AKSI PENEBUSAN – 06.03, PUSAT DATA MAFIA, GEDUNG TUA ZONA MERAH
Gedung itu berdiri seperti sisa tulang bangkai raksasa di tengah reruntuhan distrik industri. Catnya terkelupas, dindingnya dihiasi simbol-simbol lama yang pernah ditinggalkan zaman. Di sinilah jantung informasi mafia berdetak—pusat data mereka, tempat semua rekaman, transaksi, dan jaringan dikendalikan.
Dion melangkah perlahan melewati lorong-lorong yang ditinggalkan, membawa hanya satu tas kecil berisi alat pemotong laser, pengacak sinyal, dan satu senjata darurat. Ia bukan pejuang, dia tahu itu. Tapi kali ini, dia harus menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar otak.
“Ini bukan soal berani. Ini soal benar dan salah.” gumamnya, mengingat kembali wajah Lysandra, berdarah dan kecewa, ketika menyadari Dion-lah penyebab penggerebekan yang hampir membunuh mereka semua.
Dion berencana mencuri satu hal: kode pusat yang mencatat siapa sebenarnya yang memanipulasi rekaman suara Lysandra. Kode itu hanya bisa diakses melalui satu terminal fisik: Core-1, berada di lantai bawah tanah terdalam, dijaga oleh sistem otomatis dan dua pembunuh bayaran kelas atas.
Di titik inilah Dion membuktikan nilainya.
Ia menyusup lewat sistem pembuangan udara, menyabotase kamera dengan sinyal gangguan, dan menonaktifkan laser penjaga dengan gelombang suara frekuensi tak biasa—penemuan yang pernah dianggapnya iseng.
Ketika ia hampir mencapai pusat data, salah satu penjaga menemukannya. Tubuh Dion terhantam ke dinding, darah menetes dari hidungnya.
“Aku bukan pejuang…” katanya dengan napas tersengal,
“…tapi aku bisa mati seperti satu.”
Dalam detik-detik terakhir, Dion berhasil memasukkan flash drive ke terminal. Data terkirim langsung ke sistem rahasia yang pernah dibangun Lysandra—jika dia masih hidup, dia akan tahu siapa musuh sesungguhnya.
Penjaga menarik pelatuk.
---
Markas Sementara, 06.19
Praja menerima notifikasi masuk dari sistem kuno yang hanya dikenalnya berdua dengan Dion. Di dalamnya: seluruh log manipulasi suara, identitas digital pihak ketiga—dan… rekaman terakhir Dion.
> “Aku minta maaf. Aku salah baca. Lysandra tak bersalah. Dan… semua ini jauh lebih besar dari mafia. Lihat ke dalam sistem, Praja. Ada ‘Protokol 77’… itu bukan milik mereka. Itu milik… negara.”
Praja berdiri, matanya merah, rahangnya mengeras. Sekarang dia tahu: musuh mereka bukan hanya mafia. Tapi bayangan dalam pemerintah itu sendiri.
Dion mati, tapi penebusannya membuka jalan baru.