DEBUR OMBAK JADI SAKSI

Terlihat Sera sedang berjalan bertelanjang kaki di pinggir pantai seorang diri, menenteng hills nya di tangan kiri memandang ke tengah laut seperti memandang sebuah kebahagiaan yang ingin digapai, dia berhenti tidak jauh dari bibir pantai, duduk bersandar pada batang pohon dengan kaki bersolonjor, memejamkan mata indahnya. Entah apa yang saat ini ada dipikirannya, ponselnya berdering dengan nama “Kesayangan” tertera di layar.

“Ya….” jawabnya singkat ketika mengangkat panggilan.

“Kakaaaaaak, dimana? Echa cari kakak di villa kok gak ada?”

Ternyata yang menghubunginya adalah adik kesayangannya yang selalu saja suka berteriak dan sangat berisik.

“Hmm….” Sera hanya mendengus menjawab peretanyaan Echa.

“Kakak dimana?”

“Echa sayaaaaang, kamu sekarang lakukan pekerjaanmu”

“Tapi kak.”

“Kakak baik-baik aja tapi sekarang kakak lagi ada urusan, nanti kalo udah beres kakak akan kembali ke villa, oke?”

“Okay kak..”

Panggilan terputus, Sera langsung mematikan ponselnya karena dia sedang tidak ingin di ganggu, dan tadi dia membiarkan ponselnya hidup hanya menunggu adiknya menelfon karena tau saat dia menghilang Echa pasti akan mencarinya, dan sekarang dia sudah bisa tenang menghabiskan waktu untuk dirinya sendiri ketika memastikan bahwa adiknya tidak khawatir lagi.

Sera kembali memejamkan mata, menikmati angin sepoi-sepoi yang berhembus dari pantai dan deburan ombak seolah itu sebuah melodi indah ditelinganya. Sera sangat menikmati kesendiriannya dipantai itu, hampir dua jam berlalu dia berdiam diri dengan perasaan dan pikirannya.

“Baobei….” seseorang datang memeluknya dari belakang.

Sera tidak terkejut sama sekali karena dia sangat hafal dengan suara dan aroma itu.

“Hmm….” jawaban singkat seperti biasa dengan senyuman indah yang mengambang di bibirnya.

Pria itu ikut duduk tetap memeluk dari belakang, dia mencium tengkuk Sera dengan sangat lembut dan meletakkan kepalanya dibahu Sera seperti sedang melepaskan lelahnya.

“Bau harummu selalu menenangkanku Baobei…” Ucapnya.

“Pembohong… kamu pake masker begitu mana mungkin bisa mencium aromaku.” Sera mengerucutkan bibir lucu.

“Aku bahkan bisa mencium aromamu dari jarak puluhan meter, jadi masker tipis ini tidak akan pernah bisa menghalangiku Baobei..”

“Hmm…. iya deh, kamu lelah Honey?” Sera mengusap pipi pria itu dengan masih memejamkan matanya.

Sedangkan pria yang ditanya hanya menggeleng pelan dan memutarkan kepalanya kearah leher Sera , menghirup dalam aroma yang sangat dia sukai dan Sera hanya tersenyum menikmati perlakuan romantis dan sedikit intim itu.

“Lelahku selalu hilang ketika aku bisa memelukmu seperti ini.” Pria itu kemudian melepaskan pelukannya, pindah kesamping dan merebahkan kepalanya di paha Sera , mengambil satu tangan Sera dan meletakkan tangan itu di pipinya.

Anindira menatap mata pria yang sekarang ada dipangkuannya dengan tatapan penuh kasih dan kerinduan, dia membelai pipi yang tertutupi masker tipis itu, mengusap hidung mancung yang tetap terlihat tegak di balik masker dan terus membelai pelan mata serta alis pria itu.

“Kadang aku suka kesal jika setiap kali menemuiku kamu selalu memakai masker ini, dan aku merasa kamu tidak seperti kamu biasanya.”

“Maksudmu Baobei?” Pria itu sedikit kaget dengan pernyataan Sera.

“Kamu terlihat seperti kakakmu kalau seperti ini, bahkan suaramu juga jadi terdengar seperti suaranya.”

“Kamu membencinya? Atau kamu menyukainya sampai kamu mengaggap aku adalah dia?” pertanyaan dengan nada ambigu.

“Bukan begitu, dia orang baik, tapi…”

Belum selesai Sera menyelesaikan kalimatnya, bibirnya ditutup oleh jari pria itu dengan lembut.

Cukup lama mereka berdua diam tanpa kata, hanya saling menatap, pria itu kemudian mencium tangan Sera , menangkup wajah Sera dengan kedua tangannya.

“Baobei….Semuanya pasti baik-baik saja, aku akan selalu mencintaimu apapun yang terjadi dan aku akan melakukan apapun demi kebahagiaanmu. Tapi aku hanya meminta satu hal, jangan pernah memberikan hatimu selain untukku, karena hatimu hanya boleh menjadi milikku.” Air mata sedikit menggenang dimata pria itu.

Sera yang melihat wajah sedih pria dipangkuannya ikut merasakan kesedihan yang sama, rasa bersalah merayap dihatinya, dia mengusap mata pria yang telah meneteskan air mata itu.

“Maafkan aku Honey…. aku egois dan menyakitimu.”

“Aku selalu mencintaimu dengan segala yang ada pada dirimu, bahkan keegoisanmu. Tapi bisakah jangan berikan hatimu untuknya?” Tanya pria itu menatap Sera yang sekarang juga menatapnya.

“Kamu adalah pemilik diriku, dan kamu yang paling tahu isi hatiku.” Sera memejamkan mata dan mengecup kening pria itu penuh cinta.

Sepasang kekasih yang saat ini menghabiskan waktu bersama hanya disaksikan oleh laut biru dan ditemani suara ombak, Sera mengubah duduknya dan tidur disamping sambil meletakkan kepalanya diatas lengan berotot pria itu, mereka berdua memandang langit biru diatas mereka, semilir angin yang berhembus sesekali menerbangkan rambut panjang Sera ke wajah pria itu, dan pria itu sangat menikmati aroma wangi strawbery dari rambut Sera .

“Setelah kamu menikah nanti, apakah aku masih bisa memelukmu? mencium aroma rambutmu, atau menghabiskan waktu bersamamu seperti sekarang Baobei?” Ucapan sendu pria itu membuat air mata Sera menetes begitu saja.

Pria itu melihat air mata Sera yang jatuh membuatnya tersentak dan bangun dari tidurnya, dia duduk dan langsung menarik Sera kepelukannya, mengusap punggung Sera .

“Maaf Baobei… jangan pernah menangis karena aku, aku minta maaf.” ucapnya panik sedangkan Sera hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban.

 Sera yang diperlakukan seperti itu semakin sedih, air mata yang tadi menetes perlahan berubah menjadi isakan-isakan kecil, dan air matanya juga mulai membasahi bahu pria itu, pria yang sangat mencintai wanita didekapannya ini semakin memeluknya erat, dia sangat khawatir tangisan Sera kali ini akan menjadi tangisan terakhir yang akan bisa dia tenangkan,, karena biasanya setiap kali Sera menangis hanya tangannya yang akan menjadi sapu tangan untuk menghapus air mata dan bahunya yang akan menjadi penopang bagi Sera sehingga rasa takut kehilangan makin menghantuinya karena Sera menangis tanpa mengatakan apapun.

“Baobei…. tenanglah… please…. aku mohon, aku sangat takut.” Ucapnya memohon dengan air mata yang juga ikut menetes.

“Honey…. kamu tau aku sangat mencintaimu tapi dalam hitungan hari aku akan menikah dan aku merasa aku adalah wanita paling egois karena menginginkannya jadi suamiku disaat aku menjadikanmu rumah untukku, aku sangat jahat… maafkan aku.” Isakan Sera semakin jelas ketika dia mengutarakan isi hatinya.

Pria itu menggelengkan kepalanya, dia melepaskan pelukannya, menangkup pipi Sera dan menatap kedua manik mata indah yang sudah terlihat sayu, merah dan sedikit bengkak karena menangis.

“Aku sangat tau setiap langkah yang kamu ambil pasti selalu ada alasan kuat didalamnya, dan aku akan selalu memberikan apapun yang ada di dunia ini untukmu walaupun itu menyakitiku tapi itu tidak akan mengurangi rasa cintaku untukmu Baobei…. kamu hidupku, selama kamu hidup, aku akan hidup.” Ucapnya tersenyum getir dan sesaat kemudian dia menempelkan keningnya pada kening Sera.

Lama mata mereka salaing menatap dengan jarak dekat dengan kening saling menyentuh.

“Meskipun egois kamu milikku dan akan selalu jadi milikku.” ucap Sera meneteskan air matanya yang ditampung oleh pria itu.

“Iya…. aku milikmu, hanya akan menjadi milikmu sampai akhir nafasku aku tetap menjadi milikmu, bahkan di kehidupan lain pun aku selalu menjadi milikmu Shailendra.” Ucapnya Pria itu.

Sera yang tadinya sedang sedih langsung menutup mulut pria itu, dan menatapnya sinis.

“Pertama, Aku tidak ingin kamu bicara tentang kematian dan bahkan aku tidak akan mengizinkanmu mati sebelum aku. Kedua, apa maksud kamu dengan kehidupan lain?” Sera menyipitkan mata dengan tatapan menyelidik.

“Peluk aku Baobei…” Pria itu menarik Sera kembali kepelukannya.