Di balik ketenangan yang tampak dari luar, rumah keluarga Ming adalah pusat dari strategi-strategi yang dijalankan dalam diam. Suasana memang terasa normal, namun di balik setiap pintu, setiap percakapan bisik, ada persiapan perang yang tak terlihat.
Hari itu, Ming Xiu pulang membawa sebuah koper besar bersegel khusus. Ia meletakkannya di meja ruang kerja, menatap Yueyue dengan ekspresi serius. "Aku sudah mendapatkan senjata-senjata itu. Melalui jalur bawah tanah," bisiknya, suaranya rendah dan penuh perhitungan.
"Berapa banyak?" Yueyue bertanya, menghentikan pekerjaannya sejenak. Mata mereka bertemu, sebuah pemahaman tanpa kata terjalin.
"Cukup untuk dua tim kecil dan cadangan latihan. Ada senapan laras panjang, pistol otomatis, amunisi, dan beberapa pelindung tubuh yang bisa dimodifikasi. Jumlahnya memang terbatas, tapi cukup untuk bertahan jika pangkalan diserang mendadak. Kita tidak bisa bergantung sepenuhnya pada keamanan pangkalan saja."
"Aku akan mengirimnya ke Ruang Teratai malam ini," sahut Yueyue. "Senjata seperti itu tidak bisa kita simpan di dunia luar terlalu lama, terlalu berisiko terdeteksi."
Pix muncul sebagai hologram kotak keamanan, berputar di udara. "Aku bisa membantu membuat katalog dan mengenkripsi data senjata dalam sistem penyimpanan ruang. Pastikan tidak ada data yang bocor."
Secara paralel, Yueyue mulai mengaktifkan fase lain dari rencananya: memperingatkan dunia luar—dengan caranya sendiri.
Ia tahu betul bahwa mengumumkan jatuhnya meteor dan penyebaran virus mematikan akan membuatnya dianggap gila, atau lebih buruk lagi, menjadikannya target oleh pemerintah atau pihak tak bertanggung jawab yang ingin memanfaatkan teknologinya. Oleh karena itu, ia memilih untuk menyusupkan kode ke dunia digital, secara bertahap menanamkan benih kecurigaan.
Di forum-forum ilmiah, ia mulai menulis artikel anonim tentang anomali medan magnet yang terdeteksi dari sabuk asteroid. Di kanal teknologi, ia menyebarkan analisis gangguan sinyal satelit yang menyiratkan adanya benda asing yang bergerak cepat mendekati Bumi. Di media sosial, ia mengatur agar akun-akun kecil mulai mengangkat teori konspirasi baru: Meteor Silence Protocol, sebuah narasi yang mengklaim adanya upaya pemerintah menutupi ancaman kosmik.
"Mereka mungkin menganggap ini teori konspirasi bodoh," ujar Pix, saat membantu menyebarkan pola berita itu lewat bot yang tersamar. "Tapi sebagian akan mulai penasaran. Mereka akan mencari bukti."
Yueyue menambahkan potongan-potongan visual satelit yang telah ia manipulasi dari hasil peretasan sistem StarNet M. Ia sisipkan citra-citra samar dan tanda-tanda pola orbit meteor yang semakin mendekat, bersama dengan data grafik yang mengindikasikan adanya patogen bio-hazard tak dikenal yang terbawa oleh medan elektromagnetik objek-objek tersebut. Ia tidak secara langsung menyebut "zombie" atau "virus", namun data mentah yang ia tampilkan cukup untuk memicu kecurigaan di kalangan ahli yang jeli.
"Aku hanya membutuhkan 1 dari 1000 orang yang membaca ini, untuk benar-benar percaya," gumamnya, matanya tajam. "Lalu menyebarkannya seperti virus, sehingga kesadaran kolektif bisa terbangun."
Malam harinya, Yueyue dan Ming Xiu memindahkan koper berisi senjata ke Ruang Teratai. Di sana, Pix memimpin proses pendaftaran dan pengamanan.
"Kita akan menempatkan ini di gudang khusus, dengan sistem pengenal sidik jari dan gelombang otak," jelas Pix. "Hanya orang yang ditautkan oleh Yueyue yang bisa mengambilnya, memastikan keamanan maksimal."
Yueyue memandangi barisan senjata itu. Ringan, mematikan, dan diam. Kini, semuanya berada di pihak mereka, siap untuk menghadapi ancaman yang lebih dari sekadar kehancuran infrastruktur. Mereka tahu, ini adalah persiapan untuk melawan sesuatu yang bisa makan daging manusia.