Satu minggu setelah proposal kerjasama dikirim, balasan dari StarNet M akhirnya datang.
Email itu sederhana, tapi isinya menggetarkan dada Yueyue:
“Kami tertarik dengan sistem perlindungan elektromagnetik yang Anda tawarkan.
Kami mengundang Anda untuk hadir dalam pertemuan tertutup di markas pusat kami di Negara M, guna membahas kerja sama teknis dan kontrak akses jaringan satelit.”
Yueyue membaca pesan itu berulang kali. Pix, yang muncul di layar tablet dalam bentuk hologram elang, berputar girang.
“Yesss! Ini dia! Jaringan satelit terakhir yang bertahan pasca serangan radiasi elektromagnetik dari meteor... dan sekarang kita bisa mendapatkan aksesnya secara resmi!”
Ming Xiu, yang berdiri di sampingnya, menatap layar dengan mata serius. “Kalau kita tandatangani kontrak ini, kita bisa mulai membangun sistem komunikasi pribadi.”
Yueyue mengangguk. “Dan saat semua satelit lain berhenti berfungsi… kita tetap bisa terhubung.”
Pertemuan dijadwalkan lima hari ke depan.
Itu artinya, mereka harus bersiap.
_____
Hari ke-14 sejak kelahiran kembali.
Langit malam masih tampak sama — biru tua pekat, berbintang, seolah tak pernah tahu bahwa dalam 2,5 bulan, ia akan dilukai oleh cahaya neraka.
Yueyue berdiri di balkon rumah keluarga Ming, memeluk tubuhnya sendiri. Angin malam berhembus pelan. Di bawah, taman tampak tenang. Tapi pikirannya tak bisa diam.
Sudah dua minggu berlalu sejak ia kembali. Sejak semua rencana dimulai. Tapi dunia… masih seperti dulu. Masih ramai. Masih percaya hari esok akan sama.
Tangannya meremas pagar balkon.
Pix muncul pelan di bahunya, suara kecilnya tak lagi jenaka.
“Kamu mikirin itu lagi, ya?”
Yueyue mengangguk. “Kalau aku diam, akan ada terlalu banyak korban… seperti dulu.”
Pix menggulung ekornya. “Tapi kalau kamu bicara sekarang… mereka bisa anggap kamu gila. Atau kamu dicurigai menyebarkan hoaks…. Atau malah dipaksa menyerahkan teknologi.”
Yueyue menutup mata.
Ia tahu itu. Dan itulah yang paling menyakitkan, saat kamu tahu kebenaran, tapi tak bisa mengatakannya.
“Aku hanya butuh… cara yang tepat,” bisiknya. “Sesuatu yang membuat mereka mulai curiga. Mulai bertanya-tanya. Tanpa harus menyebut ‘meteor akan jatuh’ secara langsung.”
Pix berpikir. “Bikin sinyal halus? Mungkin lewat laporan ancaman global, atau simulasi bencana?”
Yueyue mengangguk pelan.
“Ya. Mungkin aku bisa buat laporan ‘kebocoran data luar angkasa’… atau gangguan satelit yang dideteksi perusahaan luar negeri. Aku harus mulai menanam benih ketakutan.”
Di belakangnya, langkah kaki ringan terdengar. Ming Xiu datang membawa dua cangkir cokelat panas.
“Yueyue…” katanya lembut. “Jangan pikul semuanya sendiri.”
Yueyue menoleh. “Tapi kalau aku terlambat…”
“Kita akan lakukan ini bersama. Kita pilih siapa yang bisa kita beri peringatan. Kita bangun jaringan kecil. Tapi jangan sampai kamu hancur sebelum perang dimulai.”
Ia menyerahkan cangkirnya. Hangat.
Yueyue tersenyum tipis. “Terima kasih, Xiu.”
____
Esok paginya, pembangunan pangkalan luar dimulai.
Ming Zhen, dengan koneksi lamanya di sektor konstruksi dan keamanan, membantu merekrut para pekerja terpercaya secara rahasia.
“Orang-orang ini bukan sekadar tukang bangunan,” katanya sambil menyerahkan daftar nama pada Ming Xiu. “Mereka pernah terlibat dalam proyek pertahanan sipil, dan beberapa di antaranya… tahu cara bekerja tanpa bertanya terlalu banyak.”
“Bagus,” kata Yueyue. “Kita butuh mereka. Kalau mereka tanya tempat ini buat apa… jawabannya proyek konservasi.”
Ming Lan ikut berkomentar, “Kamu yakin mereka nggak akan curiga waktu lihat alat-alat kalian yang lebih canggih dari NASA?”
Yueyue hanya tersenyum. “Selama kita membayar mereka dengan baik… mereka akan fokus menyelesaikan tugas dan tidak memikirkan hal lain.”
Di ruang teratai, sepuluh rumah portable mulai ditata. Robot pertanian sudah mulai menanam, dan dapur perlahan dilengkapi oleh Hana dan Raku, para robot koki.
Yueyue duduk di atas salah satu rumah portable, melihat ke langit buatan di ruang teratai.
Satu rumah kayu besar. Sepuluh rumah portabel. Ladang. Dan air yang tak habis.
Semuanya sudah dimulai.
Tapi di luar sana… dunia masih tertidur.
Dan dia harus membangunkannya. Pelan-pelan. Dengan risiko besar.
Sebab waktu tidak akan menunggu.