Dion Memantau

KETEGANGAN DALAM BAYANGAN – 03.12, GUDANG KODENK #17

Udara malam terasa lebih dingin dari biasanya. Di antara tumpukan kontainer tua yang ditinggalkan di wilayah terlarang pelabuhan utara, Dion duduk sendiri, menatap kosong layar tablet yang memperlihatkan rekaman terakhir penyusupan Lysandra dan Praja ke jaringan kamera kota.

Ia mengetuk-ngetuk pelan sisi perangkat itu, gelisah. Bukan karena misi gagal—justru karena misi terlalu mulus. Terlalu sunyi. Dan sunyi bagi Dion… artinya jebakan.

Langkah berat mendekat. Praja muncul dari balik pintu kontainer, mengenakan jaket hitam berlumur debu dan sedikit darah kering di kerahnya. Ia membawa dua cangkir kopi instan, meletakkannya tanpa bicara.

“Dia menyembunyikan sesuatu,” gumam Dion pelan.

“Lysandra.”

Praja tidak langsung menjawab. Ia hanya menatap Dion, lalu menghela napas.

“Kita semua menyembunyikan sesuatu, Dion.”

“Bukan begitu.” Dion berdiri. “Dia terlalu tahu. Terlalu siap. Bahkan sebelum kita tanya, dia sudah punya jawabannya.”

Ia mendekat, suaranya lebih rendah.

“Praja, ini bukan sekadar persekutuan. Aku rasa dia sedang memakai kita.”

Praja diam. Tapi matanya menyempit. Ia tahu Dion bukan penakut. Ketika Dion berbicara seperti ini, artinya instingnya benar-benar terganggu.

“Dan Mira...” lanjut Dion, lebih pelan. “Kematian Mira… tidak seperti yang diceritakan Lysandra.”

Kata itu menghantam seperti peluru pelan. Nama Mira masih membekas dalam memori, tidak hanya karena keanehannya, tapi karena loyalitasnya. Ia memang meledak-ledak, tapi tidak mungkin ia mati tanpa perlawanan.

“Apa maksudmu?”

Dion menggeser layar, memperlihatkan fragmen video terakhir Mira: rekaman buram dari kamera drone yang diretas. Terlihat Mira berlari, terseret ke lorong gelap, lalu—listrik padam. Tapi satu detail tertangkap di bingkai terakhir: bayangan wanita lain di belakang Mira. Lebih tinggi. Lebih tenang. Memegang tongkat.

“Lysandra ada di sana.”

Praja mengepalkan tangan. Lidahnya kelu. Ia ingin menyangkal. Tapi gambar itu terlalu jelas. Dan pertanyaan-pertanyaan yang ia tahan selama ini kini menyeruak: kenapa Lysandra begitu cepat tahu semua celah sistem? Kenapa ia muncul tak lama setelah Mira mati? Kenapa… dia selalu muncul ketika Praja kehilangan arah?

“Kita harus pastikan,” kata Dion, mantap.

“Sebelum kita jadi pion berikutnya yang dibuang.”

Praja mengangguk. Tatapannya kembali dingin.

“Aku akan bicara dengannya. Tapi bukan sebagai kawan.”

Malam itu, gudang kontainer tak hanya menyimpan logistik. Ia menyimpan retakan pertama dalam persekutuan yang baru dibangun.

Dan ketika kepercayaan mulai runtuh, satu langkah salah bisa mengubah revolusi menjadi pengkhianatan.