CHAPTER 1 - Kehormatan yang Hilang

Di sebuah kekaisaran megah bernama Kekaisaran Drucall, terdapat satu keluarga bangsawan yang dikenal karena kesetiaannya yang tak tergoyahkan kepada tahta: Keluarga Duke Charloth. Keluarga ini bukan hanya salah satu keluarga pendiri Kekaisaran, tetapi juga simbol kehormatan dan kekuatan selama berabad-abad. Dari zaman leluhur hingga generasi kini, nama Charloth berdiri kokoh sebagai pelindung dan pembela Kekaisaran.

Abraham Charloth, sang patriark saat ini, adalah seorang pendekar yang mencapai puncak dunia fisik: 9 Star Swordgrandmaster. Dijuluki "The Great Knight" dan "Honorable Knight", Abraham bukan hanya simbol kekuatan namun juga lambang kehormatan. Dalam peperangan, ia selalu menghormati lawan sebelum menebas mereka. Bagi Abraham, medan perang adalah panggung kehormatan, bukan tempat pembantaian membabi buta.

Istrinya, Florence Charloth, adalah wanita yang anggun dan penuh kasih. Dialah satu-satunya yang mampu mengalihkan perhatian Abraham dari deru pertempuran kepada kedamaian keluarga. Ia dikenal sebagai sosok lembut namun tegas, pilar kehangatan dalam keluarga Charloth.

Kebahagiaan keluarga Charloth bertambah ketika seorang bayi laki-laki lahir: Reinhanvert Charloth. Bayi itu tumbuh dalam kehangatan ibunya dan disiplin ayahnya. Kaisar sendiri datang menyambut kelahiran Reinhanvert, menunjukkan betapa pentingnya keluarga Charloth bagi Kekaisaran.

Namun, di balik segala pujian dan kehormatan, iri dan dengki mulai menjalar dari bayang-bayang istana. Beberapa keluarga bangsawan mulai merasa terancam dengan pengaruh dan nama besar Charloth. Bahkan keluarga dekat sekalipun menyimpan niat busuk.

Ketika Reinhanvert beranjak usia 10 tahun, ia dikirim ke akademi kekaisaran seperti anak bangsawan lainnya. Namun tak lama setelah itu, angin mulai berhembus tak wajar. Hubungan dagang keluarga Charloth yang selama ini lancar tiba-tiba mulai diputus sepihak. Abraham merasakan sesuatu yang aneh. Malam demi malam, ia merasakan kehadiran asing di wilayah kekuasaannya. Namun saat diselidiki, tidak pernah ditemukan siapa pun.

Lalu, datanglah badai sesungguhnya. Rumor keji menyebar dengan cepat: Keluarga Charloth dituduh menggunakan benih monster untuk pertanian mereka, dan bahkan melakukan ritual pemanggilan iblis. Keluarga Marquess Linsday, Count Piera, dan yang paling menyakitkan—Keluarga Duke Marbas, yang selama ini dekat dengan Charloth—adalah penyebar rumor tersebut. Anehnya, sang kaisar tak kunjung memberikan klarifikasi. Diam yang mencurigakan.

Reinhanvert, yang berada di akademi, menjadi sasaran hinaan, tawa ejekan, dan tindasan setiap hari. Guru-guru menutup mata, teman-teman menjauh. Namun di tengah kegelapan itu, ada satu cahaya: Luna Atarixia, putri Duke Atarixia. Seorang gadis berbakat dalam pedang, cantik dengan mata biru laut, dan berhati murni. Ia adalah satu-satunya yang mengulurkan tangan pada Reinhanvert.

Tak lama setelah itu, berita mengejutkan datang: Kaisar jatuh sakit keras. Dua pangeran mengambil alih urusan pemerintahan dan menyatakan bahwa Keluarga Charloth bersalah atas pengkhianatan. Malam itu, tanpa pengadilan, tanpa kesempatan membela diri—Keluarga Charloth dibantai.

Florence, wanita lembut itu, mati dalam darah namun tetap memeluk kehormatan. Abraham, sang pendekar terhormat, gugur bukan sebagai ksatria Kekaisaran… melainkan sebagai pengkhianat.

Reinhanvert hancur. Dunia runtuh di hadapannya. Tidak hanya keluarganya dilenyapkan, tetapi kehormatan mereka diinjak-injak. Ia mulai mengutuk kelemahan dirinya sendiri. Ia mulai merasakan bara dendam.

"Nak… memegang pedang bukan hanya soal membunuh atau dibunuh," suara ayahnya terngiang di benaknya. "Di dalamnya terdapat kehormatan yang hanya dimengerti oleh jiwa yang merasakan medan perang. Jika seseorang menyakitimu, jangan balas dengan kebencian, Balas dengan kebaikan, Karena itulah martabat sejati seorang pejuang."

Namun bagaimana membalas dengan kebaikan... saat dunia tak menyisakan belas kasihan?

Hari itu, saat akademi mengadakan pelatihan lapangan di wilayah monster, Reinhanvert dijebak. Dengan dalih menyelamatkan seseorang yang jatuh ke jurang, ia dipancing ke tepi. Dan saat ia lengah, ledakan datang dari belakang. Tubuh kecilnya terlempar. Dunia berputar. Langit menghilang.

Luna berlari, berteriak, mencoba menyelamatkannya.

Tapi semuanya sudah terlambat.

Dunia tak lagi memberinya ruang.

Ia jatuh… ke dalam jurang kegelapan yang tak berujung.