Api Kecil, Luka Besar
1. Benturan Pertama – Pos Air Selatan
Salah satu titik distribusi air di selatan dikuasai oleh kelompok Salim. Mereka mulai membatasi suplai ke wilayah Dion karena dianggap sebagai “pusat pengendali”.
Pasukan logistik dari faksi Dion mencoba negosiasi, namun di malam hari, gudang air itu dibakar oleh kelompok ekstremis dari Forum Gelap.
> Tak ada korban jiwa. Tapi simbolnya menghantam: perang bisa dimulai dari air yang direbut, bukan peluru.
---
2. Konfrontasi Dira – Naresha Terjebak
Dira datang ke Dion, meminta penjelasan.
> “Kami tak ingin memerintah. Tapi kalian paksa kami tunduk. Kami bukan rakyat, Dion.”
Dion diam. Ia tahu, jika ia menekan balik, itu akan memicu perang sipil.
Naresha mencoba menengahi, tapi Dira memotongnya:
> “Jangan jadi jembatan, Naresha. Kau akan diinjak dari dua sisi.”
---
3. Filsafat Lesmana – Catatan Seorang Bukan Pahlawan
Lesmana duduk di sebuah pondok kayu, menulis di buku kecil, di sela bunyi perdebatan di luar. Kalimat-kalimatnya bukan pidato. Tapi perenungan sunyi. Potongan-potongan yang menggambarkan filsafat pribadinya:
> “Kebebasan adalah kekacauan yang disetujui bersama.”
> “Tak semua orang butuh kebenaran. Banyak hanya butuh pembenaran yang terlihat seperti itu.”
> “Aku tak ingin jadi pemimpin. Karena pemimpin, cepat atau lambat, akan jadi cermin. Dan tak semua orang suka wajah mereka sendiri.”
> “Manusia tidak takut pada kesalahan. Mereka takut tidak punya siapa yang bisa mereka salahkan.”
Ia menulis itu bukan untuk mengubah dunia. Tapi untuk tetap waras, ketika semua orang mulai mabuk atas nama perubahan.
---
4. Luka yang Tak Terlihat
Beberapa anggota kelompok Lesmana mulai menyimpan senjata. Mereka bilang: “jaga-jaga”. Tapi Lesmana tahu: itu awal dari pertumpahan darah.
Ia berbicara dengan Salim secara pribadi.
> “Kalau kau tembak mereka, kau bukan beda dengan sistem yang dulu kita lawan.”
Salim tertawa pahit.
> “Lesmana… sistem itu tak pernah mati. Ia hanya ganti wajah. Kali ini, pakai wajah Dion.”
---
5. Naresha Menangis Diam-Diam
Ia tak sanggup memilih. Ia kehilangan ketenangan. Dan sekarang, ia mulai kehilangan keyakinan.
> “Apa benar kita menang kemarin… atau hanya menunda kekalahan yang lebih menyakitkan?”
---
Penutup: Malam Sebelum Badai
Radio bawah tanah memutar lagu lama, instrumental tanpa lirik. Di layar, data intel menunjukkan: kelompok bersenjata dari barat—yang tak punya afiliasi ke siapa pun—mulai mendekat.
Sementara itu, Dion melihat rekaman drone dan berkata:
> “Mereka bukan dari kita. Dan bukan dari Lesmana…”
> “Lalu mereka siapa?”
> “Mereka… adalah penonton yang menunggu panggung ini terbakar.”