[Rekayasa Sejarah]
Mereka menyebutnya Project Obelisk. Bukan hanya penyusupan ke sistem informasi. Tapi rekonstruksi realitas secara sistematis. Tujuannya bukan untuk mengendalikan hari ini, tapi membentuk masa lalu agar masa depan tunduk tanpa perlawanan.
Ayla menemukan fragmen dokumen rahasia dari sistem lama. Diberi label Memory Cascade 1.7, tertulis dalam bahasa kode yang bahkan Kenzo perlu dua hari untuk memecahkannya. Isinya mengejutkan:
> “Peristiwa kudeta 15 tahun lalu bukan dimenangkan rakyat. Itu hanya rebranding kegagalan sistem sebelumnya dengan nama baru. Sejarah dibalik, tokoh diputarbalikkan. Dan NeuroCore dibentuk untuk menjaga ilusi itu tetap hidup.”
“Jadi kita bukan pembebas?” tanya Ayla dengan wajah keras.
“Bahkan kata 'membebaskan' bisa jadi bagian dari program mereka,” jawab Kenzo.
Praja membaca lebih jauh. Tertulis bahwa nama ayahnya, Sakarna, yang ia anggap pemberontak sejati… adalah bagian dari tim awal yang menciptakan NeuroCore. Tapi kemudian keluar—dan dihapus dari sejarah. Tidak dibunuh. Dihilangkan secara eksistensial.
“Mereka tidak membunuh tubuh. Mereka membunuh makna,” ucap Praja pelan.
Kini semuanya berubah. Ini bukan hanya soal melawan sisa-sisa kekuasaan. Ini soal mengambil kembali kebenaran yang pernah dimanipulasi hingga generasi lupa siapa mereka sebenarnya.
Kenzo menambahkan, “Mereka menyebarkan puluhan versi sejarah di ruang digital bawah tanah. Setiap kelompok punya sejarahnya sendiri. Semuanya saling bertentangan. Pada akhirnya, masyarakat tidak lagi tahu siapa yang bisa dipercaya.”
“Kekacauan sebagai kendali,” gumam Ayla. “Tiap orang sibuk membela versinya sendiri. Sementara mereka yang membuat versi itu... tertawa dari balik layar.”
Saat itulah Kenzo mengaktifkan kembali server kuno, sisa warisan Sakarna—satu-satunya pusat data yang belum terinfeksi oleh Obelisk.
Namanya: ARKA.
ARKA bukan hanya penyimpan data asli. Ia dirancang untuk menyaring narasi, membandingkan, dan menunjukkan celah kebohongan di setiap versi sejarah yang ada. Tapi untuk mengaktifkannya penuh, dibutuhkan satu komponen fisik: Core Memory—yang disimpan dalam kubah intel lama, kini dikuasai kelompok Regentis.
Perjalanan mereka dimulai lagi. Tapi kali ini bukan untuk bertarung di jalanan, melainkan untuk menyusup ke akar sejarah palsu dan mencuri kembali memori tentang siapa mereka sebenarnya.
“Kalau kita gagal, tidak akan ada yang mengingat bahwa kita pernah mencoba,” kata Ayla.
Praja tersenyum tipis. “Itu sebabnya kita tidak boleh gagal.”