adiknya akan ditusuk segera menarik adiknya kebelakang sehingga tusukan itu mengenai perut kanannya sendiri, tapi hal itu tidak membuatnya takut, dia malah ikut menusukkan kayu runcing yang ada di tangan kirinya ke leher pria itu sehingga pria itu ikut tumbang ke tanah.

"Kuambil nyawamu bajingan..." Ucapnya geram dan menahan sakit saat jongkok berusaha berdiri lagi.

Sera memegangi perutnya yang sudah berlumuran darah, memegangi tangan adiknya yang sangat ketakutan dan mengajaknya berjalan kearah bukit lagi untuk menuju tenda orang tuanya.

"Kakak... Kakak berdarah banyak sekali." Echa menangis sambil berjalan berusaha memapah kakaknya dengan badannya yang lebih kecil.

Runzhu keluar dari semak di dekat bukit dan menghampiri mereka berdua, melihat keadaan Sera yang sudah bersimbah darah dan bibir mulai pucat ditambah lagi Echa yang menangis membuatnya kalut.

"Runzhu, Kakak ditusuk." Echa menangis ketakutan.

Runzhu mengambil alih Sera dari papahan Echa, dan berusaha menenangkan Echa agar tidak menangis lagi.

"Kamu jangan nangis lagi, Sera akan baik-baik aja, sekarang latakkan kakakmu di punggungku, aku akan menggendongnya biar lebih cepat dan kamu juga berjalan disampingku dengan cepat ya."

Echa yang sudah ketakutan kali ini mengiyakan perkataan Runzhu dengan patuh, Runzhu menggendong Sera yang sudah mulai melemah dipunggungnya, berjalan cepat menaiki bukit kecil itu menuju villa yang ada dibalik bukit untuk meminta pertolongan, karena tadi saat dia berlari mencari orang tua mereka ditenda, Runzhu tidak menemukan satu orangpun disana dan karna jarak tenda ke villa lebih jauh dibandingkan tempat kejadian akhirnya Runzhu memilih kembali ke pinggir pantai tempat dia meninggalkan Sera dan tidak lupa dia membawa mainan mafia-mafianya yang tadi dia gunakan untuk menakuti penjahat dengan suara rekaman letusan pistol dan helikopter.

Sekarang mereka sudah hampir sampai villa, Runzhu yang sebenarnya sudah kelelahan masih berusaha berjalan sekuat tenaga menggendong Sera yang sepertinya sudah pingsan.

"Kakak...bangun Kak, jangan tutup mata, dengar Echa Kak Please..." Echa berusaha memanggil Sera tapi tidak mendapat respond lagi.

Runzhu yang semakin panik mempercepat jalannya agar cepat sampai tapi sialnya dia malah tersungkur jatuh dan kepalanya terbentur batu hingga berdarah, Sera yang ada dipunggungnya juga ikut terjatuh.

"Kakaaak...." Echa berteriak melihat kakaknya jatuh terguling ke tanah, dia melihat Runzhu yang sudah berdarah juga membuatnya semakin ketakutan, dia membantu Runzhu bangkit agar bisa membantu kakaknya lagi.

Runzhu berusaha berdiri dan berjalan kembali sambil menggendong Sera walaupun sebenarnya dia sangat pusing, ditambah darah dikepalanya juga terus mengalir hingga ke pipinya. Villa sudah kelihatan dan Echa melihat papa Runzhu yang berdiri di balkon villa, Echa dengan sekuat tenaga berusaha berteriak memanggil untuk meminta pertolongan.

"Pamaaan....Paman Mark, tolong kami."

Mark yang saat itu sedang merokok di balkon kamar yang menghadap bukit samar-samar mendengar namanya dipanggil. Dia mencoba melihat dan mencari arah sumber suara, dan dari kejauhan dia melihat anak-anak sedang berjalan menuju villa, tapi yang membuatnya heran dia melihat Runzhu menggendong Sera sedangkan Echa terlihat melambaikan tangan ketakutan. Perasaannya mulai tidak enak dan dia segera berlari turun dan menghampiri Lucas yang sedang melakukan zoom meeting di ruang tengah, dengan tergesa dan tanpa izin dia menutup laptop Lucas dan menariknya berdiri.

"Terjadi sesuatu sama anak-anak." Ucapnya dengan wajah khawatir.

"Apa maksudmu Mark?"

"Aku tidak tau, mereka ada di kaki bukit sekarang, ayo segera kesana."

Lucas dan Mark segera berlari kearah bukit tempat tadi dia melihat anak-anak, belum jauh mereka berlari Echa yang tengah menangis dan Runzhu sudah datang dengan Sera dipunggungnya, melihat orang tua mereka akhirnya mereka sedikit lega.

"Papa, Sera ...." Belum selesai Runzhu menyelesaikan ucapannya dia sudah tumbang ketanah, untung saja Mark dengan sigap menangkap tubuh anakanya itu sehingga Sera yang berada dipunggungnya juga tidak terjatuh.

Mark dan Lucas langsung menggendong anak-anak mereka yang saat ini sudah sama-sama pingsan menuju villa dan Echa ikut berjalan setengah berlari dibelakang papanya.

"Siapkan Helikopter, kita berangkat sekarang." Perintah Lucas pada ajudannya Michelle Candra Tan yang langsung pergi melaksanakan perintah tuannya.

"Papa,, Kakak akan baik-baik aja kan Pa?" Echa menangis ketakutan dipelukkan Lucas.

"Kakak akan baik-baik aja sayang." Lucas membelai rambut putri bungsunya dengan wajah cemas yang tidak bisa dia perlihatkan.

Hana dan Aghniya datang dari taman belakang, melihat putra putri mereka yang terbaring di sofa dalam keadaan yang tidak baik, ditambah Echa yang saat ini menangis dalam pelukan Lucas.

"Sayang, anak kita kenapa?" Hana menghampiri Runzhu yang pingsan dan setelah itu dia menatap Sera yang belumuran darah dengan bibir pucat.

"Sera ...? Sayang ada apa ini?" Hana benar-benar bingung dan khawatir. Aghniya yang melihat putri sulungnya dalam keadaan mengenaskan hanya terdiam mematung dan tak lama dia lemas dan luruh ke lantai dengan air mata yang mengalir tanpa suara.

Lucas meraih tangan Aghniya dan Hana membantunya berdiri dan duduk disamping Lucas. Mark yang terlihat lebih stabil dari pada yang lain menjelaskan bahwa mereka akan segera kembali ke kota untuk membawa anak-anak mereka ke Rumah Sakit. Tidak lama berselang Michelle datang dan mengatakan segala sesuatunya sudah siap kepada tuannya, helikopter sudah berada dilandasan dan Rumah Sakit terbaik di kota terdekat juga sudah siap menunggu mereka.

Mark menggendong putranya dan diiringi Hana, sedangkan Sera di gendong oleh Michelle karena Lucas masih menggendong Echa yang saat ini sangat terguncang. Mereka masuk helikopter pribadi, Michelle meletakkan tubuh Sera yang lemah, berlumuran darah dan mulai dingin dengan sangat hati-hati, dan sebelum berangkat Lucas memberikan perintah kepada Michelle.

"Echa bilang dua penjahat itu pingsan di pinggir pantai, kamu selesaikan segera dan saya mau orang dibalik ini harus membayarnya dengan nyawanya, paham?"

"Siap tuan."

Helikopter segera berangkat menuju kota meninggalkan Michelle dan beberapa orang untuk menjalankan perintah. Tapi sebelum pintu helikopter tertutup sekilas Michelle menatap Sera dengan tatapan yang tidak biasa.