Bab 23: Tumbuh dan Bersembunyi

Waktu tersisa: satu bulan.

Langit masih terlihat tenang, biru dan bersih. Namun, bagi mereka yang tahu, ini adalah ketenangan semu. Dunia luar masih belum sadar bahwa neraka ada di depan mata. Tapi di balik layar, segalanya bergerak cepat, dengan presisi militer.

Pangkalan yang dibangun oleh keluarga Ming dan sekutu-sekutunya telah mencapai 75 persen penyelesaian. Tembok pertahanan menjulang di sisi-sisi utama, benteng kokoh yang siap menghadapi badai. Bangunan pusat komando sudah berdiri, dengan jalur bawah tanah yang mulai digali menuju titik-titik penting luar kota. Para pekerja terus bekerja secara bergilir, diawasi oleh sistem terintegrasi yang dibangun oleh Yueyue dan timnya, termasuk pengawasan ketat dari Zhou Liang yang memastikan tidak ada celah keamanan.

Di dalam Ruang Teratai, kehidupan juga berkembang pesat.

Pohon-pohon buah yang ditanam mulai bertunas, sebagian bahkan sudah mulai berbuah, memberikan secercah harapan di tengah bayang-bayang kiamat. Ladang di sisi utara dan timur rumah kayu mulai penuh dengan sayur-sayuran dan tanaman pangan. Pix bahkan memberi label digital di setiap plot, lengkap dengan informasi kelembapan dan kesuburan tanah, memastikan efisiensi maksimum.

“Pix, beri tanda khusus untuk plot yang cepat panen. Kita butuh pasokan mingguan nanti,” ujar Yueyue, suaranya dipenuhi optimisme yang langka.

“Siap, Jenderal Sayur! Aku bahkan bisa memprediksi masa panen dengan akurasi 99,7%!” sahut Pix ceria, hologramnya berkedip-kedip.

Yueyue juga membeli lebih banyak benih dari berbagai sumber dalam negeri. Ia ingin Ruang Teratai punya cadangan genetik yang kuat—dari tanaman hasil panen tinggi hingga gandum tahan cuaca ekstrem. Keragaman adalah kunci untuk kelangsungan hidup jangka panjang.

Namun itu belum cukup. Mereka harus siap untuk skenario terburuk.

Hari itu, Yueyue dan Ming Xiu berdiri di padang rumput sisi selatan Ruang Teratai, memandang area yang sudah dibersihkan.

“Tempat ini akan jadi kandang,” kata Yueyue sambil menunjuk area tersebut.

Beberapa kandang portable mulai dibangun untuk menampung ayam, kambing, sapi, dan kelinci. Sementara itu, kolam buatan digali dengan bantuan robot konstruksi—satu untuk ikan konsumsi, satu lagi sebagai kolam minum ternak. Air danau utama dialirkan menggunakan sistem pompa dan saluran kecil, namun tetap dijaga agar bersih. Air danau utama diprioritaskan untuk mandi, minum, dan kebutuhan manusia.

“Danau ini mulai terasa seperti pusat dunia,” gumam Ming Xiu sambil membasuh tangan di tepiannya, merasakan kesejukan air.

Sementara itu, Yueyue mulai memanfaatkan kekuatan barunya untuk menyiapkan beberapa gudang waktu-terhenti. Ini adalah kemampuan yang baru ia pelajari dari liontin gioknya, sebuah rahasia yang hanya ia dan Pix yang tahu sepenuhnya.

Gudang-gudang itu ditautkan secara spiritual, memungkinkan Yueyue mengaktifkan zona waktu beku di dalamnya. Makanan dan minuman siap saji yang disimpan tidak akan basi, tidak akan berubah. Saat dibutuhkan, tinggal dikeluarkan dalam kondisi sempurna, seolah baru saja dibuat.

Namun ada satu aturan penting: makhluk hidup tidak bisa masuk ke zona beku.

Pix mengingatkan dengan nada serius, “Kalau ayam sampai masuk, dia bakal jadi patung abadi sampai kamu lupa dia pernah ada. Forever Chicken Nuggets.”

“Makanya hanya robot yang boleh keluar-masuk gudang beku,” kata Yueyue sambil mengetes sistem kendali akses dengan presisi.

Robot-robot rumah tangga dan pertanian mulai dilatih masuk dan keluar zona beku, membawa logistik sesuai kebutuhan. Hana dan Raku, dua robot koki, sudah menyusun daftar rotasi makanan darurat dan menyarankan produksi makanan awetan dari hasil ladang teratai, memaksimalkan setiap panen.

Pix mencatat: “Dengan sistem ini, kamu bisa menyimpan persediaan 5 tahun dalam kondisi sempurna. Tapi sebaiknya disisipkan catatan rotasi agar manusia tetap makan makanan segar juga, demi kesehatan mental dan fisik.”

Yueyue memandangi langit buatan Ruang Teratai yang perlahan berubah senja.

Dunia kecil ini semakin lengkap, sebuah benteng harapan di ambang kehancuran.

Di Rumah Keluarga Ming

Ayah dan Ibu Ming sedang duduk di taman belakang rumah saat Yueyue dan Ming Xiu keluar dari Ruang Teratai, wajah mereka sedikit lelah namun penuh kepuasan.

"Apakah pertumbuhan Ruang Teratai meningkat pesat? Ibu masih sibuk mengumpulkan perbekalan, belum sempat masuk," Ibu Ming tersenyum, tangannya masih memegang tablet yang memuat daftar kebutuhan sehari-hari yang tak ada habisnya.

"Yah, semua tanaman tumbuh dengan baik. Ruang itu penuh dengan energi spiritual, dan tampaknya semakin banyak tanaman yang tumbuh, energi semakin tebal," Yueyue menjelaskan, duduk di hadapan Ibu Ming. Ia merasakan koneksi yang semakin kuat dengan liontinnya.

"Bagus... Bagus sekali." Ayah Ming mengacungkan jempol, bangga dengan pencapaian menantu dan putranya.

"Ayah, Ibu, kita sudah harus bersiap. Tempat tinggal untuk keluarga kita di pangkalan utama telah selesai dibangun. Besok aku dan Yueyue akan mulai memindahkan barang-barang. Tiga hari lagi kita bisa pindah ke sana," Ming Xiu menjelaskan, berdiri di belakang Yueyue, tangannya berada di bahu istrinya.

Ibu Ming melirik Ayah Ming, ada kekhawatiran di matanya. "Xiu, bagaimana dengan Paman Xu dan Bibi Xu? Kita tidak bisa meninggalkan mereka." Paman Xu dan Bibi Xu adalah pasangan suami istri yang telah bekerja bertahun-tahun sebagai pelayan di keluarga Ming. Mereka pernah memiliki anak, namun meninggal karena penyakit leukimia. Semenjak itu, mereka merawat Ming Xiu, terutama Ming Lan, seperti anak sendiri. Loyalitas mereka tak terbantahkan.

"Tentu saja kita tidak akan meninggalkan mereka, Bu. Aku sudah membicarakannya dengan mereka," jawab Ming Xiu menenangkan. "Ibu bisa menceritakan sedikit tentang situasi sekarang, dan minta mereka untuk mengatur barang-barang yang akan dibawa ke pangkalan. Mereka sudah tahu bahwa ini bukan sekadar relokasi biasa."

"Xiu, bagaimana dengan rumah ini?" Ayah Ming berkata ragu. Bagaimanapun, rumah ini adalah kenangan mereka selama puluhan tahun, tempat mereka membangun keluarga.

"Ayah, kita akan memperkuat dinding dan pintu rumah. Benda-benda yang berharga dan memiliki banyak kenangan sebaiknya disimpan di Ruang Teratai. Jika kondisi memungkinkan, kita akan kembali ke sini suatu hari nanti," Yueyue menenangkan mereka, suaranya lembut namun penuh keyakinan.

Keduanya menghela napas lega. "Baiklah, Ibu akan berbicara dengan Paman dan Bibi Xu sekarang juga."

"Yess.. kalau ada Paman Xu dan Bibi Xu, aku bisa tenang, seenggaknya kamarku nanti terjamin rapi" Ming Lan berjingkrak, mencoba mencairkan suasana tegang.

Ayah dan Ibu Ming hanya bisa geleng-geleng kepala melihatnya, namun senyum kecil tersungging di bibir mereka. Mereka tahu, di tengah semua persiapan serius, sedikit humor dari Ming Lan adalah penyeimbang yang berharga.