Aksi Penyusupan
Udara di bawah distrik pembuangan bagaikan racun tak bernama—lembap, berbau besi karat, dan menyimpan suara-suara aneh yang seakan berasal dari mesin-mesin purba yang masih bergeliat dalam gelap. Dinding-dinding terlapisi lendir dan jamur tebal, sementara pipa-pipa besar berdenyut pelan seperti nadi dari monster raksasa yang tertidur.
Praja menunduk melewati lorong sempit. Di belakangnya, Dion memikul perangkat jaringan sambil sesekali mengutuk dalam hati tiap kali sepatunya terperosok ke genangan hitam. Lysandra di belakang menutup iringannya, memegang senjata ringan dan mata awas menyisir kegelapan.
> “Di peta, ada lima sensor gerak utama di depan. Tapi sistem pemindai suara lebih bahaya. Mereka bisa tangkap frekuensi detak jantung abnormal.” Dion berbisik.
Praja memberi isyarat dengan tangan. Diam. Mereka bergerak seperti bayangan.
Ketika sampai di ruang bercabang, mereka menemui pintu baja setebal dua meter. Dion membuka panel kecil di sampingnya dan mulai membongkar isi sirkuit dengan tangan gemetar.
> “Lima menit,” bisiknya. “Tapi jangan biarkan aku sendirian di sini.”
Sementara Dion bekerja, Lysandra dan Praja berkeliling ruangan. Setiap detik berjalan seperti menit. Suara aneh dari balik tembok—seperti logam diseret atau bisikan mekanis yang tak berasal dari tenggorokan manusia—menggema di kejauhan.
> “Ini bukan sekadar benteng,” ujar Lysandra perlahan. “Ini tempat tidur mimpi buruk digital. Kita sedang menyusup ke inti dari sesuatu yang tidak pernah dirancang untuk disentuh manusia.”
Lampu merah kecil di panel menyala hijau. Dion menarik napas lega. “Masuk sekarang, atau tidak sama sekali.”
Pintu baja terbuka dengan desis lambat, memperlihatkan lorong melingkar menurun ke bawah. Mereka menapaki tangga besi spiral yang terus menurun seolah ke perut bumi. Tak ada suara, kecuali langkah kaki mereka... dan sesuatu lagi.
Sesuatu yang mengikuti.
Sesampainya di ruang utama, mereka terdiam. Di depan mereka—terbentang otak buatan raksasa. Bundel kabel sebesar lengan manusia menyatu di tengah ruangan, membentuk semacam inti bercahaya yang berdenyut perlahan. Di sekelilingnya, manusia—atau bekas manusia—dalam kapsul transparan, wajah kosong, tubuh ditancapi kabel-kabel halus. Mereka tidak bergerak. Tapi mata mereka terbuka. Menatap kosong.
> “Mereka... bukan penjaga. Mereka bagian dari jaringan.” Dion terguncang.
Praja menarik napas panjang. “Bisa mulai?”
Dion mengangguk, tangan bergerak cepat di perangkat. “Begitu aku mulai, sistem ini akan tahu. Kita hanya punya dua menit sampai pasukan mereka datang.”
> Lysandra berdiri di depan, senjatanya terangkat. “Dua menit sudah cukup untuk neraka kecil.”
Saat sistem mulai dinyalakan ulang oleh Dion, suara di udara berubah. Tak lagi sunyi. Sekarang ada suara desiran, seperti bisikan dalam ratusan bahasa, dan layar di sekeliling ruangan mulai menyala. Wajah Drav muncul lagi, kali ini lebih kabur, seperti sosok yang mencoba bertahan dalam kepunahan.
> “Kalian kira bisa membunuh pikiran? Kalian salah. Karena aku tak lagi ada di satu tempat... aku adalah kebingungan kalian sendiri.”
Kapsul-kapsul terbuka perlahan. Sosok-sosok di dalamnya mulai bergerak. Perlahan. Menjijikkan. Seperti tubuh-tubuh yang baru belajar bergerak setelah mati.
> Dion menjerit, “Sepuluh persen lagi! Tahan aku sepuluh detik!”
Praja dan Lysandra melawan. Mereka menembak dan menghantam setiap sosok yang mendekat. Tapi mereka bukan manusia biasa. Tidak berdarah. Tidak berteriak. Mereka hanya jatuh... lalu bangkit lagi.
5 detik.
3 detik.
Dion menekan tombol terakhir.
Boom. Ledakan cahaya menyambar ke seluruh kabel utama. Suara seketika menghilang. Tubuh-tubuh itu berhenti. Lampu padam. Sistem offline.
Mereka berlari keluar sebelum suhu ruangan yang membakar meruntuhkan seluruh inti struktur. Naik lewat tangga spiral yang mulai runtuh, diburu oleh kehancuran sistem yang meledak dari dalam.
Mereka berhasil keluar ke permukaan. Terengah. Terduduk. Dunia sunyi.
Di atas mereka—langit Karvastra mulai hujan. Bukan hujan air. Tapi serpihan kode. Potongan digital yang tak sempat menyebar.
Dan untuk pertama kalinya sejak sistem itu aktif...
> Tidak ada lagi mata yang mengawasi.