Lesmana

Waktu: Tengah malam setelah penyergapan kargo senjata

Tempat: Gudang terbengkalai di zona industri – basis distribusi Maelok

---

Karakter:

Lesmana – penyintas baru, jago bertarung tangan kosong, kalem tapi mematikan.

Krivak – prajurit modifikasi Maelok, tubuh separuh mesin, otot baja, senyum sadis.

---

Pembukaan

Lesmana menyelinap ke dalam gudang. Tak ada suara—sampai langkah berat terdengar dari kegelapan.

> “Manusia asli? Jarang sekarang,” kata Krivak, muncul dari balik tiang baja. Tangan kirinya bukan tangan, tapi palu logam hidup.

Lesmana tak bicara. Ia hanya merokok perlahan, lalu menjatuhkan puntung ke lantai.

> “Kau datang buat mati atau ngebantai?”

“Aku datang... karena muak lihat kalian pikir bisa main Tuhan pakai tubuh orang.”

---

Pertarungan Dimulai

Krivak menyerang duluan—palu logamnya menghantam tiang baja, menciptakan ledakan serpihan. Lesmana menunduk, menghantam lutut Krivak dari samping, lalu sikut ke rahang.

Tapi Krivak tertawa.

> “Tulangmu kuat juga.”

Krivak mengaktifkan mode rage—tangannya jadi dua bilah besar. Dia melesat, memukul dan menebas. Lesmana terdesak, darah mulai menetes dari pelipis.

Tapi dia terus berdiri.

> “Kalau kau mesin, kenapa masih marah?”

“Karena aku gagal jadi manusia!” raung Krivak.

---

Akhir Duel

Lesmana menipu: melempar besi ke arah kiri, lompat ke kanan, lalu menggunakan rantai baja di lantai untuk mencekik Krivak dari belakang. Krivak meronta, tapi Lesmana menarik rantai dengan seluruh tubuhnya.

> “Yang kau lawan bukan kekuatan,” bisiknya. “Tapi tekad yang gak bisa dibeli.”

Dengan dentuman keras, leher Krivak patah. Tubuhnya roboh. Logam dan darah menyatu di lantai.

---

Penutup

Lesmana duduk. Napas berat. Ia tak berteriak kemenangan. Ia hanya menatap langit-langit gudang dan berbisik:

> “Satu mesin jatuh. Tapi pabrik pembuatnya masih hidup.”