Duel Pasukan Maelok

Duel Melawan Pasukan Maelok

Malam itu, langit Karvastra bergemuruh oleh dentuman ledakan dan suara pertempuran. Pasukan Maelok—gabungan manusia bio-engineered, robot tempur, dan makhluk mutan—berlomba memasuki markas penyintas.

Praja, Naresha, Dion, dan Lysandra bersiap di gerbang bawah tanah. Nafas mereka memburu, otot-otot tegang, pikiran tajam membagi strategi.

Serangan Pertama

Gravmor—makhluk bio-engineered raksasa—menerjang seperti badai. Praja melompat ke depan, tinjunya beradu dengan cakar berat Gravmor, membuat suara benturan keras menggema. Setiap pukulan Praja dipenuhi kemarahan yang terkunci selama bertahun-tahun.

Naresha, masih setengah sadar setelah duel sebelumnya, menggunakan kecepatan dan kekuatan refleksnya menghantam balik pasukan robot yang melancarkan tembakan laser tajam. Setiap gerakan Naresha laksana tarian kematian, dengan tatapan penuh tekad dan amarah membara.

Strategi dan Logika

Dion mengendalikan drone pengintai, memberi informasi real-time. "Gravmor mulai melelah," lapornya. "Lysandra, kamu dengan tim, ke sisi kanan! Potong jalur suplai mereka!"

Lysandra tanpa ragu menembus kegelapan, memimpin serangan kilat, membakar kendaraan tempur musuh dengan granat api.

Puncak Duel

Di tengah kerusuhan, Praja dan Gravmor bertemu lagi. Tubuh raksasa itu menghantam tanah, membuat lubang besar. Praja, dengan napas berat, mengingat kata-kata ibunya yang dulu terluka karena sistem: “Kau tak cukup penting.” Kemarahan itu kini menjadi bahan bakar setiap pukulan.

Dengan satu gerakan cepat, Praja menghindari serangan terakhir Gravmor dan menusukkan pisau ke bagian leher makhluk itu. Gravmor meraung, tubuhnya bergetar sebelum akhirnya roboh tak berdaya.

Akhir Pertempuran

Pasukan Maelok terdesak mundur. Namun, suara tawa dingin terdengar di radio Dion.

> “Kalian menang sekali lagi... tapi ini baru bab pertama,” suara Maelok terdengar mengancam.

Mata Praja menyala merah. Ia tahu, perang ini belum berakhir.