Bab 11: Rahasia dan Rekrutmen

Setelah pernikahan mereka yang menggetarkan media, kehidupan kembali bergulir cepat. Tapi di balik semua berita viral dan ucapan selamat, ada satu hal yang harus mereka lakukan, dan Yueyue tahu waktunya tidak bisa ditunda lagi.

Malam itu, di rumah keluarga Ming, Yueyue dan Ming Xiu duduk di ruang keluarga bersama tiga orang yang paling mereka percaya: Lin Yue, Ming Zhen, dan Ming Lan.

Pix muncul sebagai hologram tenang, kali ini tak mengenakan kostum apapun.

Yueyue menggenggam tangan Ming Xiu, lalu menghela napas pelan.

“Ada hal yang harus kami ceritakan. Dan tolong… dengarkan dulu sampai selesai.”

Saat Yueyue bercerita... tentang dunia yang akan hancur, tentang meteor, virus, zombie, pengkhianatan… dan akhirnya, tentang kematian dan kelahirannya kembali... ruangan itu menjadi sangat sunyi.

Lin Yue memegang mulutnya. Matanya membelalak tak percaya. “Kamu… kamu mengalami semua itu? Dan sekarang…”

“…kembali,” lanjut Yueyue, suaranya serak. “Hari aku mati… darahku menyentuh kalung giok yang Xiu berikan. Itu bukan sekadar perhiasan. Itu… pintu menuju dimensi ruang dan waktu.”

Ming Lan menggenggam bantal di pangkuannya erat-erat. “Kak Yueyue… benar-benar mati dan hidup lagi? Kak… ini kayak cerita fantasi…”

“Aku tahu betapa tidak masuk akalnya ini,” kata Ming Xiu, tenang. “Tapi kami akan tunjukkan buktinya.”

Beberapa menit kemudian, dengan tangan saling mengenggam, mereka semua masuk ke dalam ruang dimensi. Dunia teratai menyambut mereka dengan danau hangat, rumah kayu besar, dan tanah gembur yang sangat luas.

Lin Yue tersedak. “Ini… bukan sihir kan??. Apa ini..?? ini… surga???.”

Ming Zhen, yang biasanya paling diam, berjalan perlahan menyentuh dinding rumah kayu. Ia memejamkan mata.

“Aku tahu teknologi,” katanya pelan. “Tapi ini bukan teknologi. Ini di atasnya.”

Kemudian, ia memandang Yueyue dan Xiu.



"Apa yang akan kalian lakukan, dengan semua ini?."

Yueyue dan Ming Xiu saling memandang,
 "Yueyue dan aku berencana membangun pangkalan untuk berlindung dari hancurnya dunia setelah bencana meteor jatuh. Walau kami tidak bisa menyelamatkan semua, setidaknya ada umat manusia yang masih bertahan," Sahut Ming Xiu.


"Ruang ini akan menjadi inti. kita bisa menimbun barang dan menanam apapun disini. kalaupun dunia tidak bisa diselamatkan, setidaknya kita bisa tinggal disini selamanya," Yueyue melanjutkkan.

“Apa pun ini… kalau bisa menyelamatkan hidup, maka kami akan membantu,” Ayah Ming mengangguk.

Keesokan harinya, di ruang kerjanya yang tersembunyi, Ming Zhen mulai menghubungi jaringan lamanya, mantan pekerja proyek real estate berskala besar, tukang bangunan, pengawas lapangan, bahkan ahli saluran bawah tanah yang dulu pernah menangani proyek rahasia pemerintah.

“Alasanku?” katanya pada Ming Xiu. “Karena aku tidak ingin cucuku nanti tumbuh di dunia yang penuh darah.”

Ia memberi instruksi untuk merekrut mereka tanpa menjelaskan semuanya. Gaji disalurkan dari rekening lama yang sudah mati secara administratif. Kode proyek: Phoenix.

Sementara itu, Ming Xiu dan Yueyue mulai merekrut dua orang penting untuk pengembangan teknis dan medis.

Lin Mei adalah yang pertama.

Pada Siang hari

Di sebuah kafe tersembunyi di pojok distrik bisnis, Yueyue dan Ming Xiu bertemu Lin Mei.

Dokter lulusan cepat dengan spesialisasi ganda di bedah dan farmasi itu mengenakan blouse sederhana dan celana jins, wajahnya berseri tapi ada keteguhan dalam sorot matanya.

Lin Mei langsung berdiri dan memeluk Yueyue singkat.

“Yueyue! Kamu kok tiba-tiba ngajak ketemuan kayak mau rapat darurat?”

Lin Mei bertubuh ramping. Dibanding Yueyue yng memiliki tinggi 173 cm, Lin Mei dengan tinggi 160 cm terlihat mungil, dengan wajah seperti biji melon yang lucu dan imut.

Padahal Lin Mei seumuran dengan Ming Xiu, tapi karena penampilannya, banyak yang menyangka dia baru lulus SMA

Yueyue tersenyum kecil. “Memang darurat. Tapi bukan rapat biasa.”

Mereka mengobrol perlahan, dan Yueyue menjelaskan situasi yang akan terjadi — tanpa menyebut ‘zombie’ secara gamblang, hanya tentang “krisis biologis besar”.

Ming Xiu memperhatikan Lin Mei dengan seksama.

Dan Lin Mei, setelah mendengar penjelasan selama setengah jam, menghela napas dalam.

“Kalau ini dari kamu… aku percaya.”

Ia menggenggam tangan Yueyue. “Kamu orang yang pernah ngasih aku kesempatan hidup saat aku dalam kesulitan. Kali ini, aku senang bisa membantumu”

Perekrutan Lin Mei, berhasil.

Sore harinya, di bengkel tua penuh kabel dan mesin berantakan, mereka bertemu Han Zhi.

Han Zhi pernah bekerja sama dengan Yueyue dalam sebuah proyek. Namun karena menyukai kebebasan, dia menolak saat akan direkrut ke perusahaan. Saat ini Ia membuka bengkel modifikasi drone dan sepeda motor. Ia jenius, tapi cuek dan super berantakan.

Saat ditemui, teknisi muda itu mengenakan overall lusuh dan kacamata tebal. Ia hampir menjatuhkan obengnya begitu melihat Yueyue datang.

“Boss ArchaByte? Eh? Saya salah apa, ya?” katanya panik.

Ming Xiu menahan tawa di samping.

Yueyue menjelaskan singkat tentang rencana mereka, dengan bahasa yang disesuaikan untuk Han Zhi yang lebih teknis.

Ketika mendengar kata “membangun sistem kelangsungan hidup terintegrasi”, mata Han Zhi langsung berbinar. Sebagai otaku penggemar manga dan novel online, jiwa petualangannya langsung membara.

“Anti-zombie network? Survival engineering? COUNT ME IN!” katanya semangat, hampir terjungkal dari kursinya.

“Tapi aku minta hak paten buat nama alat-alat yang kutemukan nanti.”

“Deal,” kata Yueyue sambil mengulurkan tangan.

Han Zhi menjabat tangannya kuat-kuat. “Oh, dan aku juga pengin dibikinin lencana. Biar kelihatan keren.”

Yueyue dan Ming Xiu saling pandang — satu teknisi gila tapi setia, resmi bergabung.

Malam itu, di rumah mereka, Yueyue dan Ming Xiu duduk di depan papan tulis hologram.

Nama-nama mulai muncul. Gagasan mulai terbentuk.

Pix sibuk menyusun file masing-masing kandidat berdasarkan keahlian dan loyalitas.