Tragedi Naresha

Di bawah permukaan Karvastra, jauh sebelum perang pertama meletus, ada sebuah fasilitas tak bernama. Tempat itu bukan rumah, bukan laboratorium, bukan penjara. Tapi ia memiliki ketiganya: dinding seperti rumah, dinginnya eksperimen, dan kuncian tak kasat mata dari penjara.

Di sinilah Naresha lahir, bukan dari rahim seorang ibu, tapi dari protokol rekayasa genetik yang diciptakan oleh entitas misterius—Komite Kehidupan Optimal, cabang tersembunyi dari sistem lama yang bahkan Drav pun tak kuasai penuh.

Anak-anak yang dianggap "cacat emosi", "terlalu empatik", atau "terlalu peka" diambil dari jalanan, dari rumah yatim, dari reruntuhan perang. Mereka dibersihkan, dimodifikasi, dan diberi nama baru. Naresha adalah salah satunya.

> “Kau terlalu banyak menangis untuk seorang pejuang,” kata seorang ilmuwan dengan suara datar padanya saat ia berusia 6 tahun.

Setiap kali ia menangis, mereka meningkatkan dosis penekan emosi dalam tubuhnya.

Setiap kali ia merasa rindu akan suara ibu—yang samar-samar masih ia ingat—mereka mempercepat simulasi trauma agar rasa itu hilang.

> "Ibumu bukan bagian dari rencana. Lupakan dia. Dia bagian dari dunia yang kalah.”

Namun, di tengah reruntuhan batin itu, Naresha menyimpan satu hal yang tak pernah mati: memori samar tentang lagu. Lagu yang dinyanyikan ibunya di malam terakhir sebelum ia diculik.

Setiap malam, ketika sistem tidur paksa dimatikan beberapa detik karena pemeliharaan, Naresha menyanyikan bait-bait itu dalam bisikan:

> “Jika aku tiada, jangan cari di langit...

Carilah aku di jantungmu yang tak mati.”

---

Saat ia berusia 14 tahun, program "Kesempurnaan Strategis" memilihnya jadi kandidat utama: ia diberi dua pilihan—hidup sebagai senjata, atau dimatikan sebagai ‘gagal fungsi’.

Ia memilih hidup.

Tapi di dalamnya, ia membunuh diri yang lama.

> “Nama saya bukan Naresha,” katanya dalam satu sesi.

“Tapi kalian memberikannya. Maka biarlah nama itu jadi kutukan untuk kalian semua.”

---

Pertemuan dengan Drav

Drav bukan penciptanya. Tapi Drav melihat potensinya. Ia bukan pengikut. Ia bukan murid. Ia adalah pantulan dari kekacauan batin Drav sendiri, dan oleh karena itu, Drav menyukainya. Ia dijadikan ujung tombak bagi program pengganti TARAK—sebuah jaringan hidup yang tidak memerlukan sistem, cukup satu manusia yang nyaris tanpa emosi dan penuh logika dingin.

Namun, tanpa sepengetahuan Drav, hati kecil Naresha tak pernah mati. Lagu ibunya tetap mengalun. Ia tidak ingin dunia tunduk. Ia hanya ingin dunia berhenti menyakiti orang-orang seperti dirinya.

Dan itulah tragedinya.

---

Ketika ia bertemu Praja—dan ditolong saat reruntuhan, tubuh aslinya memang luka parah. Tapi ia yang diselamatkan hanyalah satu versi, bagian yang ia tinggalkan untuk melihat apakah manusia masih bisa mencintai sesuatu yang rusak.

Saat ia melihat Praja membunuh bagian rapuh itu dengan tangan sendiri, ia tidak marah. Ia mengerti.

> “Manusia tidak akan pernah menyelamatkan yang mereka anggap terlalu lemah,” gumamnya di ruang kontrol.

“Maka biarlah yang kuat seperti aku… mengakhiri semuanya.”

---

> Naresha adalah bukan siapa-siapa. Tapi itulah yang membuatnya bisa jadi siapa pun. Termasuk akhir dari kemanusiaan itu sendiri.