Bau amis yang menyengat menusuk indera penciuman semua orang disana, seluruh anggota Shailendra dan Vanhendrik langsung menghampiri anak-anak mereka. Runzhu sekarang berdiri kaku di dekat peti sedangkan Sera yang masih shock terlihat sangat ketakutan dengan mata yang mulai berair dan melihat reaksi itu Jacson spontan saja menariknya dan memeluk Sera , menenangkannya dari situasi mengejutkan dan sedikit menakutkan itu.
Kedua orang tua calon pengantin yang baru saja datang langsung memerintahkan Michelle yang saat itu juga ada disana untuk membuka kembali peti tersebut karena mereka ingin tahu apa yang membuat reaksi Sera dan Runzhu sampai begitu, dan ketika peti berhias mawar hitam itu dibuka, betapa terkejutnya mereka melihat potongan-potongan tubuh manusia yang bersimbah darah berada di dalamnya. Tangan dan kaki yang telah diputus dari badan serta kepala dengan mata terbelalak yang juga sudah diputus pada bagian leher, darah yang benar-banar sangat amis dan menggenang didalam peti itu membuat Aghniya dan Hana mual sehingga mereka langsung pergi berlari menjauh mencari toilet, sedangkan Mark dan Lucas tampak sangat terkejut tapi ekspresi mereka sedikit aneh ketika melihat wajah dari mayat yang terpotong-potong itu.
“Jacson, tolong bawa Nona Shailendra kembali ke villa, aku akan membereskan situasi disini.” Michelle memberi perintah pada rekannya sambil mengepalkan tangan.
Echa yang tadinya ingin ikut melihat isi peti mati itu berjalan kearah peti namun tangannya langsung dipegang oleh Sera, kakaknya itu langsung menghentikan adiknya untuk melihat isi peti dengan gelengan kepala, dan Echa mematuhi kakaknya jadi dia langsung ikut kakaknya beserta Jacson kembali ke villa.
“Tuan, saya akan segera membereskan ini, tuan dan tuan Mark serta kedua nyonya bisa kembali ke villa bersama kedua pengantin dan yang lainnya.” Ucap Michelle yang mengetahui betapa terkejutnya kedua tuan besar itu dengan kejadian ini.
Lucas dan Mark mengikuti saran Michell dan meninggalkan area pernikahan bersama keluarganya kembali ke villa, sedangkan Michelle langsung menutup kembali peti tersebut dan langsung berjalan ke altar pernikahan dan mengambil microphone yang tersedia disana.
“Mohon maaf untuk para tuan dan nyonya yang terhormat, karena ada beberapa kendala dan masalah, maka acara hari ini akan di tunda untuk beberapa waktu, dan sekarang anda semua bisa kembali ke kamarnya masing-masing sebelum nanti ada informasi terbaru dari Tuan Lucas dan Tuan Mark.”
Semua tamu bubar dengan kekecewaan, ada yang menghela nafas, geleng-geleng kepala tidak mengerti dan ada juga beberapa orang yang mulai bergosip tidak jelas. Michelle yang melihat itu hanya diam dan ikut meninggalkan tempat acara kembali ke villa setelah mengantarkan semua tamu kekamarnya masing-masing yang sudah disiapkan oleh keluarga Shailendra.
Di villa saat ini semua orang duduk terdiam di ruang tengah, ketika Michelle masuk villa dia melihat Jacson yang berdiri disamping Lucas dan semua anggota keluarga yang duduk dengan wajah bingung, ketakutan dan tanpa ada suara, hanya sekilas Michelle menatap ke arah Sera yang terlihat sangat datar dan tenang padahal tadi di tempat acara Sera terlihat sangat ketakutan sampai histeris.
“Tuan,,, semua tamu sudah kembali ke kamarnya masing-masing, untuk peti dan isinya saya sudah perintahkan kepada anak buah saya agar menyelesaikannya tanpa jejak, saat ini hanya tinggal menunggu arahan dari Tuan apa yang harus dilakukan selanjutnya.” Jelas Michelle menatap Jacson sekilas lalu mengalihkan pandangannya kembali.
Runzhu yang saat ini duduk di samping Sera masih duduk terdiam, dia terlihat lebih shock dibandingkan yang lain, bahkan saat calon istrinya histeris pun dia tidak sanggup untuk menenangkannya dan hanya bisa terdiam hingga saat ini.
Echa yang duduk disisi lain Sera terlihat bingung, dia memegangi sebelah tangan kakaknya, dan ketika Lucas dan Mark pergi ke ruangan samping untuk mendiskusikan sesuatu, Echa mencoba berbisik pelan pada kakaknya.
“Kak…sebenarnya ada apa?”
“Tenanglah Echa, kamu percaya kakak?”
Echa hanya mengangguk, mengiyakan pertanyaan kakaknya karena dia yakin setiap langkah yang diambil oleh kakaknya sudah pasti demi mereka berdua.
“Kakak pasti akan menjaga kamu, entah itu fisik ataupun mental kamu semuanya adalah yang paling penting bagi kakak, okey?”
“Hmm….” kembali Echa mengangguk dengan ekspresi penuh keyakinan dan puas.
Ternyata bisik-bisik antara Sera dan Echa tidak luput dari pandangan Michelle, dia memandang kedua kakak adik itu dan kembali memandang Jacson yang saat ini berdiri disampingnya sambil memandang kearah yang sama.
Setelah meninggalkan ruang tengah, sekarang di ruangan kerja Lucas dan Mark didatangi oleh para istri mereka, karena mereka semua harus mendiskusikan mengenai acara pernikahan yang hari ini gagal, cukup lama mereka berempat berbicara di dalam ruangan itu, sedangkan ketiga anak mereka dan dua orang bodyguard kepercayaan Lucas ada di ruang tengah menunggu mereka memutuskan langkah selanjutnya.
Echa saat ini masih duduk sambil menggenggam tangan kakaknya sedangkan Runzhu masih terdiam seribu bahasa sampai ketika orang tua mereka keluar ruangan dan datang ke ruang tengah tersebut Runzhu ikut menatap penuh tanda tanya kearah orang tuanya. Sekarang ini mereka semua duduk berhadapan dan akan mendiskusikan hasil diskusi mereka dengan anak-anak mereka.
“Runzhu, menurutmu apa yang harus dilakukan sekarang boy?” Ucap Mark meminta pendapat.
Runzhu tidak langsung menjawab dan menatap Sera yang saat ini duduk disampingnya, tatapan yang sangat dipahami Sera bahwa dia akan mengikuti apapun keputusan Sera , dan ternyata apa yang dipikirkan Sera tidak meleset sama sekali.
“Ayah, aku memang sangat terkejut dengan kejadian hari ini, tapi itu tidak membuatku mundur atau ingin mengundur acara pernikahan ini, tapi lebih penting bagiku saat ini adalah Sera.”Ucapnya menatap Sera.
“Aku akan mengikuti apapun yang diiginkan oleh Sera.” tambahnya mantap.
Kedua orang tua mereka hanya mengangguk paham karena memang begitulah Runzhu selama ini, akan selalu menjadikan keinginan Sera seperti perintah dan keharusan, jadi setelah bertanya pada Runzhu sekarang mereka menanyakan pendapat Sera.
“Sebelum menjawab, kalau boleh Sera tau, tadi Papa dan Om Mark sudah diskusi di dalam, bagaimana pendapat kalian?” Sera malah memberikan pertanyaan alih-alih memberikan jawaban langsung.
“Hmm…. begini sayang, menurut kami mungkin saja kejadian tadi hanya ulah rival atau saingan bisnis kami dan kami sangat tidak ingin hal ini mempengarui kehidupan atau kebahagiaan kalian.” Jelas Mark.
“Jadi maksud papa pernikahan kami akan tetap dilangsungkan hari ini atau besok? begitukah?” Sera bertanya dengan nada menyelidik.
“Yaa…. maksud kami jika memang kalian berdua setuju acara akan kita adakan besok sayang selagi para tamu masih belum meninggalkan pulau.” Lucas yang menjawab kali ini.
Sera hanya mengangguk-angguk dan dia membuang mukanya kebelakang sambil tersenyum sinis yang ternyata hal itu diperhatikan oleh Michelle. Sera menghela nafas sebelum akhirnya menjawab.
“Pa,,,, Sera sebenarnya juga ingin acara ini dilangsungkan sesegera mungkin, tapi Sera rasa kejadian hari ini tidak sesederhana yang kita pikirkan, Sera rasa ada sesuatu yang janggal dan jika kita tetap melangsungkan acara sebelum menyelesaikan masalah ini, takutnya ini hanya akan membawa dampak buruk bagi kedua keluarga dan bisa juga berdampak pada perusahaan nantinya. Hmmm…. kalau Sera tidak salah lihat tadi di dalam peti ada sepotong kayu yang disana tertulis sebuah kata dengan darah.” Sera menjelaskan panjang lebar kepada semua orang.
Lucas dan Mark menyerngitkan dahinya mencoba mengingat, lalu mereka langsung berpaling menatap ke arah Michelle, mungkin karena terakhir Michelle adalah orang yang mengurus mayat dan peti itu. Melihat tuannya menatap dirinya, Michelle paham dengan maksud mereka, jadi dia mengambil posel dan menunjukkan beberapa foto yang dia ambil sebelum memerintahkan anak buahnya memusnahkan peti serta mayat di dalamnya.
“Jangan terlalu shock, karena ini baru awal dan tunggu berikutnya.”
“Kebusukan tidak selamanya bisa disimpan.”
Kata-kata itu adalah kalimat yang tertulis di kayu yang dimaksud oleh Sera, dan memang benar tulisan itu sepertinya ditulis dengan darah, melihat foto tersebut Lucas dan Mark sangat terkejut sampai mereka mulai berkeringat dingin.
“Are you oke, Pa?” Sera menatap Lucas dan Mark yang terlihat panik.
Lucas dan Mark berusaha bersikap tenang , mereka dengan cepat merubah ekspresi seperti normal lagi sambil menganggukkan kepala.
“Itu dia Pa yang Sera maksud, jika kita paksakan acaranya yang Sera takutkan kekacauan ini akan berulang, jadi menurut Sera lebih baik kita cari tau dulu siapa Mawar Hitam ini dan menyelesaikan masalah dengannya, baru setelah itu kita adakan acara pernikahan ini dengan tenang dan nyaman. Bagaimana menurut kamu sayang?” Sera sekarang beralih menatap dan memegang satu tangan Runzhu meminta persetujuan.
Runzhu yang mendengar penjelasan Sera yang sangat masuk akal dan juga karena itu adalah keinginan Sera , jadi dia langsung saja menyetujui hal itu. Dan karena mereka berdua sudah menyetujui hal itu Lucas dan Mark akhirnya ikut menyetujui keputusan mereka dan sepertinya kedua orang itu memang ingin menyelesaikan masalah si Mawar Hitam itu dengan segera karena setelah perbincangan itu mereka berdua langsung pergi meninggalkan villa. Dan sebelum meniggalkan villa Lucas memerintahkan Jacson untuk mengatur para undangan kembali ke kota dan menyampaikan perihal pernikahan yang akan ditunda dulu, sedangkan Michelle ikut dengan Eljas seperti biasa.
Saat ini Echa berada dikamar Sera , Sera menenangkan Echa yang sebenarnya sedikit gelisah dan yang ditakutkan oleh Sera adalah serangan panik yang bisa saja menyerang adiknya jika terus membiarkan situasi ini, jadi dia menarik lembut tangan adiknya untuk duduk dikasurnya.
“Echa…. sekarang kamu lihat kakak, tarik nafas kamu dalam-dalam dan hembuskan, dan ulangi sampai tiga kali.”
Echa menuruti arahan kakaknya, dan setelah melakukan itu dia bertanya pada kakaknya apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang ada dalam peti.
“Kamu ingat kemarin saat kamu memperlihatkan foto dikamar ini? Dan kamu minta kakak menyelesaikan masalah ini?” Sera mencoba menjelaskan perlahan dan adiknya mengangguk sebagai jawaban.
“Hari ini walaupun ada sedikit improvisasi terhadap rencana kita, tapi intinya adalah rencana kita untuk menunda pernikahan ini dan menyelesaikan masalah papa itu sudah terlaksana. Dan kakak tidak mengizinkan kamu melihat peti itu karena didalamnya adalah mayat wanita yang ada di foto itu dan kakak tidak mau kamu melihat hal-hal seperti itu?” Sera menjelaskan dengan rinci namun perlahan agar adiknya tidak shock apalagi sampai terkena serangan panik lagi.
“Tapi kak, apa kakak yang membunuhnya?”
“Tidak sayang… bukannya kakak sudah janji sama kamu, kakak tidak akan pernah membunuh siapapun dengan tangan ini, kakak akan selalu penuhi keinginan kamu dan kakak tidak akan ingkar janji.” Sera meyakinkan adiknya dan memang benar bukan Sera pelaku pembunuhan dan mutilasi terhadapa mayat itu.
“Makasi kakak…. kakak selalu jadi pelindung Echa.” Echa sangat terharu dan mulai menangis memeluk kakaknya.
Sera memeluk adiknya dan menghapus air mata adiknya lalu mengajak adiknya untuk segera tidur karena besok siang mereka semua akan pulang ke kota meninggalkan villa. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul dua dini hari, Echa sudah tertidur lelap tapi Sera masih membuka matanya, entah apa yang dia pikirkan tangannya mengepal dan raut wajah marah terlihat samar-samar karena pencahayaan dikamarnya hanya berasal dari ampu tidur kecil di nakas tepat di samping Echa tidur.
“Jangan marah lagi baobei…” Tiba-tiba saja suara pelan itu menyapa indra pendengaran Sera dan dengan seketika raut wajah Sera berubah lembut.
“Honey… Kamu datang?”
“Hmm…aku tau kamu tidak akan bisa tidur malam ini, jadi aku datang untuk menemani kamu.”
“Tapi ada Echa Jac, kalau kita ketahuan gimana?” Sera sedikit khawatir karena saat ini ada adiknya disitu.
Pria tampan bermasker hitam itu hanya tersenyum singkat sambil mencubit sedikit hidung mancung kekasihnya itu.
“Apa kamu lupa siapa kita? Aku sudah memastikan Echa meminum obat tidurnya seperti biasa, karena jika tidak, dia akan sulit tidur juga dengan situasi sekarang dan bisa saja pannic attacknya kembali.”
“Tapi kenapa kamu selalu berbeda jika aku yang datang menemuimu Jac? Dan perasaanku tidak seperti ini.” Jelas Sera.
“Hmm… benarkah? Apa kamu merasa berbeda jika aku memakai masker seperti sekarang dengan aku yang biasa? Benar begitu?”
“Iya, aku merasa setiap kali kamu yang datang menemuiku, kamu sangat lembut, hangat dan penyayang, tidak seperti biasanya yang sedikit menggoda dan rame.”
“Itu karena aku bisa menjadi seperti apapun untukmu Baobei, dan jika kamu nyaman aku selalu menjadi orang yang suka menggoda, aku akan terus bersikap begitu.”
“Tidak…tidak…. seperti lebih baik, kadang aku senang kamu menggodaku seperti biasa, tapi aku lebih nyaman dengan kamu yang begini.”
“Easy wish Baobei…”
Sera hanya tersenyum mendengar ucapan kekasihnya itu, dia merasa sangat beruntung memiliki pria ini dalam hidupnya, bukan hanya meratukannya, menerima kekurangannya bahkan siap melakukan apa saja untuk dirinya, tapi pria itu juga selalu membantu menjaga dan memikirkan apa yang disayangi oleh Sera.
“Aku akan menemani kamu sampai kamu tertidur seperti biasa, dan jangan lupa untuk selalu kuat dan bahagia demi aku.” Ucap laki-laki itu menarik lembut Sera ke sofa di kamar itu.
Pria itu duduk dengan sedikit merebahkan diri di sofa, lalu merentangkan kedua tangannya menunggu Sera masuk kedalam pelukannya. Sera yang melihat itu tanpa banyak basa basi hanya langsung masuk kedalam pelukan laki-laki itu, menghirup aroma harum dari tubuh laki-laki kesayangannya itu.
“Seandainya kamu bisa bertemu aku tanpa harus selalu menggunakan masker hitam yang menutupi wajahmu ini.” Ucap Sera membelai wajah pria yang tertutupi masker hitam itu.
“Kamu bisa membukanya jika kamu mau baobei… aku selalu siap menanggung segala resiko demi kamu.”
Sera menggelengkan kepalanya, dia tidak bisa mengambil resiko dengan membuka masker itu disini, dia masih ingin bermain dan belum siap saat ini, dan kalau Sera membuka masker itu dia tidak akan tahan untuk mencium bibir indah pria yang dicintainya ini. Dan sekarang bukan waktu yang tepat bagi mereka untuk melakukan itu.
Pria itu memegang tangan Sera yang masih berada di wajahnya, yang sedang mengusap lembut alisnya yang tebal dan rapi.
“Baobei….. sekarang kamu harus tidur.” Dia mencium telapak tangan itu dan mencium kening Sera yang menutup mata ketika dia sedikit mengangkat maskernya agar bibirnya bisa menyentuh kening kekasihnya, dan terakhir dia mengecup lembut bibir Sera sekilas dan menutup maskernya kembali, sedangkan Sera hanya merengut karena tidak terima mendapat ciuman sepihak itu.
“Good night Baobei,,,love you more” Ucapnya membelai wajah Sera sehingga reflek Sera menutup matanya lagi, lalu dengan perlahan dia meluruskan tubuh Sera di sofa dan menjadikan tubuhnya sebagai bantal tempat kepala Sera bersandar. Dia mengusap pelan rambut Sera hingga tidak lama kemudian Sera benar-benar tertidur dengan lelap dipelukan laki-laki itu.
“Aku tau kamu lelah Baobei…tapi aku yakin kamu kuat dan aku akan selalu ada bersamamu disetiap langkahmu tanpa ragu,” ucapnya meletakkan kepala Sera dibantal dan menyelimuti tubuh gadis cantik kesayangannya dan menghidupkan kembali lampu tidur yang tadi dia matikan saat baru datang, sebelum akhirnya dia pergi menghilang entah lewat mana.
Ketika sinar matahari masuk menembus jendela dan tirai kamar, Echa langsung terbangun karena cahaya matahari itu langsung menyinari kearah kasur dan tentu saja padanya yang tidur disana, tapi ketika dia membuka mata dia kaget melihat dirinya seorang diri karena seingatnya dia tidur di kamar ini semalam bersama kakaknya dan benar ini memang adalah kamar kakaknya. Lalu dimana kakaknya?