Bab 39: Ancaman Tersembunyi dan Detak Waktu 

Hari ketiga pasca hantaman meteor.

Asap tebal masih mengepung Pangkalan Lotus, namun di baliknya, sebuah kehidupan baru mulai terbentuk, meskipun penuh kewaspadaan. Di ruang komando utama, ketegangan berbaur dengan dedikasi saat tim inti bekerja tanpa henti. Layar-layar monitor masih menampilkan reruntuhan di luar, tetapi fokus utama kini beralih ke data internal dan analisis sampel yang baru didapat.

"Analisis awal sampel menunjukkan virus ini memang unik," lapor Lin Mei dari pusat medis, suaranya terdengar serius melalui interkom. "Struktur genetiknya menunjukkan adanya fragmen aneh yang tidak sesuai dengan patogen di Bumi. Dr. Chen dan timnya menduga ini terkait dengan material meteor."

Yueyue mengangguk. "Itu mengonfirmasi asumsi kita. Bagaimana dengan tingkat penularannya?"

"Sangat tinggi," jawab Lin Mei. "Kontak langsung dengan cairan tubuh yang terinfeksi akan menular. Inkubasi kurang dari satu jam, dan transformasinya… cepat dan brutal. Mereka yang terinfeksi kehilangan fungsi kognitif, hanya menyisakan insting primitif untuk makan."

Di ruang komando, Ming Xiu mengepalkan tangan. "Ini akan menjadi musuh yang sulit dikalahkan."

Wen Ruo menunjuk ke layar. "Sinyal Ordo Genesis yang kita deteksi kemarin sudah hilang. Mereka sangat ahli dalam menyembunyikan jejak. Ini berarti mereka bergerak cepat, dan mungkin, mereka sudah tahu lebih banyak tentang virus ini daripada yang kita duga."

"Atau mereka terlibat dalam penciptaannya," gumam Yueyue, teringat kembali pengkhianatan Jun di masa lalu. "Kita tidak boleh lengah sedikitpun."

Han Zhi sibuk di konsol, meningkatkan resolusi kamera VigilNet. "Saya mencoba melacak pergerakan drone tak dikenal itu, tapi tanda mereka terlalu samar. Sepertinya mereka menggunakan teknologi siluman."

Di area pemukiman, para penghuni mulai menyesuaikan diri dengan kehidupan pangkalan. Jadwal harian telah ditetapkan: waktu makan, waktu istirahat, sesi orientasi, bahkan program hiburan sederhana melalui jam tangan pintar hologram mereka. Namun, ketakutan tetap membayangi.

Nyonya Kim, bersama suami dan putranya, duduk di kamar mereka yang kecil namun nyaman. "Setidaknya kita punya tempat ini," bisiknya pada Tuan Lee. "Tapi… apakah kita akan aman selamanya?"

Ming Lan, ditemani Paman dan Bibi Xu yang kini ikut membantu di area logistik penghuni, mencoba menghibur anak-anak dengan cerita. "Lihat! Ada gambar dinosaurus di jam tangan Kak Lanlan!" serunya riang. Bibi Xu mengangguk, tersenyum ramah. Ia tahu anak-anak adalah harapan, dan mereka harus dijaga dari kengerian di luar.

Di salah satu sudut pangkalan, Zhou Liang dan Xia Feng memimpin sesi latihan darurat untuk tim keamanan. Mereka fokus pada taktik bertahan di dalam tembok, skenario serangan zombie, dan penggunaan senjata yang efisien.

"Ingat," kata Zhou Liang, "Setiap tembakan berarti. Jangan panik. Lindungi warga sipil!"

Xia Feng menunjuk beberapa titik di peta pangkalan. "Kita punya lapisan pertahanan yang kuat, tapi kita harus selalu waspada. Mereka mungkin tidak punya akal, tapi jumlah mereka tak terbatas."

Yueyue memandangi timnya, hatinya dipenuhi campuran kebanggaan dan kekhawatiran. Mereka adalah orang-orang terbaik yang bisa dia kumpulkan. Mereka adalah intisari dari harapan.

"Ming Xiu, bagaimana dengan jalur bawah tanah menuju area pertanian dan peternakan?" tanya Yueyue. "Kita harus pastikan semuanya aman sebelum kita mulai mengoperasikannya."

"Sudah kami periksa. Aman," jawab Ming Xiu. "Tim Han Zhi juga sudah mulai menyiapkan sistem otomatis untuk pengiriman pasokan ke pangkalan melalui jalur tersebut. Kita bisa mulai mendapatkan suplai segar dalam beberapa hari."

Yueyue menghela napas, lalu menatap semua anggota tim inti yang ada di ruang komando—Ming Xiu, Ayah dan Ibu Ming, Ming Lan, Han Zhi, Wen Ruo, Lin Mei, Zhou Liang, dan Xia Feng. "Ada satu hal lagi yang harus kalian tahu. Sebuah rahasia yang menjadi tulang punggung dari semua persiapan kita."

Mata mereka semua menatap Yueyue penuh tanya.

"Bagaimana semua persediaan kita seakan tak terbatas? Ke mana semua hewan ternak dan benih yang kita kumpulkan menghilang? Bagaimana kita bisa membangun ini semua dengan kecepatan tinggi tanpa jejak? Semua itu... karena aku punya akses ke dimensi penyimpanan."

Yueyue meraih liontin giok di lehernya, yang sedikit berdenyut. "Liontin giok ini adalah kuncinya. Di dalamnya ada dunia tersembunyi. Sebuah Ruang yang kami namakan RuangTeratai, tempat kita menyimpan semua sumber daya, menanam makanan, dan beternak. Aman dari dunia luar, dan di sana waktu bisa dihentikan untuk menyimpan barang dalam kondisi sempurna."

Keheningan melanda ruangan. Han Zhi, yang biasanya ekspresif, kini terdiam, matanya membelalak. Wen Ruo menatap liontin itu dengan pandangan intens, analisanya berjalan cepat. Lin Mei dan tim keamanan tampak terkejut namun juga kagum.

"Aku tahu ini sulit dipercaya," Yueyue melanjutkan, suaranya pelan. "Jadi, setelah ini, aku akan membawa kalian masuk. Satu per satu, atau dalam kelompok kecil, kalian akan melihatnya sendiri. Dan kalian akan mengerti mengapa kerahasiaan ini adalah yang paling utama."

Malam itu, secara bergiliran, Yin Yue membawa setiap anggota tim inti ke dalam Ruang Teratai. Mata mereka membelalak melihat padang rumput yang luas, danau jernih, rumah kayu besar, dan robot-robot yang sibuk bekerja di ladang dan kandang ternak. Mereka menyentuh dedaunan, merasakan udara sejuk, dan melihat sendiri gudang beku yang menyimpan persediaan tak terbatas. Keheranan dan kekaguman terpancar dari setiap wajah, menyadari betapa luar biasanya rahasia yang kini mereka pikul.

Ming Zhen, Ayah Ming, tersenyum bangga. "Sekarang kalian tahu mengapa putri dan putraku begitu yakin. Ini adalah keajaiban yang nyata."

"Kerahasiaan Ruang Teratai adalah kunci utama kelangsungan hidup kita," Ming Xiu menekankan. "Tidak ada satu pun penghuni lain yang boleh tahu tentang keberadaannya. Ini adalah rahasia tim inti kita, seumur hidup."

Semua anggota tim mengangguk, menyadari betapa krusialnya informasi ini dan betapa besarnya kepercayaan yang telah diberikan Yueyue kepada mereka.

Malam itu, Pangkalan Lotus merayakan keberhasilan kecil pertama mereka: pasokan air bersih yang stabil dan listrik yang tak padam. Namun, di balik perayaan itu, setiap orang tahu bahwa ancaman di luar sana masih mengintai, dan waktu yang berdetak adalah pengingat konstan bahwa perang sesungguhnya baru saja dimulai.

Yueyue berdiri di rooftop gedung komando, menatap samar-samar cahaya bulan yang menembus lapisan asap. Di tangannya, liontin giok terasa dingin namun menenangkan. "Kita baru memulai, Xiu," bisiknya pada suaminya yang berdiri di sampingnya. "Pertempuran ini akan panjang."

Ming Xiu merangkulnya erat. "Kita akan hadapi, Sayang. Bersama."