Bab 22: Negosiasi dan Sekutu Tak Terduga

Hari itu, sebuah mobil hitam berhenti dengan tenang di depan rumah keluarga Ming. Seorang pria keluar—bermantel panjang, rambutnya sedikit acak, membawa koper ramping berlapis logam. Sosoknya tegang namun penuh perhitungan. Pria itu berhenti di depan pagar, menatap kamera pengawas, lalu mengangkat tangan, sebuah isyarat yang Yueyue kenali.

Yueyue membuka gerbang dengan satu ketukan pada tabletnya.

Wen Ruo masuk tanpa bicara, matanya langsung menyapu seisi halaman dengan gerakan cepat namun tenang, mengamati setiap detail. Di wajahnya, tak ada senyum ramah, hanya rasa ingin tahu yang tersembunyi dan sedikit kelelahan.

Mereka bertemu di ruang tamu yang kini terasa formal. Pix memilih muncul dalam bentuk burung hantu hologram, duduk di atas rak buku, matanya berkedip-kedip, mengamati interaksi dengan saksama.

"Sudah lama," kata Wen Ruo pelan, suaranya datar, tanpa emosi yang jelas.

"Kau yang menghilang," sahut Yueyue tanpa basa-basi, tatapannya tajam, mencerminkan ketidakpercayaan yang masih tersisa.

"Dan kau yang mulai mengirim sinyal seolah ingin membuka konstelasi perang dingin baru," Wen Ruo membalas, duduk tanpa diminta di sofa, menunjukkan kepercayaan dirinya yang khas. Ia menatap lurus ke mata Yueyue, seolah mencoba membaca pikiran gadis itu.

Ming Xiu berdiri di samping istrinya, diam namun kehadirannya penuh tekanan. Aura pelindungnya terasa kuat, sebuah peringatan tak kentara bagi Wen Ruo.

Wen Ruo menatap Ming Xiu sejenak, lalu kembali ke Yueyue. "Tenang. Aku tidak datang untuk mengacau. Aku datang karena aku tahu... sesuatu yang sangat besar sedang datang. Dan kalian bersiap. Aku ingin tahu... apakah aku akan selamat jika tidak berada di sisi kalian. Data yang kau sebarkan, meski tersembunyi, sangat akurat."

Yueyue menyipitkan mata. "Dan jika kami menolak kerja sama?"

"Aku tidak akan memaksa. Tapi kalian tahu, dalam perang... selalu lebih baik mengenal musuhmu lebih awal. Dan kadang, mengubah musuh jadi sekutu bisa menjadi strategi terbaik," Wen Ruo menjawab dengan nada tenang, penuh perhitungan. "Terutama saat menghadapi ancaman yang bisa mengakhiri peradaban."

Pix mencatat dengan suara kecil yang hanya bisa didengar Yueyue dan Ming Xiu, "Catatan: gaya bicara tetap menjengkelkan seperti dulu. Prediksi: 70% niat kerja sama, 30% motif tersembunyi."

Wen Ruo membuka kopernya. Di dalamnya, bukan senjata, melainkan serangkaian peta radiasi, proyeksi orbit, dan catatan interferensi sinyal dari satelit kecil yang telah ia modifikasi sendiri. Peta-peta itu menampilkan anomali yang jauh lebih parah dari yang dipublikasikan pemerintah, termasuk pola penyebaran aneh yang mengindikasikan lebih dari sekadar dampak tumbukan.

"Bukti," katanya, menunjuk beberapa grafik. "Aku tahu sebagian dari apa yang akan terjadi. Termasuk potensi dampak biologis dari medan elektromagnetik aneh ini. Tapi aku ingin tahu versi lengkap dari kalian." Ia berhenti sejenak, lalu menambahkan dengan nada lebih serius, "Aku pernah melihat pola data semacam ini di arsip rahasia. Ini bukan sekadar meteor biasa."

Yueyue dan Ming Xiu bertukar pandang. Wen Ruo sepertinya sudah menduga tentang virus dan dampak yang lebih luas, bukan hanya kehancuran infrastruktur. Di dunia yang mulai bergeser, kadang musuh lama bisa menjadi penjaga rahasia terbaik, terutama jika mereka memiliki pengetahuan yang sama.

Malam itu, setelah Wen Ruo pergi dan berjanji akan menunggu keputusan mereka, Yueyue masih duduk di ruang kerja sambil menatap tablet kosong. Pikiran tentang Wen Ruo terus berputar di benaknya, mempertimbangkan risiko dan manfaat.

"Dia tidak bersalah atas kasus lama itu," katanya akhirnya, sebuah kesimpulan yang telah lama ia simpan dan kini semakin kuat.

Ming Xiu menoleh, raut wajahnya serius. "Kamu yakin, Yueyue? Risiko ini besar."

"Aku ingat beberapa tahun lalu... ada proyek penting yang hilang, dan semua kesalahan diarahkan ke Wen Ruo. Tapi waktu itu aku sempat curiga. Bukti-bukti yang ditemukan... terlalu rapi. Terlalu mudah ditemukan. Seolah sengaja ditaruh untuk menjebaknya dan menyingkirkannya dari lingkaran atas," jelas Yueyue. "Mungkin dia tahu terlalu banyak, atau ada pihak yang ingin menguasai penelitiannya."

Pix menambahkan pelan, "Dan sinyal penghapusan log-nya... tidak sesuai gaya kerja Wen Ruo. Aku bisa telusuri lebih dalam siapa dalang di balik jebakan itu jika kamu mau. Sekarang, dengan akses satelit StarNet M, peluangnya lebih besar."

Yueyue mengangguk. "Lakukan. Kita butuh semua informasi yang bisa kita dapat. Dan... mulai sekarang, kita pantau siapa pun yang berusaha mendekati sistem komunikasi kita. Kita harus tahu siapa yang memantau kita, dan apa motif mereka."

Ming Xiu berdiri di sampingnya, menatap langit malam dari balik jendela, yang kini terasa begitu tenang di ambang badai. "Jika Wen Ruo berada di pihak kita... dia bisa jadi senjata rahasia yang tak ternilai, terutama untuk urusan intelijen dan komunikasi. Kita bisa membalikkan keadaan dengan pengetahuan dan jaringannya."

Dan malam itu, kelompok mereka bertambah satu nama lagi, dengan keraguan yang terselip namun harapan yang lebih besar: Wen Ruo, seorang ahli kriptografi dengan masa lalu yang kelam, kini berpotensi menjadi sekutu krusial dalam perang melawan kiamat.