Dua hari yang lalu Lucas dan Mark telah kembali dari ke villa, persiapan untuk acara sudah rampung dan sekarang mereka semua tengah duduk di ruang tengah tempat biasanya keluarga berkumpul tidak terkecuali Michelle yang seperti biasa selalu berdiri diam tanpa ekspresi di samping Lucas.
“Dua hari lagi acara akan dilangsungkan, kalian berdua sudah siap?” Mark menatap Runzhu dan Sera yang sekarang duduk berdampingan dihadapannya.
Mereka berdua hanya tersenyum mengangguk, menyatakan kesiapan mereka. Seluruh keluarga tampak sangat bahagia menunggu hari dimana acara akan berlangsung, Echa sibuk dengan wine ditangannya sambil memainkan ponselnya, kemudian melirik kearah kakaknya memberikan kode, melihat itu Sera paham dan segera berdiri.
“Maaf semuanya, Sera mau ke kamar sebentar, sayang aku ke kamar sebentar ya.” Ucapnya menyentuh bahu Runzhu dan mendapat anggukan dari tunangannya.
Setelah Sera masuk ke kamarnya, Echa juga ikut izin menyusul kakaknya dan hal itu dianggap lumrah oleh semua orang karena Echa memang selalu menempel pada kakaknya seperti bayangan. Sesampainya di kamar, Echa duduk disamping Sera dan memperllihatkan ponselnya.
“Kakak, coba lihat ini….”
Echa memperlihatkan vidio dimana papanya sedang berdiri berhadapan dengan seorang wanita yang wajahnya tertutup, dan dalam vidio itu terlihat papanya memberikan sebuah kartu kepada wanita tersebut. Sera yang melihat itu hanya tersenyum miring dan menatap adiknya.
“Kesayangan kakak,,, kamu tenang dan serahkan semuanya sama kakak, oke? Kamu nggak boleh panik.” dia memegang kedua bahu adiknya.
Echa menarik nafas dan menghembuskan nafas perlahan sampai tiga kali untuk menenangkan diri, dia sangat mempercayai kakaknya karena selama ini tidak ada yang tidak bisa diatasi oleh kakaknya. Dia mengangguk kemudian mengambil sebutir obat yang diberikan kakaknya sebelum dia kembali turun ke tempat keluarganya. Setelah Echa turun, Sera mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.
“Hallo…..Siapa wanita berbaju merah yang diberikan kartu oleh Papa?” ucapnya langsung setelah panggilan tersambung.
Sera hanya tersenyum mendengar jawaban dari orang di telfon dan sambil mengetukkan empat jarinya secara bergantian di nakas samping sofanya, dia menjelaskan panjang lebar memberi perintah.
“Pahamkan? lakukan seperti biasa, dan berikan kejutan untuk mereka dua hari lagi.” Sera langsung mematikan telfonnya. Mukanya berubah muram dan sedih, tapi dia berusaha menahan kesedihan itu, dia membuka galery rahasia di ponselnya dan tersenyum saat menatap foto yang ada dilayar.
“Aku pasti bisa.” Ucapnya meneguhkan hatinya.
Sera keluar dari kamarnya setelah dia mandi karena terlihat dari rambutya yang basah dan pakaiannya yang sudah berganti. Dia menuruni anak tangga menatap satu persatu orang yang ada disana termasuk Michelle yang ternyata juga menatapnya tanpa ekspresi. Tatapan Sera sedikit berbeda ketika dia turun dan duduk kembali di samping Runzhu, dia hanya diam ketika Runzhu bertanya kenapa dia mandi lagi padahal tadi sore dia sudah mandi.
Lucas melihat ketika Sera melihat kearahnya, dan Lucas sangat sulit menebak apa yang sedang dipikirkan Sera saat itu jadi dia langsung bertanya.
“ Are you ok sayang?”
“Hmm… I’m good, Pa.” jawabnya singkat dan langsung mengalihkan pandangannya dan merubah ekspresinya kembali ke mode ceria seperti awal.
Semua hal yang terjadi ternyata tidak luput dari pandangan Mark yang sangat jeli, dia berfikir apa yang sebenarnya terjadi, ada apa dengan calon menantunya, kenapa tiba-tiba jadi berebeda setelah masuk kamar dengan Echa tadi. Bukan hanya Lucas, Mark orang yang sangat peka sekalipun sangat sulit menebak setiap tindakan dan ekspresi Sera .
Malam itu berlalu begitu saja, saat ini sudah dini hari dan ketika semua orang sudah masuk ke kamar masing-masing, Sera menerima pesan dan setelah itu dia langsung pergi meninggalkan villa tanpa sepengetahuan orang lain.
Ketika sinar matahari menembus cahaya kamar, Runzhu menggeliat meregangkan tubuhnya. Dia tersenyum sangat lebar “Hanya tinggal satu hari lagi.” Gumamnya.
Runzhu bangkit dari tempat tidur dan masuk kamar mandi, dan ketika dia sedang mandi, terdengar ribut-ribut di ruang bawah jadi Runzhu mempercepat mandinya. Selesai berpakaian Runzhu buru-buru turun melihat keributan dibawah.
“Ada apa?”
Semua orang menatap Runzhu, sedangkan yang ditatap menjadi bingung, melihat muka panik semua orang dia menjadi ikut gelisah.
“Kakak menghilang.” Echa bicara sambil menangis.
“Apa?” Runzhu sangat kaget.
Lucas dan Aghniya berusah menenangkan echa, setelah kemarin ini mereka tau penyakit Echa, mereka takut Echa terkena serangan panik kembali.
“Tenanglah sayang, mungkin kakak sedang jogging dipantai.” Ucap Aghniya.
Saat semua tengah panik, Michelle datang dan menyampaikan bahwa dia sudah mengetahui keberadaan Sera .
“Maaf tuan, nyoya, Nona Shailendra saat ini memang sedang jogging di pantai, tadi saya melihatnya menengenakan pakaian olahraga dan berjalan ke arah pantai.” Jelas Michelle.
Mendengar itu semua orang menghembuskan nafas lega, mereka tadinya sangat khawatir karena biasanya Sera selalu membawa ponselnya, tapi tadi pagi mereka menemukan ponsel Sera terletak di kasur tapi orangnya tidak ada, bahkan setelah dicari disekeliling villa pun Sera tidak terlihat.
Hampir jam sembilan pagi ketika semua orang sedang duduk di meja makan Sera datang dengan badan penuh keringat dan masih mengenakan setelan olahraganya, dia menghampiri keluarganya mencium pipi semua orang sebagai bentuk sapaan selamat paginya kecuali Michelle.
“Kalian silahkan lanjut makan dulu, aku akan mandi dan bersihkan diri dulu.” Ucapnya berlalu ke atas.
Saat sampai dikamar dia mengeluarkan ponseldari kantongnya dan mengirimkan pesan.
“Aku selesai, sekarang bereskan dan selesaikan sisanya.”
Dia menyimpan kembali ponsel itu, ternyata selain ponselnya yang biasa dia gunakan, Sera memiliki satu ponsel rahasia yang tidak diketahui oleh orang lain. Dia tersenyum senang, dan sambil bersiul memasukkan tubuhnya ke bathub yang sudah terisi air hangat dan kelopak mawar dengan aroma terapi kesukaannya yang tercium di kamar mandi. Dia melakukan ritual mandinya hampir satu jam, dan setelah selesai dia keluar kamar mandi dan melihat sarapan telah berada di meja di samping kasurnya dan di hanya tersenyum penuh arti melihat itu.
Malam itu Sera tidak bisa tidur, besok adalah hari pernikahannya dengan Runzhu dan pada saat ini dia merasa sangat gelisah. Memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya membuatnya terus bergerak ke kiri dan ke kanan, mata yang tadi sudah tertutup sekarang terbuka lagi dan itu membuatnya sangat frustasi, jadi dia memutuskan untuk bangun dengan kesal.
“Siaaaal…… apa yang harus aku kerjakan sekarang agar aku bisa tidur untuk menikmati acara besok, kalau aku tidak tidur yang ada mataku akan terlihat seperti panda betina saat acara pernikahanku besok.” Keluhnya sendiri.
Dia berdiri mengambil sebotol wine dari lemari minuman di kamarnya, dia berjalan dalam situasi gelap tanpa menghidupkan lampu. Dia meneguk segelas wine, tapi hal itu tidak membuatnya puas jadi dia meminum wine itu langsung dari botolnya seperti bayi yang kehausan, tapi dia sedikit kaget ketika sebuah ciuman terasa menyapu cuping telinganya yang sensitif.
“Kamu tidak akan bisa tidur hanya dengan meminum itu Baobei…”
Sera ingin membalikkan badan menghadap orang yang datang, tapi ditahan oleh lengan kekar itu, pinggangnya sekarang dilingkari dengan erat dan sebuah bibir lembut yang terasa kenyal menempel di tengkuknya yang terbuka karena Sera selalu mencepol rambutnya asal setiap kali bangun tidur atau bangkit dari kasur.
“Kamu sangat wangi Baobei…. rambutmu yang berantakan selalu membangkitkan gairahku, dan bau harum tubuhmu selalu manyapa indra penciumanku, seandainya aku bisa memilikimu seutuhnya.” Ucapan itu membuat Sera sedikit menegang, dia tiba-tiba saja sadar bahwa besok adalah hari pernikahannya.
“Jacson…..” ucapnya dengan nada sedikit bergetar.
Sebuah jari yang panjang dan halus menempel di bibir Sera, menutup bibir yang lembut itu agar tidak melanjutkan ucapannya.
“Stop Baobei…..jangan pernah menangis ataupun bersedih, aku selalu ada untukmu sampai kapanpun.”
Tubuh Sera diputar oleh pria itu menghadap kearahnya, merangkul kepala Sera ke dadanya yang bidang dan perlahan menuntun Sera berjalan kearah kasur tanpa melepaskan pelukan itu.
Sera hanyut dalam perasaannya saat ini sehingga dia hanya mengikuti pergerakan pria itu.
Saat kaki mereka menyentuh pinggir kasur, pria itu melepaskan pelukannya, mematikan lampu tidur yang sangat redup hanya menerangi kasurnya sehingga kamar itu menjadi benar-benar-benar gelap jika tidak ada sedikit cahaya bulan dari jendela kamarnya. Dia memegangi bahu Sera dan turun ke kedua tangan Sera dengan sentuhan yang sangat lembut.
“Besok adalah hari pernikahanmu dan kamu harus istirahat dengan nyenyak dan nyaman malam ini agar besok bisa lebih fresh. Aku ingin melihatmu selalu cantik.”
Sera menunduk bingung harus menjawab apa.” Tapi…. aku tidak bisa tidur bahkan memejamkan mata saja terasa sulit.” Sera berbicara dengan nada seperti mencicit hampir tidak terdengar.
“Aku akan menemanimu sampai tertidur dengan pulas seperti biasanya sebelum pergi.” Dia menarik tangan Sera ke kasur dan merebahkan tubuh Sera.
Pria itu duduk disamping Sera yang tengah berbaring, Sera meletakkan kepalanya ke paha pria itu dan memeluk kaki pria itu seperti bantal guling, kepalanya yang dibelai-belai lembut dan punggungnya yang diusap pelan membuatnya sangat nyaman sehingga tidak butuh waktu lama Sera langsung tertidur. Menyadari nafas Sera yang sudah teratur pria itu yakin Sera sudah tertidur, jadi dia melepas masker yang menutupi wajahnya, dia mengangkat kepala kekasih kecilnya itu dan menaruhya dibantal, menarik selimut untuk menyelimuti gadis yang dicintainya itu, dan sebelum pergi dia menyempatkan untuk membelai pelan wajah Sera yang terlihat sangat samar karena lampu yang sudah tidak menyala.
“Mungkin aku tidak akan pernah bisa memilikimu lagi dikehidupan ini Baobei, tapi bisa mencintaimu dan menjadi orang yang selalu ada dan menjadi rumah untukmu dikehidupan ini itu sudah menjadi anugerah dalam hidupku.” Ucapnya mencium kening Sera, lalu berganti mencium kedua pipi, hidung dan berakhir dengan menmpelkan bibirnya pada bibir Sera dengan sangat lembut agar tidak membangunkan wanitanya.
“Semoga kamu bahagia dengan pilihanmu Baobei, aku mencintaimu sampai hembusan nafas terakhirku, semoga dikehidupan selanjutnya kita bisa bersama.” ucapnya terakhir sebelum pergi dan tanpa dia sadari ternyata air matanya jatuh ke pipi Sera.
Sera sebenarya telah tertidur tapi samar-samar dia mendengar ucapan yang diucapkan oleh pria itu hanya saja dia tidak membuka mata dan hanya meneteskan air mata, bahkan saat ini kepalanya terasa sangat berdenyut dan sakit seperti habis naik roller coster hingga pada akhirnya dia benar-benar tertidur dengan perasaan sedih.
Pagi itu Sera bangun dan keluar kamar dengan senyuman yang sangat cerah dan muka berseri-seri, ibunya yang melihat itu hanya tersenyum senang untuk anaknya. Acara upacara pernikahan akan dilangsungkan di pinggir pantai di belakang bukit, dan sebagian orang sudah berada disana untuk persiapan, dan saat ini di villa hanya ada Aghniya ibunya Sera dan Echa yang sengaja menungg karena mereka yang akan mendampingi Sera untuk bersiap-siap sebelum pergi ke tempat acara. Selain ibu dan adiknya ternyata ada Michelle juga di sana, dia sengaja ditugaskan oleh tuannya untuk stay di villa menjaga nyonya dan nona mudanya.
“Woow…… cantiknya sayang…” Aghniya menatap anak sulungnya.
“You’re so beautifull my hero” Echa memegang bahu kakaknya dan mengitari tubuh Sera yang dibalut gaun pegantin putih yang sangat cantik.
Beberapa maid yang melihat nona muda mereka ikut melongo melihat betapa cantiknya calon pengantin kecuali Michelle, dia melihat Sera dengan ekspresi datar kemudian mengalihkan pandangannya ke depan.
“Jika sudah selesai, bisa kita berangkat sekarang nona?” Michelle membuka pintu mempersilahkan calon pengantin berjalan.
Sera hanya melihat Michelle juga sekilas saja tanpa ekspresi apapun, kemudian dia berjalan di dampingi dua wanita cantik disampingnya dan Michelle di belakangnya sambil memegangi ujung gaun Sera agar tidak menyapu lantai.
“Pengantin wanita memasuki aula….” Teriak sang pembawa acara yang membuat semua tamu melihat kebelakang arah Sera memasuki karpet putih yang dihiasi bunga-bunga.
Semua mata memandang takjub ke arah calon pengantin wanita dan beberapa dari mereka berbisik-bisik mengatakan betapa beruntungnya keluarga Vanhendrik mendapat menantu cantik, pintar dan dari keluarga Shailendra yang terkenal.
Sera berjalan dengan anggun menuju altar pernikahan, Runzhu memandang calon istrinya degan senyuman mengambang, auranya semakin bersinar karena kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya yang terlihat sangat bahagia dan puas.
“Terima kasih tuhan….akhirnya.” Gumamnya menunggu pengantin wanitanya datang.
Saat Sera sampai di depannya, kedua penganin tersenyum dan Runzhu memberikan tangan kirinya untuk menyambut tangan mempelai wanitanya agar naik ke altar. Semua mata tertuju pada mereka berdua.
“Sungguh pasangan yang sempurna” bisik salah satu tamu yang diiyakan oleh beberapa tamu lainnya.
Sera dan Runzhu berdiri berhadap-hadapan untuk mengucap janji pernikahan, tapi belum sempat janji pernikahan diucapkan, seseorang datang membawa sebuah peti besar yang membuat semua orang terkejut dan heran. Pria berbadan besar, tinggi dan cukup tampan itu berjalan dengan gagahnya mengiringi peti besar yang diangkat oleh beberapa orang anak buahnya.
“Maaf tuan Lucas, baru saja sebuah truk datang mengantarkan peti ini, dan diatas peti ada sepucuk surat yang mengatakan bahwa ini adalah kado untuk acara ini dan hanya boleh dibuka oleh pengantin dan keluarganya.” Pria itu menunjukkan selembar kertas kepada Lucas.
Tapi sebelum Lucas mengambil surat itu Sera menghentikan papanya dan dia berjalan ke bawah altar pernikahan dipegangi oleh Runzhu untuk mengambil surat itu. “Terima kasih Jacson” Sera tersenyum mengedipkan sebelah matanya pada bodyguard papanya yang merupakan kaki tangan terpercaya selain Michelle.
Pria berbadan besar dan cukup tampan itu ternyata bernama Jacson, dia merupakan salah satu kepercayaan Lucas selain Michelle, bedanya Jacson adalah orang yang cukup ramah berbeda dengan Michelle yang dingin, dan juga semua orang tau Sera cukup dekat dengannya dibandingkan Michelle karena Sera dan Jacson adalah teman sekolah.
“Sure Sweety…” Jawab Jacson dengan senyuman termanisnya, sedangkan Runzhu hanya menatap Jacson datar karena selama ini dia tidak terlalu suka pada Jacson, selain karena rasa cemburu terhadap kedekatan Jacson dan calon istrinya, Jacson juga selalu bersikap acuh dan tidak hormat pada Runzhu meskipun Runzhu adalah seorang tuan muda dikeluarga Vanhendrik.
Sera dan Runzhu membuka surat itu, dan surat itu tertulis dengan tinta berwarna merah dengan hiasan gambar mawar hitam.
“Selamat untuk kalian yang berbahagia,
Ini sedikit hadiah istimewa dari seseorang yang peduli
Keluarga Shailendra dan Vanhendrik semoga kalian senang
Atas hadiah dari saya.”
Salam,
Mawar Hitam
Surat itu singkat tapi setelah membaca itu mereka berdua mengangkat kedua alis tampak bingung, lalu mereka menyerahkan surat itu kepada Lucas yang langsung membaca bersama dengan Mark, sedangkan Sera segera menghampiri peti yang dihiasi dengan mawar hitam itu bersama calon suaminya.
“Can you open it Jac?” Sera menunjuk peti cantik itu sambil melirik Jacson yang mengangguk dengan permintaan Sera.
Ketika peti tersebut dibuka mereka bertiga yang melihat isinya lagsung terbelalak kaget, dan Sera langsung berteriak histeris.
“Aaaa……. Oh my god, please close,now” teriaknya menutup mata dengan ekspresi ketakutan.
Semua orang yang ada disana juga ikut kaget dengan teriakan dan ekspresi calon pengantin dan Jacson, terlebih lagi bau amis yang menguar di udara ketika peti itu dibuka membuat semuanya bertanya-tanya heran.