Setelah kepulangan mereka dari Negara M, rumah keluarga Ming kembali diselimuti kesibukan. Namun, ini bukan kesibukan biasa tentang rapat bisnis atau jamuan sosial. Ini adalah persiapan senyap demi dunia yang perlahan meluncur menuju kehancuran, dan sebuah keluarga kecil yang berusaha tetap waras di tengahnya.
Pagi itu, Lin Yue duduk di lantai ruang tamu, dikelilingi kardus-kardus besar bertuliskan “Makanan Siap Saji”, “Minuman Elektrolit”, dan “Mie Instan Berbagai Rasa”. Ming Lan, dengan kaus oblong dan legging berwarna cerah, tampak asyik membuka paket berisi belasan kotak camilan impor.
“Lanlan… ini semua buat kamu?” tanya Lin Yue setengah tertawa, setengah terkejut.
“Tentu saja nggak semua! Tapi masa depan itu keras, Bu. Kalau nggak ada soda dingin, aku bisa stres permanen,” jawab Ming Lan bangga, sambil menunjukkan alat pembuat minuman soda.
“Dan itu?”
“Pakaian segala musim! Jaket termal, jas hujan anti-badai, sepatu gunung, sepatu menyelam, bahkan… perlengkapan bayi. Siapa tahu nanti ada yang butuh,” jelas Ming Lan.
Lin Yue hanya menggelengkan kepalanya , lalu berdiri dan membuka dokumen di tabletnya. “Aku juga sudah memesan pakaian untuk semua musim dan ukuran, bahan makanan pokok, susu bubuk, vitamin, minyak, dan kebutuhan rumah tangga lainnya dalam partai besar. Semua kita simpan dulu di gudang sewaan.”
Di sudut lain rumah, Ming Zhen duduk bersama Yueyue dan Ming Xiu. Di hadapan mereka, tampilan hologram memperlihatkan desain lima robot konstruksi modular.
“Robot ini bisa menggali fondasi, membangun dinding, merakit struktur… semuanya berbasis AI. Tapi ukurannya besar, jadi aku tidak bisa sembarangan membawanya ke Ruang Teratai. Hanya kamu yang bisa memindahkannya ke dalam sana, Yueyue,” jelas Ming Zhen.
“Aku juga ingin menggunakan robot ini untuk membangun beberapa gudang penyimpanan di dalam Ruang Teratai. Kita tidak bisa terus-menerus menumpuk semua barang di rumah kayu dan rumah portabel,” tambah Ayah Ming serius.
Yueyue mengangguk. “Aku akan bantu. Arahkan saja ke gudang penyimpanan, nanti aku yang urus.”
“Selain itu, mobil off-road dan RV yang sudah dimodifikasi dengan panel tenaga surya juga akan segera dikirim ke gudang. Aku pikir kita akan membutuhkannya begitu keluar kota nanti,” imbuhnya, menyerahkan dokumen pengiriman kepada Ming Xiu.
Pix muncul dalam bentuk hologram kepala burung kasuari, lengkap dengan helm konstruksi. “Catat: hari ini resmi dimulai operasi pemindahan alat berat ke dunia rahasia. Tapi perlu diingat—barang-barang besar nggak bisa dibawa masuk sama orang lain.”
Ming Lan menyahut dari dapur, “Termasuk soda buatanku?”
“Kalau kamu bawa di tangan, bisa. Tapi kamu nggak bisa geret satu galon cola masuk begitu saja,” balas Yueyue sambil tertawa.
“Sayang banget Ruang Teratai nggak bisa membekukan waktu, ya. Kalau bisa, aku bakal simpan es krim dan makanan panas tanpa takut basi,” Ming Lan menyahut lagi.
Tawa pecah di antara mereka, namun kemudian liontin giok di leher Yueyue bersinar pelan. Getaran halus menjalar ke kulitnya, dan seketika, informasi baru membanjiri pikirannya.
Pix menegang. “Whoa… energi baru terdeteksi.”
Yueyue memejamkan mata. Suara halus seperti bisikan muncul di benaknya.
“Kau adalah penjaga ruang dan waktu dalam Ruang Teratai, pewaris kekuatan yang terpilih. Dengan latihan, kau bisa menghentikan waktu dalam area terbatas di dalam dimensi ini. Semua yang berada dalam area itu akan membeku — tidak membusuk, tidak berubah.”
Yueyue membuka matanya perlahan, menoleh ke Ming Xiu dan keluarganya. “Sepertinya… keinginan Ming Lan bisa terwujud. Aku bisa belajar menghentikan waktu di area tertentu. Makanan, tanaman, bahkan senjata… bisa disimpan tanpa takut rusak.”
Pix membelalak. “Kalau begitu, kita bisa bikin kulkas abadi! Atau lemari panas yang nggak pernah berubah rasa!”
Ming Lan berseru, “Yaaaay! Es krim untuk masa depan!”
Ming Zhen mengangguk puas. “Kemampuan seperti ini… harus digunakan hati-hati. Tapi ini keunggulan besar yang tak dimiliki siapa pun.”
Yueyue mengangguk. “Aku akan pelajari dan latih energi ini secara perlahan. Tapi mulai sekarang… kita harus pilih dengan cermat mana barang yang perlu dibekukan waktu dan mana yang cukup disimpan biasa.”
Ming Xiu memeluk bahu istrinya. “Apapun itu, kamu tidak sendiri, Yueyue.”
Yueyue menatap liontin yang masih bersinar lembut.
Ruang, waktu, dan kehidupan… semua kini berada di dalam satu kalung kecil.
Dan dalam dirinya, kekuatan itu perlahan bangkit.