Chapter 2 ~ Berapa Lama Lagi Aku Harus Menunggu...

•~[Irina Azzalzalah]~•

"Hah? Kamu dibully?"

"I-iya buk"

"Terus kamu bilang kamu dibully sama Kevin?"

"Iya buk... Udah dari lama Kevin bully aku"

"Oh Irina, Kevin ga mungkin bully kamu. Kevin itu anaknya baik loh"

"Tapi buk..."

"Udah deh Irina, kalo kamu ada masalah sama Kevin bisa kamu selesaiin sendiri bak-baik. Ga perlu kamu kaya gini"

Begitulah yang kudapat setelah melaporkan pembullyan Kevin terhadapku pada Wali Kelas kami.

.....

Bugh!!!

"Akh!"

"Lu ngadu sama Bu Sinta hah?!"

Ketika aku kembali ke kelas, aku disambut dengan tendangan keras dan bentakkan dari Kelvin

Bugh! Bugh! Bugh!!

"Udah berani ngadu lu hah?!"

Bugh!!!

"Selama ini gua dah baik sama lo, gua ga mukulin lo parah-parah. Dan sekarang lo udah berani ngadu-in gua ke wali kelas kita hah?!"

Bugh!!

Dia menendang kepalaku hingga membentur dinding.

"Berdiri lo!"

Dia menjambak rambutku lalu memaksaku berdiri.

Bugh!!

"Ugh!"

Dia memukul perutku dengan sangat keras.

Bugh!!!

"Akh!!!"

"Udah berani lu ngelawan gua hah?!"

Bugh!! Bugh!! Bugh!!!

Dia terus membenturkan kepalaku ke meja, berulang kali... Darah mulai mengalir dari kepalaku... Begitupun dengan air mataku.

Dia terus menyiksaku, hingga bel masuk berbunyi… Sebelum dia akhirnya berhenti.

"Duduk sana!"

"... Baik"

•••

Byur!

Cela dan teman-temannya menyiramku dengan air dingin.

"Apa maksud lu ngaduin Kelvin hah? Lu mau dia celaka gitu? Udah berani lu hah!!"

Bugh! Bugh! Bugh!!!

Mereka memukuliku terus-menerus.

"Lu harus dihukum keras-keras biar jera!"

Dia menjambak rambutku lalu menarikku ke dalam salah satu toilet yang ada

"Makan nih!"

Bakh!

Dia mendorong kepalaku masuk kedalam wc duduk itu dengan kuat.

Bau... Aku kesulitan bernafas... Leherku sakit sekali...

Bakh! Bakh! Bakh!

Dia menarik kepalaku, lalu memasukkannya lagi, lalu lagi, lagi, lagi, lagi, lagi, lagi, lagi, lagi, lagi, lagi, lagi dan lagi tanpa jeda sedikitpun.

"Akh!"

"Makan nih! Rasain tuh! Makanya jadi orang jangan sok amat, pake berani ngaduin Kelvin segala lu jalang"

Bakh! Bakh! Bakh!

"Henti-"

Bakh!

"Kenapa lu hah?!"

Dia menekan kepalaku di wc itu dengan kakinya... Sangat keras... Hingga kepalaku sendiri terasa sakit karena ditekan.

Selama beberapa waktu yang panjang... Dia terus menekan kepalaku tanpa henti... Rasanya sangat sesak, sesak sekali... Hingga aku bahkan tidak mencium bau apapun sekarang.

Apa aku akan mati sekarang?...

.....

Bel berbunyi, dan dia akhirnya melepaskanku.

"Awas lo"

Mereka meninggalkanku.

Aku terduduk di lantai dengan nafas terengah-engah. Sangat menyakitkan...

.....

Hari demi hari, pekan demi pekan, bulan demi bulan pun berlalu. Hari-hari ku selalu sama saja. Ditindas, dipalak, dan diperintah secara paksa tanpa henti. Tidak sedikitpun aku memiliki masa-masa yang tenang dalam kehidupan sma ku ini.

•••

Entah karena apa, tiba-tiba saja aku dipanggil ke ruang guru oleh wali kelasku... Bu Sinta

"Kenapa memanggil saya bu?"

"Irina, akhir-akhir ini performa akademik kamu mulai menurun. Ibu hanya mengingatkan saya, jika begini terus beasiswa kamu bisa dicabut loh"

"... Saya akan berusaha memperbaiki nilai saya"

"Baguslah jika kamu mengerti. Yasudah, hanya itu saja yang ingin ibu sampaikan. Kamu bisa kembali ke kelasmu sekarang"

"Baik bu"

Guru... Mereka memanggilku dan menegurku karena nilaiku... Tetapi mereka tidak mendengarkan keluhanku tentang pembullyan yang selama ini kualami...

•••

"Irina, kamu bisa dengar?"

Hari ini, entah karena apa tiba-tiba saja ibuku menelponku. Padahal selama ini dia tidak pernah menghubungiku selain memberi pesan "Uang bulananmu sudah ibu kirim".

"Ya, aku dengar"

"Wali Kelasmu menghubungiku dan mengatakan bahwa performa akademik mu turun belakangan ini"

"... Ya, aku ada masalah di sekolahku-"

"Aku tidak tau apa masalahmu. Tapi jika terus seperti ini, kau akan kehilangan beasiswa mu itu. Dan kau sendiri tau bahwa aku tidak akan mau membayar uang sekolahmu"

"Jangan membuatku malu Irina, mengerti?"

"Baik... Bu..."

Lalu telpon itu langsung dimatikan olehnya.

"..... Apa-apaan coba? Padahal dia bahkan tidak pernah peduli padaku."

Uas sebentar lagi tiba... Aku harus belajar untuk itu... Karena memang, aku tidak boleh kehilangan beasiswa ku ini.

Aku berdiri, lalu mengambil buku pelajaran dan mulai belajar.

Selama aku membaca buku... Aku sama sekali tidak bisa fokus... Otakku terus dipenuhi oleh hal-hal kejam yang selama ini kualami.

Hatiku terus menjerit... Berteriak sejadi-jadinya tanpa henti... Terus berteriak... Tanpa aku bisa melakukan apapun.

Amarah, kesedihan, kekecewaan, penderitaan, segala jenis emosi negatif terus meresapi hatiku... Terus menerus... Hingga aku merasa bahwa aku bahkan tidak diberi selang waktu sedikitpun dari itu.

Aku terus membaca buku pelajaranku, memahami materi, menyimpulkan, meringkasnya dikepalaku, mencatat, dan menghafalnya.

Bahkan saat jiwa dan raga ku terus berteriak... Aku tidak berhenti belajar... Karena selain berbagai penindasan, pemalakan, dan perintah paksa yang selama ini kualami...

Terus Belajar dan Mempertahankan Nilai bagus... Adalah pemaksaan terbesar yang dimiliki oleh jiwa raga ku.

Semua pelajaran itu meresap ke otakku setelah beberapa jam yang panjang terus belajar... Hingga tanpa kusadari hari sudah menunjukkan pukul 10 malam.

"Aku... Benar-benar belajar tanpa henti dari jam 4 ya..."

Ini biasa... Sangat biasa bagiku. Karena sejauh hidupku selama ini... Aku memang selalu belajar terus-menerus tanpa menghiraukan hal apapun... Atau setidaknya, otakku menghiraukannya.....

"Akh!"

Aku kehilangan keseimbangan sehingga aku terjatuh dengan kursiku. Ini sakit... Tapi aku hampir tidak merasakan rasa sakit apapun... Karena itu lenyap seketika tepat ketika rasa sakit yang selama ini terus kualami teringat kembali olehku......

.....

Rasa frustasi yang mendalam meresapi hatiku... Sangat dalam... Membuatku merasa sangat putus asa saat ini... Sangat Putus Asa.... Hingga aku bahkan tidak menyadari bahwa air mataku mulai menetes

"Berapa Lama Lagi Aku Harus Menunggu..."

•••