RAHASIA YANG TERPENDAM – 05.12, MARKAS SEMENTARA PRAJA
Hujan rintik membasahi jendela markas bawah tanah mereka. Dion duduk terpaku di depan layar, wajahnya tegang. Ia baru saja menyusup ke salah satu server pribadi milik Lysandra. Apa yang dia temukan membuat tubuhnya dingin.
Rekaman suara. Tanggal: seminggu sebelum kematian Mira.
> "Target terlalu tidak stabil. Jika dia menolak diserap ke sistem, eksekusi diam-diam. Aku akan mengatur pertemuannya dengan Praja, agar emosinya memuncak. Pastikan tidak ada jejak."
Suara itu… terdengar seperti Lysandra.
Tapi Dion tak tahu, rekaman itu telah disunting. Kata-kata yang dipotong, nada suara yang ditumpuk dengan algoritma deepfake. Ia tak sadar dirinya sedang dipermainkan oleh pihak ketiga—mereka yang tak ingin revolusi dipimpin oleh Lysandra dan Praja.
Sementara itu, Praja diam-diam mengikuti jejak Lysandra hingga ke ruang bawah tanah tua di bawah gedung bioskop yang telah ditutup. Di sana, ia menemukan catatan rahasia—tulisan tangan Lysandra, lusuh dan terbakar sebagian.
> "Mira menunjukkan gejala aktifasi liar. Frekuensi gelombangnya menyentuh ambang bahaya. Dia bukan hanya pelarian, dia pembawa kode lama. Jika jatuh ke tangan mafia atau pemerintah, seluruh jaringan bisa runtuh. Aku tidak ingin membunuhnya… tapi dia memilih jalan kekuatan, bukan kendali. Aku... gagal menyelamatkannya."
Praja terpaku.
Selama ini, Lysandra berusaha melindungi jaringan, bukan menghancurkannya. Mira bukan korban… tapi ancaman yang tak terkendali.
Namun sebelum ia bisa memproses semuanya, ledakan mengguncang markas Dion. Dion, yang yakin Lysandra adalah pembunuh Mira, telah mengambil keputusan: mengirim koordinat markas ke kontak lama dari unit kontra-mafia pemerintah, berharap mereka bisa ‘membersihkan’ semua jejak.
“Dion, TIDAK!” teriak Praja melalui komunikasi darurat, terlambat.
Dion menyadari kesalahannya saat melihat wajah Lysandra yang luka-luka namun tetap berusaha menarik seorang anak kecil keluar dari reruntuhan. Anak itu—ternyata bagian dari sel rahasia yang diselamatkan Lysandra sejak awal.
"Aku pikir kau... Aku pikir kau dalangnya..." gumam Dion, gemetar.
Lysandra tak menjawab. Ia hanya menatapnya datar, kemudian berjalan menjauh, membiarkan luka bicara sendiri.
Praja akhirnya tahu: musuh mereka bukan hanya mafia kejam, tapi rekayasa informasi yang lebih canggih dari yang pernah ia bayangkan. Dan sekarang, kelompok mereka tak lagi utuh. Kepercayaan telah hancur, dan konspirasi lebih dalam mulai terbuka.