Bab 15: Kontrak, Cinta Lama, dan Kalimat yang Menyentuh

Dua hari sebelum keberangkatan ke negara M.

Siang itu, Yueyue datang ke kantor pusat perusahaan real estate milik keluarga Ming. Gedung tinggi dengan desain elegan itu berdiri megah di tengah distrik bisnis. Sekilas dari luar, tak ada yang berubah. Tapi bagi Yueyue, setiap langkah menuju kantor suaminya kini terasa berbeda.

Setelah menikah, mereka belum banyak muncul di publik bersama. Tapi berita pernikahan mereka sudah cukup mengguncang media bisnis dan sosialita kota.

Saat ia keluar dari lift menuju lantai eksekutif, suasana langsung berubah. Beberapa karyawan wanita yang melihatnya saling berbisik, senyum mereka canggung,antara kagum dan iri.

Di depan ruang kerja Ming Xiu, seorang wanita berdiri sambil menyilangkan tangan.

Ia tinggi, elegan, mengenakan rok pensil dan blouse putih yang pas tubuh. Wajahnya cantik,dengan cara yang dibuat-buat. Rambut disanggul rapi, bibir merah marun, dan mata… dingin.

Saat Yueyue mendekat, wanita itu menoleh.

“Oh... ini kamu, anak yatim piatu yang dinikahi oleh Ming Xiu,” katanya pelan, penuh nada mengejek. “Akhirnya aku bisa lihat sendiri... seperti apa perempuan yang berhasil mengikat Ming Xiu.”

Yueyue berhenti beberapa langkah di depan wanita itu. Matanya tenang, bahunya tegak.

“Dan kamu… Wanita tak tahu malu yang menolak untuk percaya bahwa dia tidak pernah sedikitpun melihat keberadaanmu.”

Wajah wanita itu menegang.

Namanya Valerie Cheng. Putri salah satu konglomerat di Negara ini. Keluarganya menjalin relasi bisnis dengan keluarga Ming saat mereka masih tinggal di luar negeri. Saat itu, ia mencoba menarik perhatian Ming Xiu dengan berbagai cara, dari kesopanan palsu hingga taktik licik. Bahkan mencoba mendekati Ibu Ming.

Namun semua gagal.

Dan saat ia mendengar kabar bahwa pria yang ia kejar bertahun-tahun menikah… Valerie sangat kesal.

“Aku bisa lebih dari kamu,” bisiknya. “Aku lebih cantik. Lebih berkelas. Aku bisa memberinya dunia.”

Yueyue menatapnya, suaranya tenang namun mengiris.

“Tapi kamu bukan aku. sejak dahulu, dia hanya mencintaiku. Cinta bukan tentang seberapa indah kamu tampak di permukaan. Tapi siapa yang akan tetap memegang tangannya saat dunia terbakar di luar jendela.”

Valerie terdiam. Matanya berkedip, mulutnya sedikit terbuka, seperti hendak membalas tapi kehilangan kata.

Tepat saat itu, pintu kantor terbuka.

Ming Xiu berdiri di ambang pintu, mengenakan setelan abu-abu gelap, dasi hitam tipis. Wajahnya netral… tapi sorot matanya sangat dingin.

Valerie merasakan tubuhnya menggigil tiba-tiba.

“Nona Valerie. Kau tidak diundang ke sini. Dan mulai hari ini, semua urusan keluarga Cheng dengan perusahaan kami dihentikan.”

Valerie membuka mulutnya, lalu menutupnya lagi.

“Keluar,” ucap Ming Xiu, tegas dan tak bisa ditawar.

Valerie berbalik tanpa berkata apa-apa lagi. Tapi di matanya, Yueyue bisa melihat… ini belum berakhir.

Saat dia memasuki mobil, telefon nya berbunyi... dari ayahnya.

"VALERIE!!!... Teriakan Ayahnya langsung terdengar. "Apa yang kamu lakukan??... apa kamu sudah gila??!!.... Ayah sudah memperingatimu berulang kali untuk menjauhi Ming Xiu!!... Sekarang, semua kerjasama dibatalkan.. kamu tahu.. perusahaan rugi ratusan milyar!!!" Suara Ayah Cheng menggelegar

"Pulang sekarang juga!!.. atau jangan lagi menjadi anggota keluarga Cheng!!!!

Valerie menutup telefonnya dan tersenyum kecut. "Sial.. ini semua gara-gara wanita jalang itu!!", Valeri memukul setir mobilnya dengan marah.

Di ruang kerjanya, Ming Xiu memegang tangan Yueyue. “Maaf, aku seharusnya memblokir kedatangannya. Aku akan memperingati petugas pengaman di lobi agar memblack list dia supaya tidak bisa masuk.”

Yueyue tersenyum. “Aku tidak marah, dai tidak bisa menandingiku, setidaknya dimatamu.”

“Baiklah jangan membicarakan dia lagi, aku kesini untuk mengajakmu makan siang.” Yueyue membujuknya.

Ming Xiu mencuri ciuman. “Siap Nyonya, aku akan memesan tempat di restoran kesukaan kita.”

Pipi Yueyue memerah. “Dasar genit,” gerutunya sambil melangkah keluar.

Ming Xiu terkekeh dan menyusulnya.

___

Dua hari kemudian, pesawat pribadi keluarga Ming lepas landas menuju negara M.

Di dalam kabin tenang dan mewah, Ming Xiu duduk di samping Yueyue sambil menatap laporan digital. Yueyue menutup laptopnya dan menyandarkan kepala ke bahu suaminya.

“Perjalanan ini bukan sekadar kontrak satelit,” katanya pelan. “Ini… fondasi komunikasi kita saat semua sistem jatuh.”

“Dan juga bulan madu kita,” sahut Ming Xiu, mengecup pelipisnya.

Yueyue tertawa pelan. “Kamu gak kapok digosipin media?”

“Aku ingin dunia tahu… siapa yang jadi istriku.”

Pix muncul dari layar kecil di depan kursi. “Konfirmasi: jaringan StarNet M menunggu pertemuan. Cuaca di negara M: cerah. Cuaca hati: penuh cinta.”

Dan pesawat pun menembus awan, menuju negara asing, tempat di mana mereka akan mengamankan jaringan langit… untuk menyelamatkan dunia di bawahnya.