BAB. 6 SERIBU PERTANYAAN

Lucas dan Mark saat ini sudah berada di perusahaan menunggu kedatangan para dewan direksi JNV Corporation yang akan melaksanakan rapat darurat terkait masalah perusahaan. Michelle berdiri diam disamping Lucas yang tengah duduk di sofa ruangan ketika Lucas dan Mark berbicara mengenai masalah perusahaan, dan ketika Mark tiba-tiba membahas masalah pernikahan anak mereka, Michelle menatap Mark sesaat sebelum akhirnya dia kembali memalingkan wajahnya dengan tatapan lurus kedepan seperti biasanya.

Mark adalah orang yang sangat mudah penasaran dan dia juga termasuk orang yang sangat jeli, selama bertahun-tahun dia sudah mengenal Michelle yang merupakan bodyguard sekaligus orang kepercayaan Lucas, tapi tidak sekalipun dia melihat Michelle berekspresi seperti normalnya manusia yang memperlihatkan rasa senang, tertawa, sedih, ataupun marah, bahkan dengan sikap kejam yag selama ini dilakukan oleh Michelle, Mark tetap melihat Michelle tidak memiliki ekspresi apapun. Hal ini sebenarnya sangat mengganjal di hati Mark, dia sangat ingin menanyakan asal-usul Michelle, tapi dia selalu mengurungkan niatnya, karena dia tidak ingin Lucas nantinya berpikir bahwa dia terlalu mencampuri urusan pribadi keluarga Shailendra.

“Lama sekali para tua bangka itu datangnya.” Gerutu Lucas karena mereka sudah hampir setengah jam duduk diruangan itu menunggu, tapi belum ada satupun yang mereka tunggu terlihat muncul disana.

“Tenanglah Luc….” Mark menepuk ringan pahanya.

Mark berjalan kearah jendela kaca menatap keluar kaca dengan pemandangan gedung-gedung di luar sana. Ketika melihat sebuah gedung dengan menara kecil yang terlihat seperti permata tapi berujung runcing di puncaknya, seketika Mark teringat Sera, dia merasa hari ini Sera terasa sangat berbeda sama seperti menara kecil di puncak gedung itu, terlihat indah tapi sangat berbahaya. Mark merasa dibalik sikap tenang dan lemah lembutnya Sera ada sesuatu yang tersembunyi di dalamnya, dan dia sebenarnya sedikit khawatir tentang hal itu.

“Luc…. Apa kamu ingat sepuluh tahun yang lalu?”

“Apa?” Lucas menjawab santai.

“Ketika kejadian penculikan Echa, aku ingat anakku bercerita bahwa dia melihat Sera membunuh pelaku penculik itu, dan Michelle juga bilang bahwa dua penculik itu mati bukan hanya karena tertusuk tapi juga karena ada efek racun. Aku sampai saat ini masih bertanya-tanya apakah benar hal itu dilakukan oleh Sera dan dari mana dia mendapatkan racun dan untuk apa dia memiliki racun diusia itu?”

Lucas terdiam mendengar pertanyaan Mark, sebenarnya bukan hanya Mark yang memikirkan itu tapi dia juga memiliki pemikiran yang sama, bahkan dulu dia sempat bertanya pada Sera ketika sudah keluar dari rumah sakit dan keadaannya sudah pulih total. Lucas berusaha mencari tahu mengenai kejadian dan racun itu, tapi dia tidak mendapatkan jawaban, bahkan dia mendapati hal yang membuatnya terkejut.

 

FLASHBACK

Sera sedang duduk di sofa kamarnya sambil membaca sebuah buku ketika Lucas masuk kamarnya, dia menatap digin Lucas tanpa perkataan apapun. Lucas yang ditatap dingin oleh putri kesayangannya itu sebenarnya sedikit kaget tapi dia mengabaikan karena dia tahu bahwa Sera memang paling tidak suka diganggu oleh siapapun ketika dia sedang membaca.

“Sayang,,, saat kamu selesai dengan bacaanmu, ada yang ingin papa diskusikan denganmu, jadi papa tunggu diruang kerja ya nak.” Lucas berbicara lembut dan sangat berhati-hati sambil menutup pintu kamar putrinya kembali.

Sera hanya mengangguk, meskipun sebenarnya dia merasa kesenangannya terusik saat membaca dan dia tidak suka itu, dia tetap patuh dan bersikap sopan pada orang tuanya. Tidak lama setelah papanya menutup pintu, dia juga menutup buku tebal yang sedang dibacanya meletakkan diatas nakas samping sofanya dan berjalan keluar kamar untuk menemui papanya.

Saat Sera sampai diruangan Lucas tengah duduk di sofa ruang kerjanya dengan santai, melihat putri sulungnya masuk dia menepuk sofa di sampingnya agar Sera duduk di dekatnya dan pastinya Sera mematuhi itu.

“Bagaimana keadaan anak papa sekarang?” Lucas membuka percakapan, karena sejak pulang dari Rumah sakit dia belum pernah bicara secara pribadi dengan putrinya karena menunggu kesehatan Sera benar-benar pulih.

“I’m ok, Pa.”

Lucas menatap putrinya dengan senyuman yang hangat, dia membelai lembut kepala putrinya penuh kasih sayang. Sera hanya tersenyum karena dia memang terbiasa dimanjakan oleh papanya, tapi saat ini dia merasa ada sesuatu yang ingin diketahui oleh papanya sehingga secara terbuka dia mempersilahkan Lucas untuk menyampaikan itu.

“Apapun yang ingin papa katakan atau ingin papa tanyakan juga silahkan, Sera akan jawab jika bisa tapi tidak akan pernah berbohong.” Sera menatap Lucas yang dibalas senyuman singkat oleh papanya.

“Anak Papa sangat pintar.”

“Sayang… sebelumnya Papa ingin minta maaf soal kejadian di pulau karena lalai menjaga putri-putri Papa, dan dari cerita Runzhu soal kejadian waktu itu Papa juga ingin berterima kasih karena kamu telah menyelamatkan nyawa adikmu.”

“Aku kakaknya, jika bukan aku lalu siapa?” jawab Sera.

“Kamu benar sayang, tapi Papa tetap berterima kasih dan juga khawatir jika terjadi sesuatu terhadap kamu.”

Sera menggenggam kedua tangan papanya seperti sedang menyalurkan keberanian kepada Lucas dan mengatakan “ Sera adalah anak pertama dan keluarga adalah tanggung jawab Sera , dan ajaran Papa itu sampai kapanpun Sera akan ingat. Sekarang Papa bisa tanyakan apa yang ingin Papa tanyakan sebenarnya tanpa basa-basi begini.”

Lucas sedikit menyipit mendengar ucapan Sera yang seolah-olah bisa membaca pikirannya. Lucas merubah posisi duduknya menghadap kearah putrinya dan menatap mata indah putrinya jaga-jaga akan ada kebohongan disana.

“Oke, Papa ingin tahu dari mana kamu dapat racun yang ada di kayu itu?”

Sera tertawa setelah mendengar pertanyaan itu, seakan pertanyaan itu sudah dia tebak akan ditanyakan.

“Apakah Papa marah karena Sera lagi-lagi menyakiti orang lain? Dan apakah Papa menyesal memiliki anak seperti Sera ?” pertanyaan itu dia tanyakan dengan ekspresi yang sulit dibaca membuat Lucas sedikit gelagapan untuk menjawab.

“Tidak sayang… bukan itu maksud Papa, maaf karena dulu pernah memarahi kamu dan mengucapkan kata-kata jahat itu, tapi yang Papa maksud sekarang bukan seperti yang kamu pikirkan.” Lucas berusaha meyakinkan putrinya bahwa dia tidak marah atau menyalahkan.

“Menurut Papa apa yang Sera pikirkan?”

Lucas sedikit bingung untuk menjawab, dia menatap putrinya yang hanya tersenyum hambar, sulit baginya untuk mengerti dan menebak apa yang sebenarnya ada di pikiran putrinya, dia menghela nafas dalam dan menghembuskannya cepat lalu berkata.

“Baiklah jika Sera belum bisa memberitahu Papa tidak apa-apa, tapi Sera harus tahu bahwa Papa sangat menyayangi kamu apapun yang terjadi, dan kalaupun Papa pernah marah itu hanya karena mengkhawatirkan kamu.”

“Sera paham, Pa.” ucapnya tersenyum dan memeluk Lucas.

“Tapi maaf Sera tidak sebodoh itu. Papa….” bisiknya saat memeluk Lucas yang membuat Lucas kaget dan tertegun.

“Maksud kamu sayang?”

“Nothing… “ Sera hanya tersenyum mengangkat bahu acuh menatap Lucas.

“Sera pamit ke kamar lagi ya, Pa.” Sera mencium pipi Lucas membuat Lucas sangat bingung dengan sikap putrinya, dan dia jadi terpaku ditempat.

 

Flasback Off

“Kenapa malah jadi bengong Luc?” Mark menyikut lengan Lucas yang tadi termenung sesaat mengingat masa lalu.

“Sorry…. Aku juga tidak punya jawaban untuk pertanyaanmu Mark, bahkan sebenarnya aku sangat bingung dengan sikap putri sulungku. Dia adalah anakku yang paling penurut, dan kebanggaanku, tapi terkadang aku merasa dia menyimpan banyak hal yang tidak aku ketahui.”

Mark yang mendengar Lucas mengangguk paham apa yang dimaksud sahabatnya itu. “Sebenarnya aku juga merasakan hal yang sam Luc, Sera tidak sesederhana yang kita lihat selama ini.” Ucapnya menatap Michelle sekilas.