Bab 80 — Kekacauan yang Terencana

Bab 80 — Kekacauan yang Terencana

Pasar kripto hancur dalam semalam. Bitcoin, yang selama ini menjadi tumpuan transaksi internasional bagi negara-negara yang mencoba menghindari dominasi dolar AS, anjlok dalam hitungan menit. Grafik merah menghiasi seluruh bursa kripto dunia. Panic selling tak terbendung. Nilai pasar menguap triliunan dolar.

Sebuah kesalahan kecil dalam baris kode Bitcoin—yang diklaim dilakukan oleh salah satu pengembang minor—mengacaukan sistem verifikasi transaksi dan menciptakan duplikasi transaksi acak. Walau kesalahan itu hanya bertahan tak lebih dari 4 menit sebelum sistem pulih, efeknya luar biasa. Pasar goyah, kepercayaan hancur.

Namun di balik layar, para pengamat sejati tahu: ini bukan kesalahan biasa. Ini adalah rekayasa yang cermat, yang hanya bisa dilakukan oleh mereka yang benar-benar memahami struktur awal Bitcoin—penciptanya.

---

Di ruang pertemuan bawah tanah yang tersembunyi dari pengawasan satelit atau drone, tiga keluarga besar berkumpul: keluarga Melon, keluarga Bosch, dan keluarga Nava. Ruangan itu sunyi, hanya denting gelas dan deru pendingin udara yang terdengar. Di meja bundar, duduklah Samuel Melon, Hermann Bosch, Arvid Lane Nava, dan Wiliam James Nava.

Wajah mereka tak menunjukkan kegugupan, melainkan kepuasan tenang.

Samuel Melon menyeringai, tangannya menyesap anggur ringan dari botol produksi Argentina. "Luar biasa. Seolah-olah dunia sedang memberikan hadiah kepada kita. Rusia sedang tenggelam dalam perang dagangnya dengan Jepang. China? Mereka terlalu sibuk memadamkan api kehancuran kripto ini. Mereka bahkan belum sadar arah sebenarnya dari serangan."

Hermann Bosch mengangguk. "Ekonomi dunia bergerak seperti bidak. Dengan sedikit gangguan, kita menggeser fokus mereka ke tempat yang kita inginkan. Mereka panik, kita tenang."

Arvid tetap diam sesaat, lalu menatap keduanya. "Jangan terlalu senang dulu. Mereka cepat belajar. Tapi ya, untuk saat ini, mereka tidak akan mencampuri urusan Afrika, Amerika Tengah, atau ekspansi kita di Laut Selatan."

Wiliam Nava menambahkan, "Dan yang terpenting, tidak ada satu pun dari mereka yang sadar siapa dalangnya. Mereka masih sibuk mencari kesalahan pada sistem. Tidak ada yang tahu bahwa kami hanya mengubah tiga baris kode dari sistem yang kami bangun sendiri belasan tahun lalu."

Hermann Bosch menatap Arvid. "Itu yang masih membuatku penasaran. Siapa sebenarnya Satoshi Nakamoto itu? Rasanya... terlalu tepat."

Arvid tersenyum samar, nyaris tidak terlihat. "Itu pertanyaan yang bahkan CIA dan Mossad sudah tinggalkan karena tak pernah menemukan jawabannya. Biarkan tetap seperti itu."

Samuel Melon tertawa kecil. "Aku bahkan menduga kalian tahu lebih banyak daripada yang kalian akui. Tapi kurasa ada hal-hal yang memang lebih baik tetap terkubur."

Tidak ada yang menjawab. Keheningan menciptakan ruang bagi saling pengertian. Tidak semua informasi perlu diucapkan untuk diketahui.

---

Di luar ruangan itu, dunia sedang terbakar oleh krisis. Pemerintah Tiongkok menggelar rapat darurat dengan para pemimpin industri kripto. Di Rusia, para penasihat ekonomi disalahkan oleh Presiden karena mengandalkan Bitcoin sebagai mekanisme cadangan. Seluruh Asia Tenggara menangguhkan transaksi berbasis kripto.

Namun bagi tiga keluarga itu, khususnya keluarga Nava, ini adalah kemenangan strategi.

Bitcoin tetap hidup. Sistem pulih. Tapi kepercayaan masyarakat tidak akan sepenuhnya kembali dalam waktu dekat. Dan di situlah letak kekuatan yang mereka tunggu: momen rapuh untuk merebut kontrol.

Dan rahasia tentang siapa sebenarnya Satoshi Nakamoto... tetap terkunci. Bahkan keluarga Melon dan Bosch tidak tahu bahwa dua pria yang duduk tenang di hadapan mereka—Arvid dan Wiliam Nava—adalah sosok di balik penciptaan Bitcoin. Mereka adalah penulis dari whitepaper pertama, penggerak awal sistem blockchain, dan dalang dari satu revolusi digital paling berpengaruh di abad ini.

---