Pertarungan dengan mata menyala

[Mata yang Menyala]

Langkah sepatu bot berat menggema di lorong-lorong beton Karvastra yang dingin. Pasukan berseragam hitam dengan emblem berbentuk mata menyala di dada mereka mulai menyebar, tanpa suara, tanpa ampun. Mereka bukan tentara. Mereka bukan polisi. Mereka adalah algoritma berjalan—manusia yang telah dilatih dan dimodifikasi untuk tunduk pada satu hal: kendali total.

Emblem “Mata yang Menyala” bukan sekadar lambang. Itu adalah simbol dari sistem pengawasan total yang dipasang Drav jauh sebelum konflik ini meledak. Setiap kamera, setiap sensor suara, bahkan denyut panas tubuh manusia—semua ditangkap, direkam, dan disusun dalam jaringan kecerdasan yang tak bisa tidur. Mereka tahu di mana Praja dan timnya bersembunyi bahkan sebelum mereka menyadarinya sendiri.

> “Kita tidak sedang melawan manusia,” ujar Lysandra, menatap layar penuh garis peta panas.

“Kita melawan apa yang melihat sebelum kita bertindak.”

“Kita melawan pandangan Tuhan,” tambah Dion lirih.

Praja menggenggam senjata improvisasi dari logam bekas. Ia tahu hari ini bukan tentang bertahan, tapi tentang mencabut mata itu dari langit-langit kota. “Kita harus matikan server utama. Selama itu hidup, kita bukan pejuang. Kita target.”

Mereka bergerak ke pusat kota—menyusup ke gedung tua yang selama ini dianggap kosong. Tapi di dalamnya, ratusan kabel menggantung dari langit-langit, dan lantai dipenuhi mesin-mesin tua yang mendengung seperti jantung.

> “Itu jaringannya,” ujar mantan agen pemerintah, Elian.

“Mereka mengalirkan sinyalnya dari sini, ke menara pusat di Neotera.”

Tapi saat mereka mendekati server utama, layar besar menyala—dan wajah Drav muncul.

> “Kalian pikir bisa memadamkan penglihatan saya? Kalian lupa, saya tidak melihat kalian dari luar. Saya melihat dari dalam—rasa takut kalian, keraguan kalian. Itu cukup.”

Seketika, aliran listrik terganggu. Lantai bergetar. Dari balik dinding-dinding mesin, pasukan “Mata yang Menyala” muncul tanpa suara, wajah mereka bersinar biru karena interfacing langsung dengan jaringan pusat.

Pertempuran brutal pecah di ruang sempit. Lysandra menjatuhkan lawan satu per satu dengan ketenangan mematikan. Dion menghentikan sistem alarm dan mengacaukan data posisi. Elian membuka jalur ke ruang inti.

Praja berhadapan langsung dengan salah satu operator tertinggi—manusia yang telah kehilangan wajahnya, digantikan perangkat optik multi-sudut. Dalam adu fisik brutal, alat penglihatan itu dihancurkan, dan simbol “mata” itu—akhirnya padam untuk pertama kalinya.

Namun harga dari kemenangan kecil itu mahal. Elian tertembak. Ruangan terbakar. Data mulai runtuh.

> “Cepat!” teriak Dion. “Hanya tinggal beberapa menit sebelum backup-nya aktif!”

Praja menarik tuas utama. Mesin menyala terang lalu padam. Di seluruh Karvastra, layar-layar hitam. Kamera mati. Mata-mata itu tertutup.

Untuk pertama kalinya sejak konflik dimulai—Karvastra buta.

Namun di kegelapan itu... Drav tersenyum. Karena kadang, sesuatu yang tidak bisa melihat… justru mulai merasakan.