Naresha bukan robot

Waktu: Hari ke-25 setelah Naresha bergabung.

Tempat: Markas penyintas Karvastra.

---

1. Munculnya Kelompok Baru: "Ordo Tempur Karvastra"

Kelompok ini berisi mantan tentara sipil, pengungsi fanatik, dan bekas komandan yang kehilangan segalanya saat TARAK berkuasa. Dipimpin oleh seorang pria keras, Velgran, yang pernah disiksa oleh pasukan elit TARAK—dan mengenali Naresha dari bekas luka di lehernya.

> “Aku ingat dia. Dialah yang menghancurkan barak utara. Jangan bilang itu mesin—aku ingat mata itu saat menarik pelatuk!”

Velgran memprovokasi. Ia mulai menghasut warga lain bahwa Praja kini bersekongkol dengan musuh. Dan dengan jaringan senjata lama yang ia simpan, ia mempersenjatai para pengikutnya.

> “Kalian ingin keamanan? Atau kalian ingin bunuh diri dengan percaya pada monster yang cantik?!”

Konflik sosial mulai mendidih.

---

2. Politik Kekuasaan: Pemerintahan Bayangan

Sisa elit dari sistem TARAK ternyata masih beroperasi. Bukan secara terang-terangan, tapi dalam bentuk pemerintahan bayangan yang menyebar propaganda:

> “Karvastra butuh pemimpin. Bukan pembangkang dan penyintas miskin.”

Mereka menyebarkan selebaran, tayangan gelap, dan menyusup ke kelompok penyintas, menuduh Praja dan Naresha hendak membentuk rezim baru yang lebih berbahaya.

Bahkan ada rencana penyerangan mendadak untuk mengeliminasi Naresha secara sembunyi-sembunyi agar tidak menjadi simbol harapan yang bisa membahayakan kontrol mereka.

---

3. Perlawanan Mental dan Moral:

Naresha tahu bahwa ia bisa membalas. Ia bisa membunuh. Ia tahu taktik. Ia tahu kelemahan semua orang di sekitarnya. Tapi... ia menahan diri.

Setiap malam, ia menulis:

> "Hari ini aku tidak membunuh. Hari ini aku manusia."

"Besok mungkin aku mati, tapi hari ini aku memilih untuk tidak menjadi mereka."

Tapi ketegangan meningkat. Terjadi bentrok kecil antara penyintas dan Ordo Tempur. Beberapa anak-anak terluka karena ledakan granat buatan mereka sendiri.

Naresha berdiri di tengah medan yang terbakar. Luka di lengannya terbuka lagi. Orang-orang memandang. Velgran datang, menunjuknya.

> “Kau penyebab ini semua! Harusnya kau musnah bersama sistemmu dulu!”

---

4. Pertarungan Fisik: Naresha vs Velgran

Sore itu, duel tak terhindarkan. Tapi bukan karena dendam. Naresha berdiri, melepaskan sarung tangan perangnya.

> “Kalau aku kalah, bunuh aku. Tapi kalau aku menang, aku tetap tidak akan membunuhmu.”

Duel berlangsung brutal. Tidak seperti pertarungan robotik dulu—ini duel manusia dengan emosi mentah.

Velgran menggunakan taktik licik. Menusuk sisi lemah, mencoba memancing trauma Naresha.

> “Berapa banyak anak yang kau bakar hidup-hidup?! AKUI!!!”

Naresha terpukul, gemetar, hampir roboh. Tapi ia bangkit—bukan untuk menang, tapi untuk tidak menyerah pada kebinatangan.

Akhirnya, ia mengalahkan Velgran. Tapi saat semua berpikir ia akan menghabisinya…

…ia memalingkan wajah, dan menangis.

> “Kau bebas. Tapi jika kau masih memilih kebencian besok… aku akan siap lagi. Tanpa membunuhmu.”

---

5. Efek Sosial: Simbol Baru

Besok paginya, anak-anak menyalakan lilin untuk Naresha.

Seseorang menggambar dinding dengan satu kalimat:

> "Bukan monster yang menjadi manusia. Tapi manusia yang memilih tidak jadi monster lagi."