Perbedaan ideologi

Waktu: 6 bulan setelah kemenangan

Tempat: Wilayah perbatasan bekas zona perang, kota baru bernama “Hara”

---

1. Bangkitnya Otoritas Baru

Kota Hara dibentuk dari reruntuhan, digagas oleh kelompok Dion dan sebagian penyintas teknokrat. Mereka ingin membangun sistem baru berbasis transparansi, data, dan check-balance. Tapi dalam praktiknya, Hara mulai menjadi versi elegan dari sistem lama.

> “Semua orang boleh bicara, tapi hanya mereka yang punya akses listrik yang didengar.”

– Keluhan seorang warga.

Dion kini jadi figur penting, tapi wajahnya sering tampak letih. Ia tahu niat baik bisa dimonopoli oleh mereka yang bergerak lebih cepat dan lebih licik.

---

2. Kelahiran Kelompok ‘Fajar Duka’

Lesmana, yang menolak bergabung dengan kota Hara, memimpin kelompok kecil penyintas bebas di luar kota. Mereka menyebut diri Fajar Duka—bukan untuk membalas, tapi untuk mengingat bahwa kemenangan adalah ilusi jika hanya segelintir yang merasa merdeka.

> “Kita melawan Drav, Maelok… sekarang kita harus melawan diri kita sendiri—yang mulai menyukai rasa aman lebih dari kebebasan.”

– Lesmana, di hadapan pengikutnya.

---

3. Pertemuan Rahasia Praja dan Naresha

Praja, yang memilih menyepi di pegunungan, diam-diam bertemu Naresha. Mereka membahas konflik yang mulai tumbuh.

> “Apa kau akan bertarung lagi?” tanya Naresha.

“Kalau kebebasan jadi milik segelintir lagi… ya,” jawab Praja.

Naresha tak menjawab. Tapi matanya mengarah ke kejauhan: kota Hara yang terang… dan sunyi.

---

4. Benih Perang Baru: Ideologi vs Otoritas

Konflik kini bukan tentang mutan atau teknologi. Tapi antara dua ide:

Hara: yang percaya pada rekonstruksi sistem demi stabilitas.

Fajar Duka: yang percaya sistem apa pun akan korup, dan kebebasan sejati harus dijaga tanpa pusat kekuasaan.

---

5. Penutup Babak Awal

> Suara di radio frekuensi bawah tanah:

“Ini bukan perang antara teman dan musuh. Tapi perang antara cara lama dan cara yang belum pernah kita coba.”