Hantu yang Tidak Mati
Waktu: 01.57 dini hari
Tempat: Lorong bawah tanah bekas jalur metro — titik koordinat penyimpanan logistik tim sebelum aksi ke Menara Caelus.
Ayla dan Kenzo sedang memperdebatkan jalur evakuasi saat suara langkah berat terdengar dari ujung lorong.
Langkah itu tidak tergesa, tapi pasti. Seolah tidak takut mati.
Praja langsung siaga. Tangannya menggenggam pisau baja di balik jaket.
Siluet tubuh laki-laki muncul, silau lampu menggambarkan sosok kurus dengan topi berdebu dan janggut tumbuh tak beraturan.
Dan kemudian...
Suara itu. Suara yang sudah dikubur bersama ingatan.
> “Kukira kalian butuh seseorang yang bisa membuka lapisan keempat sistem Caelus.”
“Selamat malam... atau selamat datang di neraka,” katanya dengan nada sinis.
Dion.
---
REAKSI EMOSIONAL
Praja langsung maju, menghantam wajah Dion. Sekali. Dua kali.
Bibir Dion pecah, tapi ia tidak melawan. Ia hanya berkata:
> “Pukul saja. Aku pantas.”
Ayla menarik Praja. Kenzo menatap tak percaya.
> “Lu... mati.”
“Kami menguburmu, anjing!”
Dion tertunduk, lalu mengeluarkan sesuatu dari tasnya.
Sebuah rekaman hologram yang menampilkan unit medis bawah tanah, dokumen identitas baru, dan wajah seorang wanita tua.
> “Dia penyelamatku. Seorang agen yang pernah melayani negara, sebelum dijebak dan diturunkan derajatnya. Ia menyembunyikanku. Rekayasa kematianku agar aku bisa menyusup balik ke sistem Yalvan tanpa diketahui siapa pun — bahkan kalian.”
Diam. Hening. Ketegangan menetes dari dinding.
---
MAKNA KEMBALINYA DION
Dion kini bukan hanya si jenius teknologi.
Ia adalah bukti hidup bahwa sistem bisa dikalahkan dari dalam,
...bahwa akal lebih kuat dari peluru,
...dan bahwa tidak semua yang mati... benar-benar pergi.
---
Praja berkata pelan, menahan amarah dan air mata yang nyaris jatuh:
> “Kalau kau bohong lagi... aku sendiri yang akan kubur kau... tanpa nama, tanpa doa.”
Dion menjawab:
> “Kalau aku bohong... kuburkan aku di lantai 44 Menara Caelus. Bersama semua kebohongan dunia.”
Strategi Neraka
Tempat: Bunker bawah tanah, koordinat Delta-8
Waktu: 03.13 dini hari
Cahaya hologram menari-nari di udara. Peta Kota Neoterra terbuka, bergaris-garis merah biru seperti sistem syaraf otak. Dion memutar data itu dengan gerakan dua jarinya.
> “Menara Caelus bukan hanya simbol. Di bawahnya ada 4 lapisan sibernetik:
Sistem kontrol identitas warga,
Jaringan keuangan bayangan,
Server penghapus data jejak kriminal elite,
Dan... pusat kendali drone tempur otonom.”
Kenzo mencatat. Ayla bersandar dengan lengan berdarah tapi wajah tetap fokus. Praja hanya menatap peta dengan mata tajam.
---
Langkah-Langkah Strategi
1. Pemotongan Jalur Energi Cadangan
Dion menemukan bahwa pada pukul 03.48 setiap malam, sistem cadangan baterai mengalami reset 12 detik.
Dalam 12 detik itu, sistem tak akan mengenali perintah internal maupun eksternal — artinya mereka bisa menyelinap masuk tanpa dipantau.
2. Penyusupan Melalui Jalur Limbah Protokol 7
Kenzo menyusun jalur masuk dari pipa bawah tanah di Distrik R44, yang dulu adalah rumah sakit jiwa. Jalur itu kini terkoneksi ke Menara Caelus bagian bawah.
“Satu-satunya jalan yang tidak punya mata dan telinga buatan.”
3. Distraksi Massal oleh Rakyat
Lysandra akan memprovokasi massa melalui jaringan gelap. Sebuah gerakan protes besar akan diledakkan di luar Menara sebagai pengalih perhatian.
“Kita jadikan rakyat sebagai pelindung, bukan tameng.”
4. Eksekusi Target: Argan Yalvan
Praja dan Ayla akan menyusup ke lantai 44 — ruang kerja pribadi Yalvan.
“Kita tak membunuhnya langsung,” kata Dion. “Kita aktifkan perangkat memori publik dan tampilkan semua kebusukan dia ke layar kota. Biar dia dibunuh oleh kebenaran.”
---
Praja mendekat ke meja, menatap rekan-rekannya satu-satu.
> “Kita bukan pahlawan. Kita bukan penyelamat. Kita cuma orang-orang yang sudah muak... dan tidak takut dibakar.”
Ayla tersenyum tipis. Kenzo mengangguk. Lysandra menyeringai. Dion menyalakan timer.
12 jam lagi. Neraka akan mulai dibangun... dari bawah.